Detoks Social Media:Perlukah ?
DIGITAL DETOX CHECKLIST
"Scoring high on this quiz doesn't necessarily mean you have a problem, but if technology is causing you distress or leading you to neglect work and family, you might want to seek help from your GP, psychologist or other health-care professional," he says.
http://www.abc.net.au/health/thepulse/stories/2013/12/09/3906736.htm
_______________________________________________________________________________________
DETOKS SOCIAL MEDIA:PERLUKAH ?
Saya dan Merryll, anak saya, punya perjanjian bahwa kami ngga boleh bicara dengan mata melihat HP. Saya merasa sudah beberapa kali melanggar hal itu. Kayaknya, saya melanggar karena saya sudah dua bulanan ini buka FB tiap hari dan saya merasa tidak nyaman karena dulu saya hanya buka FB di akhir minggu. Mengacu pada digital detox checklist, saya sudah menjawab ‘No’ untuk nomor 3 dan mulai memiliki masalah nomor 10. Jadi, saya pun melakukan detoks.
Hasilnya ?
Saya senang, udah, gitu aja. Saya senang bisa mengalahkan keinginan untuk terus-menerus buka FB. Jangan berharap ada jawaban yang dramatis semacam,"Wah, dunia saya jadi lebih indah, perhatian lebih fokus, dll". Ngga ada hasil yang bombastis atau dramatis, mungkin karena saya memang belum berada pada tahap mencandu. Saya juga pernah 3-4 bulan setiap hari tanpa kecuali mendengarkan lagu David Garrett berjam-jam. Lalu saat Desember saya detoks David Garrett sebulan penuh. Saya “nyolong’ dikit, mendengarkan 1 lagunya sekitar 10 kali dalam satu bulan itu. Secara keseluruhan, ngga dengar lagunya dia ya ngga apa-apa, baek-baek aja. Mungkin karena saya udah tua jadi kelakuan saya beda dengan jaman ABG. Saat remaja, saya merasa pasti sekarat kalo Michael Jackson atau Duran-Duran mendadak meninggal.
Kenapa detoks ?
Pertama, saya merasa pelan-pelan muncul ketergantungan dan bagi saya itu ngga sehat. Saya pernah tergila-gila Michael Jackson sekitar 9-10 tahun dari 4 SD sampe semester satu kuliah. Wuedehhh....Parah abis. Saya ngga mau hal kayak begini terulang lagi.
Kedua, saya jadi males, bawaannya buka FB melulu dan Merryll sudah mulai ketularan emaknya. Awalnya saya omelin dia:Kok kamu sekarang malas ? Untunglah saya cepat sadar bahwa dia malas karena meniru ibunya.
Ketiga, saya sudah sering berhadapan dengan orang yang terus-menerus matanya ke layar HP. Saya pernah traktir sodara dan dia terus-menerus lihat HP, dari mulai naik mobil, turun di restoran, acara makan, naik mobil lagi dan turun pas depan rumah. Saya katakan pada suami, amit-amit dehhhhh....Besok-besok bawa aja makanan ke rumah dia, jangan lagi deh nraktir. Saya juga pernah berkumpul dengan 3 keluarga dan keluarga saya adalah satu-satunya yang ngga main HP. Terserah deh kalo mata mau dilem di layar HP atau tablet tapi pas lagi sendirian dong. Dalam kasus ini, kalimat “Social media menjauhkan kita dari yang dekat dan mendekatkan dengan yang jauh”, amatlah pas untuk diutarakan.
BTW,
Sepertinya tidak semua orang bisa melakukan detoks macam ini karena ada beberapa profesi yang bergantung pada kehadiran social media. Kalo profesi Anda tidak menuntut Anda untuk terus-menerus nongkrongin Instagram, Twitter, FB, atau social media lainnya, coba deh lakukan detoks. Asik, kok.
4/2/2014
13.33 WIB
- Can I easily log off without feeling stressed or anxious?
- Do I feel irritable or stressed when I can't log on; do I feel that logging on will relieve this?
- Do I have at least one internet-free evening per week?
- Do I spend a lot of time thinking about being online when I'm not logged on?
- Do I avoid family or social commitments to spend time online?
- Do family, friends, or co-workers nag me about being online; do I lie to them about it?
- Do I stay up late or wake up early to log on?
- Do I frequently skip meals because I'm online?
- Have I been late for work or missed deadlines because of my internet use?
- Have I tried to cut back on my internet use and failed?
"Scoring high on this quiz doesn't necessarily mean you have a problem, but if technology is causing you distress or leading you to neglect work and family, you might want to seek help from your GP, psychologist or other health-care professional," he says.
http://www.abc.net.au/health/thepulse/stories/2013/12/09/3906736.htm
_______________________________________________________________________________________
DETOKS SOCIAL MEDIA:PERLUKAH ?
Saya dan Merryll, anak saya, punya perjanjian bahwa kami ngga boleh bicara dengan mata melihat HP. Saya merasa sudah beberapa kali melanggar hal itu. Kayaknya, saya melanggar karena saya sudah dua bulanan ini buka FB tiap hari dan saya merasa tidak nyaman karena dulu saya hanya buka FB di akhir minggu. Mengacu pada digital detox checklist, saya sudah menjawab ‘No’ untuk nomor 3 dan mulai memiliki masalah nomor 10. Jadi, saya pun melakukan detoks.
Hasilnya ?
Saya senang, udah, gitu aja. Saya senang bisa mengalahkan keinginan untuk terus-menerus buka FB. Jangan berharap ada jawaban yang dramatis semacam,"Wah, dunia saya jadi lebih indah, perhatian lebih fokus, dll". Ngga ada hasil yang bombastis atau dramatis, mungkin karena saya memang belum berada pada tahap mencandu. Saya juga pernah 3-4 bulan setiap hari tanpa kecuali mendengarkan lagu David Garrett berjam-jam. Lalu saat Desember saya detoks David Garrett sebulan penuh. Saya “nyolong’ dikit, mendengarkan 1 lagunya sekitar 10 kali dalam satu bulan itu. Secara keseluruhan, ngga dengar lagunya dia ya ngga apa-apa, baek-baek aja. Mungkin karena saya udah tua jadi kelakuan saya beda dengan jaman ABG. Saat remaja, saya merasa pasti sekarat kalo Michael Jackson atau Duran-Duran mendadak meninggal.
Kenapa detoks ?
Pertama, saya merasa pelan-pelan muncul ketergantungan dan bagi saya itu ngga sehat. Saya pernah tergila-gila Michael Jackson sekitar 9-10 tahun dari 4 SD sampe semester satu kuliah. Wuedehhh....Parah abis. Saya ngga mau hal kayak begini terulang lagi.
Kedua, saya jadi males, bawaannya buka FB melulu dan Merryll sudah mulai ketularan emaknya. Awalnya saya omelin dia:Kok kamu sekarang malas ? Untunglah saya cepat sadar bahwa dia malas karena meniru ibunya.
Ketiga, saya sudah sering berhadapan dengan orang yang terus-menerus matanya ke layar HP. Saya pernah traktir sodara dan dia terus-menerus lihat HP, dari mulai naik mobil, turun di restoran, acara makan, naik mobil lagi dan turun pas depan rumah. Saya katakan pada suami, amit-amit dehhhhh....Besok-besok bawa aja makanan ke rumah dia, jangan lagi deh nraktir. Saya juga pernah berkumpul dengan 3 keluarga dan keluarga saya adalah satu-satunya yang ngga main HP. Terserah deh kalo mata mau dilem di layar HP atau tablet tapi pas lagi sendirian dong. Dalam kasus ini, kalimat “Social media menjauhkan kita dari yang dekat dan mendekatkan dengan yang jauh”, amatlah pas untuk diutarakan.
BTW,
Sepertinya tidak semua orang bisa melakukan detoks macam ini karena ada beberapa profesi yang bergantung pada kehadiran social media. Kalo profesi Anda tidak menuntut Anda untuk terus-menerus nongkrongin Instagram, Twitter, FB, atau social media lainnya, coba deh lakukan detoks. Asik, kok.
4/2/2014
13.33 WIB