Kisah Pak Sefnat:
Semoga Hati Saya Mulai Berpindah...
Di penghujung bulan Mei 2013, saya pindah rumah jadi secara otomatis saya menyortir barang. "Semakin tua,semakin sedikit barang yang kita perlukan karena kita sudah makin dekat dengan kematian", begitu tutur seorang dokter ketika ditanya mengapa beliau rajin membebaskan biaya pasien(Sayang, saya lupa nama dokter itu).
Dengan mengacu pada prinsip tersebut, saya berhasil menyimpan seluruh harta pribadi saya ke dalam tiga boks setinggi 45 cm;di dalamnya sudah termasuk baju kerja, baju rumah, kebaya serta baju pesta dan asesoris.
Proses penyortiran barang membawa pikiran saya ke dua sosok. Pertama, dokter di atas. Kedua,Pak Sefnat,guru di NTT yang punya anak 4,bergaji 225 ribu/bulan, dan 18 tahun jalan kaki 28 km dari rumah ke sekolah pulang pergi.
Penggaris yang saya gunakan untuk mengukur rasa cukup berbeda dengan penggaris yang mereka pakai. Saya tak bisa merasa cukup kalau pergi mengajar harus jalan kaki. Saya pasti menderita lahir batin kalau disuruh hidup tanpa coklat dan kopi (pengeluaran saya per bulan utk membeli kedua hal ini lebih besar daripada gaji Pak Sefnat). Sederhana mah OK tapi kalo disuruh kere berat, ogah. Bagaimanapun, cara mereka berdua menjalani hidup membuat saya teringat dengan sebuah kalimat klise yang relevansinya tak akan pernah punah:Kita membutuhkan jauh, bahkan teramattttt jauh, lebih sedikit dari apa yang kita kira kita butuhkan.
"Di mana hartamu berada,di situ juga hatimu berada". Sebagai manusia biasa yang bukan pertapa, tentu saja saya sangat menyukai uang dan terikat pada kebendaan. Bagaimanapun, barang pribadi yang bisa dipadatkan ke dalam 3 buah kotak semoga menunjukkan bahwa saya bukan hanya pindah rumah, namun juga mudah-mudahan adalah sebuah tanda bahwa hati saya mulai bisa berpindah.
Saya tidak menyalahkan mereka yang hobi belanja. Saya cewek, banyak cewek ga hobi belanja tapi mana ada cewek yang anti belanja?? Kalau memang kita sudah menabung, sering berbagi rejeki dan sisanya masih ada,ya belanjain aja,gitu aja kok repot. Hidup pasti tak nyaman jika kitaover-analytical dan saya juga tak punya kapasitas untuk menilai pengeluaran orang.
Lewat postingan ini,saya hanya mau menyampaikan sebuah kalimat yang pernah diucapkan Billy Graham: "Tunjukkan seberapa dekat atau seberapa jauh hubunganmu dengan hartamu. Dari situ saya bisa menunjukkan seberapa dekat atau jauhnya kamu dari Tuhan".
Menyortir barang bukan hanya dilakukan supaya kita memiliki ruang yang lebih luas di rumah. Menyortir perlu dikerjakan agar kita bisa punya hati yang lebih lapang.
Sehingga,pada akhirnya, ada lebih banyak orang yang bisa masuk ke situ.
Selamat menyortir:-)
Salam,
Lippo Cikarang
10 Juni 2013
Dengan mengacu pada prinsip tersebut, saya berhasil menyimpan seluruh harta pribadi saya ke dalam tiga boks setinggi 45 cm;di dalamnya sudah termasuk baju kerja, baju rumah, kebaya serta baju pesta dan asesoris.
Proses penyortiran barang membawa pikiran saya ke dua sosok. Pertama, dokter di atas. Kedua,Pak Sefnat,guru di NTT yang punya anak 4,bergaji 225 ribu/bulan, dan 18 tahun jalan kaki 28 km dari rumah ke sekolah pulang pergi.
Penggaris yang saya gunakan untuk mengukur rasa cukup berbeda dengan penggaris yang mereka pakai. Saya tak bisa merasa cukup kalau pergi mengajar harus jalan kaki. Saya pasti menderita lahir batin kalau disuruh hidup tanpa coklat dan kopi (pengeluaran saya per bulan utk membeli kedua hal ini lebih besar daripada gaji Pak Sefnat). Sederhana mah OK tapi kalo disuruh kere berat, ogah. Bagaimanapun, cara mereka berdua menjalani hidup membuat saya teringat dengan sebuah kalimat klise yang relevansinya tak akan pernah punah:Kita membutuhkan jauh, bahkan teramattttt jauh, lebih sedikit dari apa yang kita kira kita butuhkan.
"Di mana hartamu berada,di situ juga hatimu berada". Sebagai manusia biasa yang bukan pertapa, tentu saja saya sangat menyukai uang dan terikat pada kebendaan. Bagaimanapun, barang pribadi yang bisa dipadatkan ke dalam 3 buah kotak semoga menunjukkan bahwa saya bukan hanya pindah rumah, namun juga mudah-mudahan adalah sebuah tanda bahwa hati saya mulai bisa berpindah.
Saya tidak menyalahkan mereka yang hobi belanja. Saya cewek, banyak cewek ga hobi belanja tapi mana ada cewek yang anti belanja?? Kalau memang kita sudah menabung, sering berbagi rejeki dan sisanya masih ada,ya belanjain aja,gitu aja kok repot. Hidup pasti tak nyaman jika kitaover-analytical dan saya juga tak punya kapasitas untuk menilai pengeluaran orang.
Lewat postingan ini,saya hanya mau menyampaikan sebuah kalimat yang pernah diucapkan Billy Graham: "Tunjukkan seberapa dekat atau seberapa jauh hubunganmu dengan hartamu. Dari situ saya bisa menunjukkan seberapa dekat atau jauhnya kamu dari Tuhan".
Menyortir barang bukan hanya dilakukan supaya kita memiliki ruang yang lebih luas di rumah. Menyortir perlu dikerjakan agar kita bisa punya hati yang lebih lapang.
Sehingga,pada akhirnya, ada lebih banyak orang yang bisa masuk ke situ.
Selamat menyortir:-)
Salam,
Lippo Cikarang
10 Juni 2013