Tentang Uang dan Warisan
Pagi ini gue kesambet, tiba-tiba aja pengen nulis soal uang khususnya warisan. Biasanya kalo lagi kesambet alias dapet wangsit buat nulis sebuah topik, tandanya ada yang butuh banget sama topik yang hendak gue angkat. Bukan klenik, nih. Gue udah hafal aja polanya, gitu. Kalo lu lagi berantem soal warisan atau lagi rebutan harta, lu baca ini ya…Semoga berguna.Tiap tulisan punya chemistry sendiri dan biasanya ada aja pembaca yang punya chemistry yang sama. Nah kalo pas mereka berdua ketemu, itu namanya jodoh:-)
________
Ini cerita nyata. Ada orang pelit banget, gue kira awalnya dia miskin. Hidupnya biasa-biasa aja. Tepatnya biasa-biasa banget. Trus dia meninggal. Pas dia meninggal baru ketauan bahwa dia ternyata kaya. Trus gue garuk-garuk kepala dong pas tau ternyata dia orang kaya. Lha, itu harta ke mana aja ya ? Nggak keliatan sama sekali. Sepanjang hidup dia dan keluarganya biasa-biasa aja. Rumah biasa. Mobil standar. Nggak pernah nolong sodara. Anak biasa-biasa aja. Nggak pernah liburan mewah, liburan hemat juga jarang banget. Beli buku mahal ya nggak pernah, beli baju keren nggak pernah atau jarang, sepatunya standar. Nggak ada aset semacam tanah atau apartemen.
Trus, hartanya ke mana ?
Ooo..Ternyata hartanya berbentuk uang tunai. Ditaruh di mana ? Di rumah. Diapain ? Gue nggak tau sehari-harinya diapain, gue deket sih sama keluarganya tapi pengen nanya ke anak-anaknya nggak tega. Mungkin diliatin kali ya itu uang, trus dibelai-belai. Entahlah.
Sekali lagi, itu beneran terjadi dan sampe mati gua nggak akan lupa sama reaksi gue waktu dengar cerita itu. Reaksi gue lebay...Soalnya gue nggak tau bahwa di dunia ada orang seabsurd itu.
Gue besar di keluarga yang rada cuek sama uang. Tentu aja kami semua demen uang, suka dikasih barang gratisan, hepi kalo ada diskon di mall. Cuek di sini artinya kami nggak terikat uang. Kami yang mengikat uang. Kami tuannya, dia bukan tuan kami. Sikap kayak gini bikin keluarga gue susah kaya. Tapi percayalah, banyak orang kaya yang uangnya sedikit. Sebagian besar orang yang sangat layak disebut kaya justru orang-orang yang hartanya sedikit.
Tentu aja omong kosong kalo hidup kita hanya dibangun di atas kalimat-kalimat bijak macam di atas, emangnya gue Mario Teguh ? Reliastis ajalah, lu bayar PLN dan PAM pake uang. Kalo anak ditagih SPP dan lu balas pake kalimat bijak, anak lu dikeluarin dari sekolah.
Kekayaan nggak bisa beli kebahagiaan.Kemiskinan apalagi.
Nah ‘kan, hidup jadi terbelah dua. Katanya cinta akan uang adalah akar dari segala kejahatan tapi semua hal didapat pake uang. Jadi gimana dong ?
Ya nggak gimana-gimana, lha yang akar dari segala kejahatan ‘kan cinta uang, bukannya uang.
Gue pernah dapat jatah duit banyakkkk dua kali dari seseorang dan gue kasih ke orang yang jauh lebih perlu. Abis itu, hidup gue berjalan kayak biasa. Gue nggak rugi apa-apa. Aslinya itu bukan harta gue. Nggak pernah tuh gue kerja buat ngedapetin itu. Gue nggak rugi karena yang disebut rugi adalah kalo gue sudah mendapatkan dan harus melepas. Kalo ini ‘kan hanya sekedar melepas potensi keuntungan.Berarti nggak rugi ‘kan ?
Bukan tanpa sebab gue bisa sepasrah itu tentang uang. Gue pernah sekarat kwadrat satu kali dan sekarat doang satu kali. Hidup gue yang sekarang sebenarnya adalah kesempatan kedua…Eh bukan deh, ketiga. Lu tanya sama semua orang yang pernah mengalami nyawanya bentar lagi bakalan lepas dari badan:Apa yang mereka (tepatnya, kami) pikirkan waktu nafas tinggal satu-satu ? Lu tanya sama 100 orang paling pelit yang lu kenal deh, gue yakin nggak ada yang menjawab ‘uang’.
Uang adalah hal yang paling sering memecah-belah keluarga. Gue nggak ada kredibilitas dan kapasitas untuk ngomong tentang ini secara panjang lebar. Kasus tiap keluarga kan beda, ya.
Tapi ya mudah-mudahan tulisan ini ketemu sama pembaca yang chemistrynya sama dengan tulisan ini. Kalo lu nggak dapat apa-apa dari tulisan ini, berarti lu bukan pembaca yang gue maksud, hehehe…
Dan untuk pembaca yang berjodoh dengan tulisan ini, ijinkan gue buat ngingetin:Kalo lo berada dalam situasi benar-benar nggak bisa dapat bagian, benar-benar nggak bisa...Atau mungkin bisa tapi resiko yang harus lo tanggung akan menyusahkan hidup lo... Lu nggak dapat bukan berarti lu rugi,kok. Lu kehilangan potensi untuk untung, ini beda dari ‘rugi’.
Gue ngalamin kehilangan potensi keuntungan beberapa kali dalam hidup. Itu sangat menyebalkan, ngeselin, reseh, bikin bete. Tapi, kalo hari ini gue sekarat lagi untuk yang ketiga kalinya, gue yakin banget yang melintas di otak gue tetap aja bukan uang.
Eh, gue bilangin nih ya...Masa' lu sama duit kalah, sih.....Beudddd.....Malu ah.
23 September 2016
11.37 WIB
“One child, one teacher, one book, one pen can change the world.”
-Malala Yousafzai-
________
Ini cerita nyata. Ada orang pelit banget, gue kira awalnya dia miskin. Hidupnya biasa-biasa aja. Tepatnya biasa-biasa banget. Trus dia meninggal. Pas dia meninggal baru ketauan bahwa dia ternyata kaya. Trus gue garuk-garuk kepala dong pas tau ternyata dia orang kaya. Lha, itu harta ke mana aja ya ? Nggak keliatan sama sekali. Sepanjang hidup dia dan keluarganya biasa-biasa aja. Rumah biasa. Mobil standar. Nggak pernah nolong sodara. Anak biasa-biasa aja. Nggak pernah liburan mewah, liburan hemat juga jarang banget. Beli buku mahal ya nggak pernah, beli baju keren nggak pernah atau jarang, sepatunya standar. Nggak ada aset semacam tanah atau apartemen.
Trus, hartanya ke mana ?
Ooo..Ternyata hartanya berbentuk uang tunai. Ditaruh di mana ? Di rumah. Diapain ? Gue nggak tau sehari-harinya diapain, gue deket sih sama keluarganya tapi pengen nanya ke anak-anaknya nggak tega. Mungkin diliatin kali ya itu uang, trus dibelai-belai. Entahlah.
Sekali lagi, itu beneran terjadi dan sampe mati gua nggak akan lupa sama reaksi gue waktu dengar cerita itu. Reaksi gue lebay...Soalnya gue nggak tau bahwa di dunia ada orang seabsurd itu.
Gue besar di keluarga yang rada cuek sama uang. Tentu aja kami semua demen uang, suka dikasih barang gratisan, hepi kalo ada diskon di mall. Cuek di sini artinya kami nggak terikat uang. Kami yang mengikat uang. Kami tuannya, dia bukan tuan kami. Sikap kayak gini bikin keluarga gue susah kaya. Tapi percayalah, banyak orang kaya yang uangnya sedikit. Sebagian besar orang yang sangat layak disebut kaya justru orang-orang yang hartanya sedikit.
Tentu aja omong kosong kalo hidup kita hanya dibangun di atas kalimat-kalimat bijak macam di atas, emangnya gue Mario Teguh ? Reliastis ajalah, lu bayar PLN dan PAM pake uang. Kalo anak ditagih SPP dan lu balas pake kalimat bijak, anak lu dikeluarin dari sekolah.
Kekayaan nggak bisa beli kebahagiaan.Kemiskinan apalagi.
Nah ‘kan, hidup jadi terbelah dua. Katanya cinta akan uang adalah akar dari segala kejahatan tapi semua hal didapat pake uang. Jadi gimana dong ?
Ya nggak gimana-gimana, lha yang akar dari segala kejahatan ‘kan cinta uang, bukannya uang.
Gue pernah dapat jatah duit banyakkkk dua kali dari seseorang dan gue kasih ke orang yang jauh lebih perlu. Abis itu, hidup gue berjalan kayak biasa. Gue nggak rugi apa-apa. Aslinya itu bukan harta gue. Nggak pernah tuh gue kerja buat ngedapetin itu. Gue nggak rugi karena yang disebut rugi adalah kalo gue sudah mendapatkan dan harus melepas. Kalo ini ‘kan hanya sekedar melepas potensi keuntungan.Berarti nggak rugi ‘kan ?
Bukan tanpa sebab gue bisa sepasrah itu tentang uang. Gue pernah sekarat kwadrat satu kali dan sekarat doang satu kali. Hidup gue yang sekarang sebenarnya adalah kesempatan kedua…Eh bukan deh, ketiga. Lu tanya sama semua orang yang pernah mengalami nyawanya bentar lagi bakalan lepas dari badan:Apa yang mereka (tepatnya, kami) pikirkan waktu nafas tinggal satu-satu ? Lu tanya sama 100 orang paling pelit yang lu kenal deh, gue yakin nggak ada yang menjawab ‘uang’.
Uang adalah hal yang paling sering memecah-belah keluarga. Gue nggak ada kredibilitas dan kapasitas untuk ngomong tentang ini secara panjang lebar. Kasus tiap keluarga kan beda, ya.
Tapi ya mudah-mudahan tulisan ini ketemu sama pembaca yang chemistrynya sama dengan tulisan ini. Kalo lu nggak dapat apa-apa dari tulisan ini, berarti lu bukan pembaca yang gue maksud, hehehe…
Dan untuk pembaca yang berjodoh dengan tulisan ini, ijinkan gue buat ngingetin:Kalo lo berada dalam situasi benar-benar nggak bisa dapat bagian, benar-benar nggak bisa...Atau mungkin bisa tapi resiko yang harus lo tanggung akan menyusahkan hidup lo... Lu nggak dapat bukan berarti lu rugi,kok. Lu kehilangan potensi untuk untung, ini beda dari ‘rugi’.
Gue ngalamin kehilangan potensi keuntungan beberapa kali dalam hidup. Itu sangat menyebalkan, ngeselin, reseh, bikin bete. Tapi, kalo hari ini gue sekarat lagi untuk yang ketiga kalinya, gue yakin banget yang melintas di otak gue tetap aja bukan uang.
Eh, gue bilangin nih ya...Masa' lu sama duit kalah, sih.....Beudddd.....Malu ah.
23 September 2016
11.37 WIB
“One child, one teacher, one book, one pen can change the world.”
-Malala Yousafzai-