https://gurupenulis.weebly.com/wajib-dibacasebuah-pengantar.html
Gimana Ceritanya Sampe Gue Tauk Bahwa Yang Ngerjain Gue Adalah Psikopat?:
JANGAN ULANGI KEBODOHAN GUE, YA
Tulisan ini bercerita agak detil tentang kenapa gue bisa masuk ke dalam perangkap psikopat dan apa yang gue lakukan sesudah itu. Kita sebut aja si psikopat "Obladi Oblada" atau OO ya, nanti kalo pake nama orang ada yang tersinggung. Gue ceritain isi tulisan ini ke sekelompok teman dan mereka semua kaget karena penjelasan gue 100% akurat mendeskripsikan teman seorganisasi mereka yang mereka anggap ‘aneh’. Mereka lantas rame-rame bikin komitmen untuk berhubungan dengan orang itu hanya dalam urusan pekerjaan aja. Gue bersyukur tulisan gue dan rasa sakit gue akhirnya ada gunanya.
Why waste a pain? Use it to help others.”
-Rick Warren-
OO bukan psikopat yang doyan makan daging orang. Dia psikopat cemen, kok. Levelnya cuma bikin orang susah, ngejegal, ngefitnah, bikin orang dipecat, memecah belah, dan sejenisnya. Ya tapi berdasarkan bukti empiris dan studi literatur, statusnya tetap psikopat, sih. Dia melakukan kejahatan tersebut dengan cara yang khas cara seorang psikopat. OO masuk dalam kategori “Snakes in Suite”. Dia ada di tengah-tengah kita dan jangan-jangan kita termasuk karena psikopat ‘kan spektrum.
Makanya gue nulis tentang pengalaman gue ini karena (1) kemungkinan kita ketemu dengan psikopat model gini cukup besar. Alasan lain adalah (2) karena psikopat itu menghisap energi positif kita. Beberapa temen gue yang belum pernah jadi korban nanggepin cerita gue kayak gini,”Cuek aja kenapa, sih.” Sedangkan yang pernah jadi korbannya ngomongnya begini,”Iya, gue juga dulu stress berbulan-bulan. Elo ke psikolog aja.”
Dijahatin oleh orang waras yang ‘lagi kesambet berbuat jahat’ dengan dijahatin psikopat rasanya tuh beda banget. Psikopat dari lahir susunan syarafnya udah beda, sih. Berbuat jahat bagi mereka tuh sama naluriahnya dengan bernafas. Sebenarnya gue udah dikasih tauk untuk jangan main dengan dia tapi gue mikir gini," Gue bukan orang top, bukan orang kaya, nggak ada jabatan, fans, massa. Apa sih yang bisa lo jahatin dari gue?" Eh dasar psikopat, bisa aja ya dia ngeliat apa yang bisa diambil dari gue, gue aja kagak tauk.
Kami dekat karena dia duluan yang deketin gue. Dia trus nawarin bantuan yang belakangan, setelah masalah muncul, gue baru sadar bahwa bantuan itu ternyata hanyalah taktik untuk mencapai yang dia inginkan.
Seperti psikopat pada umumnya (gue waktu itu nggak tau bahwa dia psikopat), OO sangat cepet bikin gue klepek-klepek. Gue bisa cerita hal-hal terdalam tentang diri gue yang bahkan nggak gue ceritakan ke sahabat gue lainnya. Belakangan gue baru tau bahwa ini bisa terjadi karena dia psikopat dan sahabat-sahabat gue yang lain, bukan. Psikopat punya naluri untuk melakukan teknik mirroring yang membuat orang mudah jadi korbannya. Tentang hal ini ada tulisan tersendiri. Singkat cerita, walau udah diperingatkan untuk jangan main dengan si psikopat itu, gue tetap main sama dia...
'til she became the author of my worst nightmare.
Sebenarnya di pertengahan 'persahabatan' gue dengan dia, gue udah merasakan sinyal buruk belasan kali tapi terus-terusan gue tepis.”Elo kok mikir negatif, sih,” begitulah dulu gue ngomong ke diri sendiri. Bahkan ketika gue mulai merasa dia ngejahatin gue, gue negur diri sendiri,"Kenapa lo mikirnya begitu soal temen lo sendiri? Elu jahat, ya."
Nah, gue mulai browsing soal psikopat setelah perkataan dan sikapnya tambah banyak yang ajaib padahal orangnya cerdas dan analitis.
1.OO baik ke gue dan setelah dapat yang dia inginkan, gue dibuang.
Dia oportunis ? BUKAN. Kalo dia oportunis, dia nggak akan buang gue karena dia pasti tetap dapat yang dia inginkan dan malah gue akan kasih lebih banyak lagi hal bagus ke dia. Ini aneh, masa' orang secerdas dia nggak ngerti? Pokoknya, jelas banget dia bukan oportunis. Terus dia apa dong kalo bukan oportunis? Gue nggak tau makanya lantas gue cari tau. Belakangan gue tau bahwa salah satu ciri psikopat adalah kecenderungan untuk berpikir jangka pendek, mereka kesulitan menyusun rencana jangka panjang. Ada momen-momen di mana mereka pikirannya terputus dari proyeksi masa depan.
2. OO beberapa kali menginginkan sesuatu (sesuatunya beda-beda ya) dan mengambil beberapa keputusan yang bikin namanya jadi jelek, padahal itu bisa dicapai secara ‘halal.’Ini orang cerdas, analitis, tapi kok di otaknya kayak ada yang korslet gitu.
3. OO jago menganalisa karakter orang licik. Feeling gue bilang, dia paham bukan karena dia analitis tapi karena dia punya cara berpikir yang persis sama.
4. OO kalo berkelit cepet banget. Gue mulai curiga jangan-jangan dia pathological liar (biasa banget bohong, nggak perlu berbohong pun dia akan berbohong). Misalnya, dia mengakui beberapa karya orang lain sebagai karyanya. Lha ngapain ya. Dia punya karya sendiri dan bagus-bagus, lho.
5.Tentang yang satu ini gue akan cerita detil biar elo tau betapa korsletnya kalimat-kalimat dia. Jadi ceritanya nih, empat tahunan yang lalu gue kursus fotografi tapi abis itu nggak pernah latihan. Trus gue ingin belajar lagi. Gue kepingin suatu saat bisa foto-fotoin orang miskin tapi fotonya yang bagus gitu, trus gue kasih foto-fotonya ke mereka.
Nah, OO bilang gini,"Ngapain sih belajar foto, lo 'kan jago nulis, itu aja ditekuni." Dia bilang gini sampe 3-4 kali. Gue tetap mau belajar dan akhirnya dia bilang,"Lu jangan ambil lahan orang.” Gue langsung tau bahwa dia menganggap gue kompetitor. Dia seneng ngefoto seseorang yang gue kenal dan takut itu orang akhirnya milih gue. Padahal mah kagak mungkin, kemampuan fotografi dia sama gue beda jauh banget. Dia pernah bilang gini, "Orang kalo jago foto tuh nggak pernah latihan, yang jago itu biasanya pada males…Lo latihan aja pake HP, sama aja…Mau ganti kamera? Buat apa, semua kamera sama…” Saat gue tetap mau belajar foto, dia marah,"Mendingan sekarang elo sama anak elo ke pos satpam, wawancara satpam trus lo jadiin tulisan."
Nah, aneh dan kurang ajar, ‘kan? Feeling gue bilang, syarafnya ada yang ‘salah’, gitu.
6.OO bilang beberapa kali,"Gue tuh nggak punya emosi, nggak bisa merasa, flat aja, nangis juga nggak bisa."Yang gue tangkap, di dalam dirinya hal-hal itu kondisinya bukan cuma sementara.'Kan aneh, kok permanen sih?
7.OO suka playing victim.
8.Puncak kecurigaan gue adalah ketika dia ‘mengagumi, atau ‘jatuh cinta’ ke seseorang. Gue taruh kata itu dalam tanda kutip karena maknanya untuk seorang psikopat berbeda dari yang bukan psikopat. Gue cermati cerita dia dan gue amati postingan-postingan si OO. Gue menyimpulkan dia melakukan teknik mirroring untuk membangun kedekatan emosi dengan cowok yang dia incar itu. Postingannya banyak yang manipulatif dan penuh flatteries. Beberapa postingan bertentangan dengan kepribadian dia, paling nggak kepribadian dia yang gue kenal. Belakangan baru gue tau bahwa ternyata psikopat kalo lagi ngedeketin orang memang pake teknik mirroring*.
Setelah sadar bahwa dia psikopat, gue mengikuti jejaknya untuk menjauh. Setelah dia selesai memanfaatkan gue, dia ‘kan menjauhi gue. Nah, gue masih berusaha baik dengan dia. Bahkan gue sempat ngebelain dia waktu ada pihak yang bersikap merugikan dia. Itu gue lakukan dalam kondisi gue udah paham dia jahatin gue. Trus akhirnya gue sakit melulu sampe berkali-kali ambil cuti.
Gue berbuat ‘baik’ (‘bodoh’, pasti lebih tepat) kayak gitu karena kebanyakan dengar khotbah. Lu tau dong, ajaran Kristen‘kan “kalo ditampar pipi kanan, berikanlah pipi kiri.” Buat orang sotoy kayak gue, kegiatan agamis emang berpotensi bikin otak jadi tumpul. Akhirnya seseorang ngomong gini,”Dia tuh nggak punya hati, kalo lo ngadepin dia pake perasaan, ya elo pasti ancur.” Akhirnya gue ikut-ikutan menjauh, toh dia udah ngejauhin gue duluan. Perasaan gue lantas jadi jauh lebih baik.
Mantan korban dia, dan 3 korban psikopat lain, menyarankan gue untuk zero contact dengan dia sedangkan sosmed ‘kan alat komunikasi jadi gue unfollow dia. Gue bahkan juga unfollow temen gue itu karena si psikopat tersebut bersikap manipulatifnya 'kan antara lain di wall temen gue itu. Hati gue ancur banget ngeliat itu semua karena…
GUE YANG NGENALIN PSIKOPAT ITU KE TEMEN GUE. GILA NGGAK. FAKTA BAHWA TEMEN GUE DIDEKETIN PSIKOPAT AJA UDAH BURUK BANGET, EH TAUK-TAUKNYA YANG NGENALIN TUH GUE. ADA NGGAK TEMEN YANG LEBIH TERKUTUK DARIPADA GUE? JELAS NGGAK ADA DONG. TEMEN ANTIMAINSTREAM EMANG BEGINI. TEMEN LAIN MAH NYODORIN MAKANAN, GUE NYODORIN PSIKOPAT.
***
Hasil riset menunjukkan bahwa OO memenuhi sekitar 80% ciri psikopat sisanya Machhiavelian (lo googling aja Dark Triad Personalities). Jadinya gue sebut dia psikopat. Untuk pastinya ya mesti melakukan assesment di psikolog, ya. Sayang gue terlambat dalam mendeteksi itu semua sebagai sebuah ketidakwajaran.
Kenapa terlambat?
Gue terbiasa mikir positif dan nggak kepikiran untuk mengganti kata 'berpikir negatif' jadi 'berpikir kritis.' Perasaan negatif terhadap seseorang sesungguhnya adalah sebuah peringatan agar kita berhati-hati. Saat kita mikir jelek atau punya feeling buruk tentang seseorang, semestinya kita mikir,”Kenapa ke orang ini gue punya feeling nggak enak padahal ke orang lain, perasaan gue baik-baik aja?”
Nah, si OO bisa bermuka banyak. Ya iyalah, namanya juga psikopat, gimana sih. Setelah ngejahatin gue, dia beberapa kali negur gue dengan ramah. Lo tau nggak, gue sempat mikir begini,”Tuh, elo salah. Dia bukan psikopat…Baik banget ‘kan diaaaaa…”
Beberapa detik kemudian gue langsung sadar: Pikiran di benak gue bahwa dia bukan psikopat itulah, yang muncul setelah gue ditusuk oleh dia sampe pendarahannya nggak kunjung berhenti, justru menunjukkan bahwa kualitas dia sebagai psikopat tak perlu diragukan.
27 Maret 2019
Why waste a pain? Use it to help others.”
-Rick Warren-
OO bukan psikopat yang doyan makan daging orang. Dia psikopat cemen, kok. Levelnya cuma bikin orang susah, ngejegal, ngefitnah, bikin orang dipecat, memecah belah, dan sejenisnya. Ya tapi berdasarkan bukti empiris dan studi literatur, statusnya tetap psikopat, sih. Dia melakukan kejahatan tersebut dengan cara yang khas cara seorang psikopat. OO masuk dalam kategori “Snakes in Suite”. Dia ada di tengah-tengah kita dan jangan-jangan kita termasuk karena psikopat ‘kan spektrum.
Makanya gue nulis tentang pengalaman gue ini karena (1) kemungkinan kita ketemu dengan psikopat model gini cukup besar. Alasan lain adalah (2) karena psikopat itu menghisap energi positif kita. Beberapa temen gue yang belum pernah jadi korban nanggepin cerita gue kayak gini,”Cuek aja kenapa, sih.” Sedangkan yang pernah jadi korbannya ngomongnya begini,”Iya, gue juga dulu stress berbulan-bulan. Elo ke psikolog aja.”
Dijahatin oleh orang waras yang ‘lagi kesambet berbuat jahat’ dengan dijahatin psikopat rasanya tuh beda banget. Psikopat dari lahir susunan syarafnya udah beda, sih. Berbuat jahat bagi mereka tuh sama naluriahnya dengan bernafas. Sebenarnya gue udah dikasih tauk untuk jangan main dengan dia tapi gue mikir gini," Gue bukan orang top, bukan orang kaya, nggak ada jabatan, fans, massa. Apa sih yang bisa lo jahatin dari gue?" Eh dasar psikopat, bisa aja ya dia ngeliat apa yang bisa diambil dari gue, gue aja kagak tauk.
Kami dekat karena dia duluan yang deketin gue. Dia trus nawarin bantuan yang belakangan, setelah masalah muncul, gue baru sadar bahwa bantuan itu ternyata hanyalah taktik untuk mencapai yang dia inginkan.
Seperti psikopat pada umumnya (gue waktu itu nggak tau bahwa dia psikopat), OO sangat cepet bikin gue klepek-klepek. Gue bisa cerita hal-hal terdalam tentang diri gue yang bahkan nggak gue ceritakan ke sahabat gue lainnya. Belakangan gue baru tau bahwa ini bisa terjadi karena dia psikopat dan sahabat-sahabat gue yang lain, bukan. Psikopat punya naluri untuk melakukan teknik mirroring yang membuat orang mudah jadi korbannya. Tentang hal ini ada tulisan tersendiri. Singkat cerita, walau udah diperingatkan untuk jangan main dengan si psikopat itu, gue tetap main sama dia...
'til she became the author of my worst nightmare.
Sebenarnya di pertengahan 'persahabatan' gue dengan dia, gue udah merasakan sinyal buruk belasan kali tapi terus-terusan gue tepis.”Elo kok mikir negatif, sih,” begitulah dulu gue ngomong ke diri sendiri. Bahkan ketika gue mulai merasa dia ngejahatin gue, gue negur diri sendiri,"Kenapa lo mikirnya begitu soal temen lo sendiri? Elu jahat, ya."
Nah, gue mulai browsing soal psikopat setelah perkataan dan sikapnya tambah banyak yang ajaib padahal orangnya cerdas dan analitis.
1.OO baik ke gue dan setelah dapat yang dia inginkan, gue dibuang.
Dia oportunis ? BUKAN. Kalo dia oportunis, dia nggak akan buang gue karena dia pasti tetap dapat yang dia inginkan dan malah gue akan kasih lebih banyak lagi hal bagus ke dia. Ini aneh, masa' orang secerdas dia nggak ngerti? Pokoknya, jelas banget dia bukan oportunis. Terus dia apa dong kalo bukan oportunis? Gue nggak tau makanya lantas gue cari tau. Belakangan gue tau bahwa salah satu ciri psikopat adalah kecenderungan untuk berpikir jangka pendek, mereka kesulitan menyusun rencana jangka panjang. Ada momen-momen di mana mereka pikirannya terputus dari proyeksi masa depan.
2. OO beberapa kali menginginkan sesuatu (sesuatunya beda-beda ya) dan mengambil beberapa keputusan yang bikin namanya jadi jelek, padahal itu bisa dicapai secara ‘halal.’Ini orang cerdas, analitis, tapi kok di otaknya kayak ada yang korslet gitu.
3. OO jago menganalisa karakter orang licik. Feeling gue bilang, dia paham bukan karena dia analitis tapi karena dia punya cara berpikir yang persis sama.
4. OO kalo berkelit cepet banget. Gue mulai curiga jangan-jangan dia pathological liar (biasa banget bohong, nggak perlu berbohong pun dia akan berbohong). Misalnya, dia mengakui beberapa karya orang lain sebagai karyanya. Lha ngapain ya. Dia punya karya sendiri dan bagus-bagus, lho.
5.Tentang yang satu ini gue akan cerita detil biar elo tau betapa korsletnya kalimat-kalimat dia. Jadi ceritanya nih, empat tahunan yang lalu gue kursus fotografi tapi abis itu nggak pernah latihan. Trus gue ingin belajar lagi. Gue kepingin suatu saat bisa foto-fotoin orang miskin tapi fotonya yang bagus gitu, trus gue kasih foto-fotonya ke mereka.
Nah, OO bilang gini,"Ngapain sih belajar foto, lo 'kan jago nulis, itu aja ditekuni." Dia bilang gini sampe 3-4 kali. Gue tetap mau belajar dan akhirnya dia bilang,"Lu jangan ambil lahan orang.” Gue langsung tau bahwa dia menganggap gue kompetitor. Dia seneng ngefoto seseorang yang gue kenal dan takut itu orang akhirnya milih gue. Padahal mah kagak mungkin, kemampuan fotografi dia sama gue beda jauh banget. Dia pernah bilang gini, "Orang kalo jago foto tuh nggak pernah latihan, yang jago itu biasanya pada males…Lo latihan aja pake HP, sama aja…Mau ganti kamera? Buat apa, semua kamera sama…” Saat gue tetap mau belajar foto, dia marah,"Mendingan sekarang elo sama anak elo ke pos satpam, wawancara satpam trus lo jadiin tulisan."
Nah, aneh dan kurang ajar, ‘kan? Feeling gue bilang, syarafnya ada yang ‘salah’, gitu.
6.OO bilang beberapa kali,"Gue tuh nggak punya emosi, nggak bisa merasa, flat aja, nangis juga nggak bisa."Yang gue tangkap, di dalam dirinya hal-hal itu kondisinya bukan cuma sementara.'Kan aneh, kok permanen sih?
7.OO suka playing victim.
8.Puncak kecurigaan gue adalah ketika dia ‘mengagumi, atau ‘jatuh cinta’ ke seseorang. Gue taruh kata itu dalam tanda kutip karena maknanya untuk seorang psikopat berbeda dari yang bukan psikopat. Gue cermati cerita dia dan gue amati postingan-postingan si OO. Gue menyimpulkan dia melakukan teknik mirroring untuk membangun kedekatan emosi dengan cowok yang dia incar itu. Postingannya banyak yang manipulatif dan penuh flatteries. Beberapa postingan bertentangan dengan kepribadian dia, paling nggak kepribadian dia yang gue kenal. Belakangan baru gue tau bahwa ternyata psikopat kalo lagi ngedeketin orang memang pake teknik mirroring*.
Setelah sadar bahwa dia psikopat, gue mengikuti jejaknya untuk menjauh. Setelah dia selesai memanfaatkan gue, dia ‘kan menjauhi gue. Nah, gue masih berusaha baik dengan dia. Bahkan gue sempat ngebelain dia waktu ada pihak yang bersikap merugikan dia. Itu gue lakukan dalam kondisi gue udah paham dia jahatin gue. Trus akhirnya gue sakit melulu sampe berkali-kali ambil cuti.
Gue berbuat ‘baik’ (‘bodoh’, pasti lebih tepat) kayak gitu karena kebanyakan dengar khotbah. Lu tau dong, ajaran Kristen‘kan “kalo ditampar pipi kanan, berikanlah pipi kiri.” Buat orang sotoy kayak gue, kegiatan agamis emang berpotensi bikin otak jadi tumpul. Akhirnya seseorang ngomong gini,”Dia tuh nggak punya hati, kalo lo ngadepin dia pake perasaan, ya elo pasti ancur.” Akhirnya gue ikut-ikutan menjauh, toh dia udah ngejauhin gue duluan. Perasaan gue lantas jadi jauh lebih baik.
Mantan korban dia, dan 3 korban psikopat lain, menyarankan gue untuk zero contact dengan dia sedangkan sosmed ‘kan alat komunikasi jadi gue unfollow dia. Gue bahkan juga unfollow temen gue itu karena si psikopat tersebut bersikap manipulatifnya 'kan antara lain di wall temen gue itu. Hati gue ancur banget ngeliat itu semua karena…
GUE YANG NGENALIN PSIKOPAT ITU KE TEMEN GUE. GILA NGGAK. FAKTA BAHWA TEMEN GUE DIDEKETIN PSIKOPAT AJA UDAH BURUK BANGET, EH TAUK-TAUKNYA YANG NGENALIN TUH GUE. ADA NGGAK TEMEN YANG LEBIH TERKUTUK DARIPADA GUE? JELAS NGGAK ADA DONG. TEMEN ANTIMAINSTREAM EMANG BEGINI. TEMEN LAIN MAH NYODORIN MAKANAN, GUE NYODORIN PSIKOPAT.
***
Hasil riset menunjukkan bahwa OO memenuhi sekitar 80% ciri psikopat sisanya Machhiavelian (lo googling aja Dark Triad Personalities). Jadinya gue sebut dia psikopat. Untuk pastinya ya mesti melakukan assesment di psikolog, ya. Sayang gue terlambat dalam mendeteksi itu semua sebagai sebuah ketidakwajaran.
Kenapa terlambat?
Gue terbiasa mikir positif dan nggak kepikiran untuk mengganti kata 'berpikir negatif' jadi 'berpikir kritis.' Perasaan negatif terhadap seseorang sesungguhnya adalah sebuah peringatan agar kita berhati-hati. Saat kita mikir jelek atau punya feeling buruk tentang seseorang, semestinya kita mikir,”Kenapa ke orang ini gue punya feeling nggak enak padahal ke orang lain, perasaan gue baik-baik aja?”
Nah, si OO bisa bermuka banyak. Ya iyalah, namanya juga psikopat, gimana sih. Setelah ngejahatin gue, dia beberapa kali negur gue dengan ramah. Lo tau nggak, gue sempat mikir begini,”Tuh, elo salah. Dia bukan psikopat…Baik banget ‘kan diaaaaa…”
Beberapa detik kemudian gue langsung sadar: Pikiran di benak gue bahwa dia bukan psikopat itulah, yang muncul setelah gue ditusuk oleh dia sampe pendarahannya nggak kunjung berhenti, justru menunjukkan bahwa kualitas dia sebagai psikopat tak perlu diragukan.
27 Maret 2019