Cerita di Balik Penulisan Buku Gue: Curcol
Buku kelarnya masih lama tapi cerita di baliknya bolehlah dibagi.
Konsep bukunya beda dengan sebagian biografi yang pernah gue baca: Di dalam buku itu ada bagian-bagian yang kasih pembaca sedikit gambaran tentang betapa ribetnya—dan sekaligus asyiknya—bikin biografi. Bukan…Bukan biografi yang ditulis dengan cara duduk depan laptop lalu copy paste info dari internet melainkan biografi yang kayak gue bikin:Hubungi si A, si B, ketemu si C, dll, dstnya, dsbnya.
Gue buat kayak gitu karena gue berharap ada pembaca yang tertarik menulis biografi. Sangat, amat sangat jarang, penulis biografi yang bukan wartawan dan bukan penulis fulltime. Gue termasuk yang jarang itu dan ini udah teler nih, abis ini gue mau bikin buku pendidikan aja dah.
Lo tau kenapa jarang ? Karena susahnyaaa….Beuddd…Amit-amit. Nulisnya mah biasa aja, paling puyeng mikirin pembagian bab. Ngetranskrip tinggal minta bantuan tukang transkrip. Yang njlimet adalah hal-hal yang di luar urusan menulis. Mengelola rasa senewen saat ngejar-ngejar nara sumber, puter otak on the spot dalam jangka waktu sangat singkat saat rencana A ngga jalan, nungguin WA dibales nara sumber yang mendadak bikin jarum jam berasa berhenti muter...Banyaklah.
Itu semua ‘ngga sulit’ atau hanya sekedar ‘sulit’ kalo lo wartawan atau penulis fulltime. Kalo lo penulis parttime (walau fullheart) kayak gue, wuihhh…. Percayalah, bikin biografi itu, kalo lo bukan penulis fulltime dan bukan wartawan, bener-bener bikin capek lahir batin. Dengan catatan, lo bikin yang nara sumbernya ada beberapa, bukan hanya satu. Butuh skill yang memang hanya bisa diperoleh lewat pengalaman. Dan, yang punya pengalaman itu mayoritas ya wartawan atau penulis fulltime.
Gue berharap sih ada orang yang bukan wartawan atau penulis fulltime tertarik nulis biografi orang-orang bagus yang bukan dari dunia hiburan. Jarang sekali yang nulis, misalnya tentang politisi, lalu mengemasnya dengan bahasa sederhana kayak yang gue buat. Rata-rata biografi tokoh bahasanya kaku, kali karena yang nulis kepinteran.
Kalo lo tertarik nulis dan suka tantangan,apalagi kalo lo bukan penulis fulltime, nulis biografi bisa lo jadikan sarana untuk ngukur elu tahan banting apa ngga.
1 Juli 2015
16.45
Lagi senewen karena ngehubungin nara sumber lewat 3 orang sebanyak 5 kali dari kemarin malam dan belum ada yang dibalas satu pun. Haahhhhhhhhhhh!!!!!!!!!!!!!!! *tereakkkkkkkkk*
“One child, one teacher, one book, one pen can change the world.”
-Malala Yousafzai-
Konsep bukunya beda dengan sebagian biografi yang pernah gue baca: Di dalam buku itu ada bagian-bagian yang kasih pembaca sedikit gambaran tentang betapa ribetnya—dan sekaligus asyiknya—bikin biografi. Bukan…Bukan biografi yang ditulis dengan cara duduk depan laptop lalu copy paste info dari internet melainkan biografi yang kayak gue bikin:Hubungi si A, si B, ketemu si C, dll, dstnya, dsbnya.
Gue buat kayak gitu karena gue berharap ada pembaca yang tertarik menulis biografi. Sangat, amat sangat jarang, penulis biografi yang bukan wartawan dan bukan penulis fulltime. Gue termasuk yang jarang itu dan ini udah teler nih, abis ini gue mau bikin buku pendidikan aja dah.
Lo tau kenapa jarang ? Karena susahnyaaa….Beuddd…Amit-amit. Nulisnya mah biasa aja, paling puyeng mikirin pembagian bab. Ngetranskrip tinggal minta bantuan tukang transkrip. Yang njlimet adalah hal-hal yang di luar urusan menulis. Mengelola rasa senewen saat ngejar-ngejar nara sumber, puter otak on the spot dalam jangka waktu sangat singkat saat rencana A ngga jalan, nungguin WA dibales nara sumber yang mendadak bikin jarum jam berasa berhenti muter...Banyaklah.
Itu semua ‘ngga sulit’ atau hanya sekedar ‘sulit’ kalo lo wartawan atau penulis fulltime. Kalo lo penulis parttime (walau fullheart) kayak gue, wuihhh…. Percayalah, bikin biografi itu, kalo lo bukan penulis fulltime dan bukan wartawan, bener-bener bikin capek lahir batin. Dengan catatan, lo bikin yang nara sumbernya ada beberapa, bukan hanya satu. Butuh skill yang memang hanya bisa diperoleh lewat pengalaman. Dan, yang punya pengalaman itu mayoritas ya wartawan atau penulis fulltime.
Gue berharap sih ada orang yang bukan wartawan atau penulis fulltime tertarik nulis biografi orang-orang bagus yang bukan dari dunia hiburan. Jarang sekali yang nulis, misalnya tentang politisi, lalu mengemasnya dengan bahasa sederhana kayak yang gue buat. Rata-rata biografi tokoh bahasanya kaku, kali karena yang nulis kepinteran.
Kalo lo tertarik nulis dan suka tantangan,apalagi kalo lo bukan penulis fulltime, nulis biografi bisa lo jadikan sarana untuk ngukur elu tahan banting apa ngga.
1 Juli 2015
16.45
Lagi senewen karena ngehubungin nara sumber lewat 3 orang sebanyak 5 kali dari kemarin malam dan belum ada yang dibalas satu pun. Haahhhhhhhhhhh!!!!!!!!!!!!!!! *tereakkkkkkkkk*
“One child, one teacher, one book, one pen can change the world.”
-Malala Yousafzai-