Kematian Dini, Penyerbuan ke San Pedro dan Kebebasan Bertanya
Pada Tuhan: Uneg-Uneg di Minggu Pagi.
2000 petani sudah duduki tanah…..Polisi sudah siap-siap…. (Pater Martin, seorang pastor yang wilayah pelayanannya diserbu, 3 Desember 2010)
_______________________________
Saya baru 3 bulan belajar Bahasa Spanyol dan rutin membaca judul berita dalam Bahasa Spanyol untuk membiasakan diri dengan kata kerjanya yang selalu saja sukses membuat otak saya keriting. 3 Desember, mata saya tertumbuk pada sebuah berita yang mengabarkan bahwa daerah San Pedro di Paraguay diserbu. Saya langsung menghubungi Pater Martin, pastor yang memang berkarya di wilayah itu. Kalimat di awal tulisan ini adalah penggalan dari pesan yang beliau kirim, kurang dari setengah jam setelah berita itu saya baca. Situasi sangat genting. Saya tidak tahu detilnya bagaimana tapi tak berlebihan tentunya jika saya berasumsi bahwa kondisi ketika itu berpotensi mengancam nyawa.
Informasi Pater melayangkan benak saya ke momen-momen kepergian ‘prematur’. Michael Jackson, penyanyi dan filantropis yang program donasinya bernilai trilyunan dan meliputi seluruh kebutuhan dasar manusia serta merambah semua benua, meninggal di usia ke-52 adapun Munir, aktivis HAM yang mati diracun dengan arsenik, meninggal dalam umur 39 tahun .
Ingatan tentang Munir yang berakar dari BBM Pater membuat pikiran saya terbelah, mengeluarkan cabang yang mengarah kepada sahabat Pater Martin yaitu Fernando Lugo,Presiden Paraguay. Tanggal 8 Agustus 2010 saya baca di BBC bahwa Lugo terserang kanker. Kendati kondisinya sangat bisa ditangani tim medis tapi awal Oktober kondisi Lugo sempat kritis setelah jatuh di kamar mandi. Kalo aja ekspresi muka saya direkam (ketika membaca informasi itu) dan dituangkan menjadi sebuah karikatur, maka yang muncul adalah imaji seorang perempuan dengan rambut berdiri, ngejegrek kaku kayak rambut Fido Dido, sedang membelalakkan mata bagaikan Jerry si Kucing yang stres saat melihat jempolnya hampir terjepit jebakan yang sesungguhnya ia persiapkan buat Tom si Tikus ….Dan di dekat kepalanya ada gelembung bertuliskan,”Ya ampunnnnnnnn!!!!Apa-apaan,nih????!!”
Oh ya, sekedar informasi, umur Lugo adalah 59 tahun.
***
Saya cukup sering bertanya kepada Tuhan,”Kenapa ya orang berguna mati muda dan orang yang hidupnya merugikan kok umur panjang?” Asal tahu saja, Stroessner yaitu Soeharto versi Paraguay, meninggal di usia 93 tahun. Kok Lugo umur 59 kena kanker,ya? (Bapak saya meninggal karena kanker jadi sangat sulit bagi saya untuk memisahkan istilah kanker dari kata ‘meninggal’). Pater Martin diserbu tapi pendeta yang rajin memenggal ayat alkitab untuk menguras kantong jemaat dan memperkaya diri sendiri kok semakin lama tambah segarrrrr ajaaaaa???? Michael Jackson yang begitu pemurah mati muda, kok Soeharto yang kerjanya ngerampas nyawa sesama dan membiarkan anak-anaknya merampas harta orang, baru meninggal di usia 86 ? Munir yang sedemikian berani dan idealis juga mati muda lho tapi Pius Lustrilanang yang tanpa malu proklamasi ke pers bahwa dia rela jadi tumbal demi pembangunan gedung DPR senilai minimal 1,2 trilyun (beberapa sumber mengatakan 1,6 bahkan 1,8 trilyun ),kan dia juga masih muda, kok dia baik-baik dan sehat-sehat aja?
Pertanyaan di atas tidak saya ajukan dalam kondisi meragukan kemahakuasaanNya. Saya lagi tidak krisis iman. Saya orang yang yakin bahwa iman harus mengalami fase kritis dulu sebelum bisa benar-benar menjadi kuat, rada-rada mirip sama penyakit demam berdarah…Mesti demam dulu sebelum benar-benar sembuh. Fase ini saya alami belasan tahun yang silam. Pertanyaan di atas bukan sebuah gugatan,hanya sekedar uneg-uneg menahun yang kerap saya ajukan pada Tuhan karena percaya bahwa Tuhan adalah Sosok Demokratis sekaligus Pendengar Maha Setia dengan telinga yang daya serapnya melampaui dasar kain kapas. Kendati beberapa teman kerap memprotes kenapa saya ‘memprotes’ Tuhan (sengaja kata protes yang terakhir saya letakkan dalam tanda kutip untuk menunjukkan betapa salahnya mereka dalam memaknai kebiasaan saya untuk bertanya kepadaNya), saya ya tetap saja bertanya. Saya kok yakin banget ya bahwa Tuhan pasti tak keberatan ditanya manusia. Nikodemus juga nanya kok ke Tuhan dan cara dia bertanya sangat merepotkan:Datang malam-malam. Buktinya Tuhan baik-baik aja ke dia.Pertanyaannya tetap dijawab kendati Dia pasti capek berat karena kerja seharian menghadapi 12 murid yang tingkahnya aneh-aneh dan ribuan pengikut oportunis yang setia mengekor saat Dia rajin melakukan mukjizat namun kelak meninggalkanNya ketika Ia babak-belur di bawah keberingasan prajurit Romawi.
Saya percaya sebagian besar pertanyaan tadi bisa dijawab melalui berbagai sudut pandang. Penyerbuan ke San Pedro tentu saja bisa ditelusuri penyebabnya dari perspektif politik. Michael Jackson meninggal bisa ditemukan musababnya dari sisi medis. Teori konspirasi mungkin bisa digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang mengapa Munir meninggal.Sejarah perjuangan Munir dan relasinya yang buruk dengan militer di wilayah profesional (bukan pada tataran personal) dan amarah negara terhadap kritiknya yang kerap frontal,tentu bisa bicara banyak tentang mengapa ia akhirnya mati muda.
Bagaimanapun, pertanyaan yang ada di kepala saya sebenarnya melampaui apa yang bisa dijawab dengan sebuah bahasa serta rentetan fakta. Sesungguhnya saya ingin sekali memperoleh jawaban atas pertanyaan,”Kenapa Tuhan membiarkan ini semua terjadi?” Tentu kita semua tahu bahwa itu adalah pertanyaan retoris tapi ngga ada peraturan yang melarang kita mengajukan pertanyaan retoris, bukan ? Saya pikir, Ia bisa membelah Laut Merah, itu kan berarti Ia bisa juga menghilangkan efek arsenik pada minuman yang ditenggak Munir. Ia bisa menyembuhkan orang berusia 40an tahun yang buta sejak lahir padahal tahun 2000-an, seorang dokter mata mengatakan bahwa kebutaan sejak lahir hanya bisa disembuhkan jika si penderita menerima perawatan sebelum berusia 4 tahun. Seorang ilusionis, Brock Gill, membutuhkan persiapan 2 minggu, 30 pembantu,ratusan ribu gallon air dan 6 mesin berbagai jenis untuk mempertunjukkan ilusi meredakan badai di dalam sebuah studio. Yesus tak butuh persiapan barang setitikpun dan pertolongan dari satu orang pun untuk menenangkan badai dalam arti harafiah di dunia nyata. Dengan kemahabisaanNya yang melampuai kreativitas seniman manapun, Ia pastilah mampu memperoleh cara untuk menolong manusia yang hidupnya berguna untuk tetap jalan terus….
Saya tahu pertanyaan saya sudah masuk ke wilayah yang tak bisa ditangkap mata dan bahkan tak kuasa digapai nalar. Saya rasa sampai di titik ini mungkin yang Ia ingini adalah saya terus bertanya namun berhenti mengharapkan jawaban atas pertanyaan retoris semacam di atas. Mungkin Ia ingin saya lebih mengisi benak saya dengan mimpi dan harapan konkret yang berguna untuk sesama daripada menyesakinya dengan pikiran-pikiran yang berdaya kontaminasi tinggi.Mustahil memang mengajukan pertanyaan retoris bernuansa muram tanpa membiarkan muka para penjahat lalu-lalang di depan pelupuk mata.
Hmmm…Kemungkinan dengan tingkat kepastian tertinggi, mungkin… Mungkin Ia ingin saya berkesimpulan bahwa ada begitu banyak hal buruk di atas bumi yang sesungguhnya bisa dihindari dan hanya manusialah yang bisa membenahinya. Oleh karena itulah alih-alih mencari jawaban, mungkin yang harus saya ( kita?)lakukan adalah mengganti pertanyaan klasik-retorik di atas menjadi sebuah pertanyaan informatoris,”Mengapa bisa orang seperti Pius menjadi anggota dewan yang terhormat? Mengapa perampas nyawa sesama bisa jadi presiden berulang kali?Mengapa anak-anaknya bisa leluasa berbisnis dengan cek kosong dan melenggang bebas?
Dunia bukan tempat pesta menyenangkan yang sesak dengan tamu ramah. Hidup semakin absurd. Kepiawaian dalam membedakan pertanyaan retoris dari pertanyaan informatoris, optimisme untuk mencari jawaban konkret atas pertanyaan yang bisa dijawab, kepekaan dalam melihat apa bagian kita dan apa bagianNya, akan membuat kekusutan saat berpikir bisa diurai. Informasi Pater Martin mengenai penyerbuan ke San Pedro membuat pikiran saya melayang ke mana-mana. Di satu sisi,saya berharap pada tulisan inilah pikiran tersebut akan saya biarkan berlabuh. Bagaimanapun di sisi lain saya percaya tulisan ini hanyalah sebuah persinggahan, bukan pelabuhan.
Bukankah bertanya adalah aktivitas yang bisa dimulai namun tak bisa diakhiri ?
Selamat berlibur.
Lippo-Cikarang, 5 Desember 2010, jam 10.55.
“One child, one teacher, one book, one pen can change the world.”
-Malala Yousafzai-
_______________________________
Saya baru 3 bulan belajar Bahasa Spanyol dan rutin membaca judul berita dalam Bahasa Spanyol untuk membiasakan diri dengan kata kerjanya yang selalu saja sukses membuat otak saya keriting. 3 Desember, mata saya tertumbuk pada sebuah berita yang mengabarkan bahwa daerah San Pedro di Paraguay diserbu. Saya langsung menghubungi Pater Martin, pastor yang memang berkarya di wilayah itu. Kalimat di awal tulisan ini adalah penggalan dari pesan yang beliau kirim, kurang dari setengah jam setelah berita itu saya baca. Situasi sangat genting. Saya tidak tahu detilnya bagaimana tapi tak berlebihan tentunya jika saya berasumsi bahwa kondisi ketika itu berpotensi mengancam nyawa.
Informasi Pater melayangkan benak saya ke momen-momen kepergian ‘prematur’. Michael Jackson, penyanyi dan filantropis yang program donasinya bernilai trilyunan dan meliputi seluruh kebutuhan dasar manusia serta merambah semua benua, meninggal di usia ke-52 adapun Munir, aktivis HAM yang mati diracun dengan arsenik, meninggal dalam umur 39 tahun .
Ingatan tentang Munir yang berakar dari BBM Pater membuat pikiran saya terbelah, mengeluarkan cabang yang mengarah kepada sahabat Pater Martin yaitu Fernando Lugo,Presiden Paraguay. Tanggal 8 Agustus 2010 saya baca di BBC bahwa Lugo terserang kanker. Kendati kondisinya sangat bisa ditangani tim medis tapi awal Oktober kondisi Lugo sempat kritis setelah jatuh di kamar mandi. Kalo aja ekspresi muka saya direkam (ketika membaca informasi itu) dan dituangkan menjadi sebuah karikatur, maka yang muncul adalah imaji seorang perempuan dengan rambut berdiri, ngejegrek kaku kayak rambut Fido Dido, sedang membelalakkan mata bagaikan Jerry si Kucing yang stres saat melihat jempolnya hampir terjepit jebakan yang sesungguhnya ia persiapkan buat Tom si Tikus ….Dan di dekat kepalanya ada gelembung bertuliskan,”Ya ampunnnnnnnn!!!!Apa-apaan,nih????!!”
Oh ya, sekedar informasi, umur Lugo adalah 59 tahun.
***
Saya cukup sering bertanya kepada Tuhan,”Kenapa ya orang berguna mati muda dan orang yang hidupnya merugikan kok umur panjang?” Asal tahu saja, Stroessner yaitu Soeharto versi Paraguay, meninggal di usia 93 tahun. Kok Lugo umur 59 kena kanker,ya? (Bapak saya meninggal karena kanker jadi sangat sulit bagi saya untuk memisahkan istilah kanker dari kata ‘meninggal’). Pater Martin diserbu tapi pendeta yang rajin memenggal ayat alkitab untuk menguras kantong jemaat dan memperkaya diri sendiri kok semakin lama tambah segarrrrr ajaaaaa???? Michael Jackson yang begitu pemurah mati muda, kok Soeharto yang kerjanya ngerampas nyawa sesama dan membiarkan anak-anaknya merampas harta orang, baru meninggal di usia 86 ? Munir yang sedemikian berani dan idealis juga mati muda lho tapi Pius Lustrilanang yang tanpa malu proklamasi ke pers bahwa dia rela jadi tumbal demi pembangunan gedung DPR senilai minimal 1,2 trilyun (beberapa sumber mengatakan 1,6 bahkan 1,8 trilyun ),kan dia juga masih muda, kok dia baik-baik dan sehat-sehat aja?
Pertanyaan di atas tidak saya ajukan dalam kondisi meragukan kemahakuasaanNya. Saya lagi tidak krisis iman. Saya orang yang yakin bahwa iman harus mengalami fase kritis dulu sebelum bisa benar-benar menjadi kuat, rada-rada mirip sama penyakit demam berdarah…Mesti demam dulu sebelum benar-benar sembuh. Fase ini saya alami belasan tahun yang silam. Pertanyaan di atas bukan sebuah gugatan,hanya sekedar uneg-uneg menahun yang kerap saya ajukan pada Tuhan karena percaya bahwa Tuhan adalah Sosok Demokratis sekaligus Pendengar Maha Setia dengan telinga yang daya serapnya melampaui dasar kain kapas. Kendati beberapa teman kerap memprotes kenapa saya ‘memprotes’ Tuhan (sengaja kata protes yang terakhir saya letakkan dalam tanda kutip untuk menunjukkan betapa salahnya mereka dalam memaknai kebiasaan saya untuk bertanya kepadaNya), saya ya tetap saja bertanya. Saya kok yakin banget ya bahwa Tuhan pasti tak keberatan ditanya manusia. Nikodemus juga nanya kok ke Tuhan dan cara dia bertanya sangat merepotkan:Datang malam-malam. Buktinya Tuhan baik-baik aja ke dia.Pertanyaannya tetap dijawab kendati Dia pasti capek berat karena kerja seharian menghadapi 12 murid yang tingkahnya aneh-aneh dan ribuan pengikut oportunis yang setia mengekor saat Dia rajin melakukan mukjizat namun kelak meninggalkanNya ketika Ia babak-belur di bawah keberingasan prajurit Romawi.
Saya percaya sebagian besar pertanyaan tadi bisa dijawab melalui berbagai sudut pandang. Penyerbuan ke San Pedro tentu saja bisa ditelusuri penyebabnya dari perspektif politik. Michael Jackson meninggal bisa ditemukan musababnya dari sisi medis. Teori konspirasi mungkin bisa digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang mengapa Munir meninggal.Sejarah perjuangan Munir dan relasinya yang buruk dengan militer di wilayah profesional (bukan pada tataran personal) dan amarah negara terhadap kritiknya yang kerap frontal,tentu bisa bicara banyak tentang mengapa ia akhirnya mati muda.
Bagaimanapun, pertanyaan yang ada di kepala saya sebenarnya melampaui apa yang bisa dijawab dengan sebuah bahasa serta rentetan fakta. Sesungguhnya saya ingin sekali memperoleh jawaban atas pertanyaan,”Kenapa Tuhan membiarkan ini semua terjadi?” Tentu kita semua tahu bahwa itu adalah pertanyaan retoris tapi ngga ada peraturan yang melarang kita mengajukan pertanyaan retoris, bukan ? Saya pikir, Ia bisa membelah Laut Merah, itu kan berarti Ia bisa juga menghilangkan efek arsenik pada minuman yang ditenggak Munir. Ia bisa menyembuhkan orang berusia 40an tahun yang buta sejak lahir padahal tahun 2000-an, seorang dokter mata mengatakan bahwa kebutaan sejak lahir hanya bisa disembuhkan jika si penderita menerima perawatan sebelum berusia 4 tahun. Seorang ilusionis, Brock Gill, membutuhkan persiapan 2 minggu, 30 pembantu,ratusan ribu gallon air dan 6 mesin berbagai jenis untuk mempertunjukkan ilusi meredakan badai di dalam sebuah studio. Yesus tak butuh persiapan barang setitikpun dan pertolongan dari satu orang pun untuk menenangkan badai dalam arti harafiah di dunia nyata. Dengan kemahabisaanNya yang melampuai kreativitas seniman manapun, Ia pastilah mampu memperoleh cara untuk menolong manusia yang hidupnya berguna untuk tetap jalan terus….
Saya tahu pertanyaan saya sudah masuk ke wilayah yang tak bisa ditangkap mata dan bahkan tak kuasa digapai nalar. Saya rasa sampai di titik ini mungkin yang Ia ingini adalah saya terus bertanya namun berhenti mengharapkan jawaban atas pertanyaan retoris semacam di atas. Mungkin Ia ingin saya lebih mengisi benak saya dengan mimpi dan harapan konkret yang berguna untuk sesama daripada menyesakinya dengan pikiran-pikiran yang berdaya kontaminasi tinggi.Mustahil memang mengajukan pertanyaan retoris bernuansa muram tanpa membiarkan muka para penjahat lalu-lalang di depan pelupuk mata.
Hmmm…Kemungkinan dengan tingkat kepastian tertinggi, mungkin… Mungkin Ia ingin saya berkesimpulan bahwa ada begitu banyak hal buruk di atas bumi yang sesungguhnya bisa dihindari dan hanya manusialah yang bisa membenahinya. Oleh karena itulah alih-alih mencari jawaban, mungkin yang harus saya ( kita?)lakukan adalah mengganti pertanyaan klasik-retorik di atas menjadi sebuah pertanyaan informatoris,”Mengapa bisa orang seperti Pius menjadi anggota dewan yang terhormat? Mengapa perampas nyawa sesama bisa jadi presiden berulang kali?Mengapa anak-anaknya bisa leluasa berbisnis dengan cek kosong dan melenggang bebas?
Dunia bukan tempat pesta menyenangkan yang sesak dengan tamu ramah. Hidup semakin absurd. Kepiawaian dalam membedakan pertanyaan retoris dari pertanyaan informatoris, optimisme untuk mencari jawaban konkret atas pertanyaan yang bisa dijawab, kepekaan dalam melihat apa bagian kita dan apa bagianNya, akan membuat kekusutan saat berpikir bisa diurai. Informasi Pater Martin mengenai penyerbuan ke San Pedro membuat pikiran saya melayang ke mana-mana. Di satu sisi,saya berharap pada tulisan inilah pikiran tersebut akan saya biarkan berlabuh. Bagaimanapun di sisi lain saya percaya tulisan ini hanyalah sebuah persinggahan, bukan pelabuhan.
Bukankah bertanya adalah aktivitas yang bisa dimulai namun tak bisa diakhiri ?
Selamat berlibur.
Lippo-Cikarang, 5 Desember 2010, jam 10.55.
“One child, one teacher, one book, one pen can change the world.”
-Malala Yousafzai-