Film ‘?’ : Semua Agama Sama…Namun Beda Juga,’Kan ?
Empat jempol-dua di tangan dan dua di kaki-bagi Hanung Bramantyo karena ia memiliki semangat untuk mendewasakan masyarakat dengan cara mengangkat isu yang sensitif bagi sebagian orang:Kerukunan hidup umat beragama. Hanung menunjukkan bahwa semua agama memiliki wajah yang ramah. Lihatlah ustad dan pastor yang open-minded, si Engkoh yang teramat menghormati anak buahnya yang semua beragama Islam, Sholeh si Banser NU yang menyelamatkan umat Katolik dari ledakan bom serta persahabatan unik perempuan Tionghoa, yang sempat dibuang keluarga karena keluar dari Islam, dengan pemuda pribumi yang kerap sholat di mesjid.
Bagaimanapun, di film ini Hanung tidak lagi bermimpi, ia hanya memaparkan kenyataan dengan jujur. Oleh karena itulah Hanung juga memotret seorang ibu muda yang dianggap mengecewakan orang tua karena dari Islam masuk Kristen dan dibaptis. Hanung merekam kemarahan orang Kristen karena Tuhan Yesus diperankan oleh Muslim saat drama Paskah dan meneropong keganjilan seorang Buddhist yang dari dasar hati memiliki ketertarikan untuk masuk Islam justru setelah keluarga dan restorannya habis digempur Muslim fundamentalis yang satu kasta dengan FPI. Ia juga menyoroti seorang ibu aktivis pengajian yang nyinyir dan tukang bergunjing serta Glenn Fredly yang berperan sebagai anggota aktif gereja, seorang hipokrit akut yang punya wilayah berpikir sesempit kelopak mata.
Usai menonton film ini, yang dengan indahnya menggambarkan kerukunan umat beragama entah di kota mana, tiba-tiba saja saya teringat sebuah kalimat yang kerap didengung-dengungkan: Banyak jalan menuju Roma. Semua agama adalah sama. Pesannya jelas: Marilah kita saling menghormati, hidup rukun dan tidak baku-hantam.
Kristen mengenal Yesus, Tuhan yang menjadi manusia, lahir di kandang domba dan mati disalib karena manusia tak bisa menebus dosanya sendiri.
Islam menganggap Yesus adalah Isa Almasih yang bukan tuhan, hanya nabi, tidak disalib, dan ia lahir tidak di kandang domba melainkan di bawah pohon. Sosok yang diyakini sebagai Tuhan oleh orang Islam tidak datang ke dunia menjadi manusia.
Hindu memiliki dewa-dewa yang sampai ayam numbuh gigi sekalipun, ngga bakalan bisa kita temukan di Islam, Kristen, Buddha atau agama manapun…
Saya tahu bahwa ‘semua agama sama’ adalah sebuah pernyataan yang amat menyejukkan telinga dan menenangkan hati. Di tengah-tengah keberingasan FPI yang tambah liar, pernyataan tersebut terdengar semakin merdu di kuping. Bagaimanapun saya percaya adalah hal yang amat baik jika kita mengakui dengan kepala jernih bahwa semua agama memang sama…Di satu sisi. Hanya di satu sisi. Di sisi lain, semua agama toh berbeda. Kerukunan hidup umat beragama tak menunutut kita untuk kompromi iman. Kerukunan hidup umat beragama menuntut kita untuk memberi kebebasan bagi sesama untuk memegang teguh keyakinan yang berbeda dengan kita. Keinginan untuk melihat terwujudnya kerukunan hidup umat beragama tak seharusnya membuat kita menjadi fleksibel dan dengan mudah berkata bahwa agamamu adalah agamaku dan agamaku adalah agamamu.
Teman-teman yang baik,
Berhentilah berpendapat bahwa semua agama adalah sama.
Berhentilah untuk yakin bahwa ada banyak jalan menuju Roma. Tuhan adalah sebuah Pribadi, bukan suatu kota….
Namun marilah kita terus percaya bahwa di tengah keberagaman iman yang ada, kita bisa hidup berdampingan.
Dengan hormat yang menggunung.
Dengan ketenangan yang mampu membuat pembenci kedamaian merasa gelisah.
Dengan kasih yang ketulusannya bisa membuat kaum picik tidur tak nyenyak.