Mengapa Di Kantor Orang Menjatuhkan Rekan Sekerja ?
Mari kita bicara soal topik yang pernah kita semua alami “Menjatuhkan Teman Atau Lawan Di Kantor”. Saya yakin Anda pernah ada di dalam kisah “Menjatuhkan Teman Atau Lawan”, kalo ngga sebagai pelaku, ya sebagai korban.
Saya ngerti kalo pengusaha menjatuhkan kompetitor bisnis atau anggota DPR saling sikut. BUKAN membenarkan ya, hanya sekedar paham. Saya mengerti sikut-menyikut dalam politik atau bisnis bisa membawa hasil yang menyilaukan mata:Keberhasilan menjatuhkan lawan berarti bisa bawa anak-anak keliling Eropa dan bukan hanya libur ke Ancol. Menyikut kawan atau lawan berarti bisa membelikan istri tas Hermes, dan bukan hanya memberikan dia keleluasaan belanja seminggu dua kali ke mini market sebelah rumah. Berhasil menelikung lawan berarti suami bisa beli mobil keluaran terbaru atau minum wine yang berusia ratusan tahun.
Saya ngga setuju tapi mengerti. Yang saya ngga ngerti adalah aktivitas sikut-menyikut orang-orang kantoran kelas menengah bawah. Anda tau maksud saya ? Itu loh...Kan ada kantor yang sistemnya sudah rapi dan bisa dibilang kaku. Gaji dihitung berdasarkan komponen-komponen yang sudah ditentukan pendiri perusahaan. Lalu buat apa ya karyawannya suka ngejatuhin teman?Mereka ga jadi kaya kalau berhasil membuat temannya jatuh. Naik pangkat kayaknya ngga juga...Lantas kenapa mereka tetap melakukannya, bukannya malah nama mereka jadi tercemar ?
Menurut saya ada orang-orang yang menjatuhkan orang lain semata-mata karena mereka puas melihat orang susah dan tersudut. Ada juga yang karena kerjanya jelek dan agar orang tak menyorot mereka maka mereka mencoba membuat orang lain lebih jelek dibandingkan diri mereka. Saya iseng melakukan riset abal-abal, tentu saja ada banyak bagian yang bisa diperdebatkan namun ini bukan tulisan ilmiah, hanya buat stimulasi mikir, jadi saya ngga mau berpanjang-panjang dan membuat tulisan jadi ribet. Yakkk....Sodara-sodara, inilah hasilnya:
1. Menjaga reputasi
Yang fitnah percaya bahwa dia punya reputasi baik. Saat dia berada dalam situasi yang menurutnya akan menjatuhkan reputasinya, dia akan menjatuhkan orang lain dengan harapan dirinya selamat dan orang lain terlihat jelek.
2. Mengidap kelainan jiwa.
Kalau terbiasa memfitnah atau menjatuhkan orang lain, bukan hanya sesekali tapi memfitnahnya sering, diduga keras orang tersebut mengidap gangguan jiawa.Istilahnya “Pathological liar”. Penyebabnya antara lain kekurangan hormon serotonin, produk keluarga berantakan atau memiliki kepribadian anti sosial. Tentu saja keluarga berantakan bukanlah penyebab wajib (Lihat: http://www.gurudanpenulis.com/8surat-terbuka-untuk-laire-siwi-laire-sayang-kamu-tahu-lsquosacred-angerrsquo-nggarsquo.html )
3. Kurang percaya diri, self-esteem rendah.
Mereka menganggap diri mereka rendah dan berpendapat kalau bisa menjatuhkan atau memfitnah orang lain, mereka akan terlihat tinggi dan orang lain terkesan rendah.
4. Mencari perhatian
Jika si A menjatuhkan si B dengan cara bertindak seolah-olah dirinya adalah korban dari kejelekan si B, maka tujuan yang hendak A raih adalah “memperoleh perhatian”. Jelas, hal ini terjadi karena ia kurang perhatian.
5. Kurang pengetahuan
Orang yang tidak paham cara menangani masalah yang sedang ia hadapi atau ketrampilannya memecahkan masalah amat dangkal, ini juga bisa pada akhirnya menjatuhkan orang lain.
6. Berharap naik pangkat atau naik gaji
Ada perusahaan yang sedemikian solidnya sehingga kinerja karyawan dievaluasi secara lumayan obyektif. Bagaimanapun, di tempat seprofesional apapun, tetap aja fitnah atau adegan sikut-menyikut bisa ditemui. Hal ini terjadi karena yang menyikut menganalisa bahwa ada celah yang bisa dia manfaatkan untuk mengadali sistem penilaian. Jika dia terlihat bagus, walau dengan cara melakukan black campaign, maka ia bisa mendapat gaji yang lebih baik atau posisi yang lebih tinggi.
7. Sirik/Dengki Namun Tak Berdaya Untuk Menyaingi
Ada orang memfitnah karena iri dan jengkel akan kelebihan lawan/kawan tersebut. Ia memfitnah atau menjatuhkan karena ia tak bisa melampaui kelebihan lawan/kawan tersebut.
8. Masih Belum Bisa Berdamai Dengan Tuhan dan Dirinya Sendiri
Memfitnah itu ‘kan namanya cari gara-gara dengan sesama. Kenapa cari masalah ? Karena dia masih bermasalah dengan dirinya sendiri. Kenapa masih bermasalah dengan dirinya sendiri ? Karena masalah dia dengan Tuhan belum dibereskan.
BTW, saya pernah memfitnah orang ngga ? Dengan amat sangat bangga saya beritahu SEINGAT SAYA, saya belum pernah memfitnah. Kalo bohong, sering, terutama bohong putih. Misal:”How are you?”, lalu saya jawab,”Fine”, padahal aslinya saya lagi mau ngegaplokkin orang atau lagi bokek berat. Browsing aja, kalo soal bohong putih, semua orang-termasuk rohaniwan yang lebih dari 50 % waktunya dipake beribadah dan khotbah-juga kerap melakukannya. Lagian saya ibu-ibu, mana ada orang punya anak jarang bohong, aya-aya wae. Kalo gossip juga sering. Ya seringlah....Dengan Presiden sedodol SBY dan ibu negara setemperamental istrinya, siapa sih orang Indonesia yang kaga demen ngegosip ?
Di kelas, nungguin Merryll ekstra-kurikuler
29 Januari 2014
16.06 WIB
Saya ngerti kalo pengusaha menjatuhkan kompetitor bisnis atau anggota DPR saling sikut. BUKAN membenarkan ya, hanya sekedar paham. Saya mengerti sikut-menyikut dalam politik atau bisnis bisa membawa hasil yang menyilaukan mata:Keberhasilan menjatuhkan lawan berarti bisa bawa anak-anak keliling Eropa dan bukan hanya libur ke Ancol. Menyikut kawan atau lawan berarti bisa membelikan istri tas Hermes, dan bukan hanya memberikan dia keleluasaan belanja seminggu dua kali ke mini market sebelah rumah. Berhasil menelikung lawan berarti suami bisa beli mobil keluaran terbaru atau minum wine yang berusia ratusan tahun.
Saya ngga setuju tapi mengerti. Yang saya ngga ngerti adalah aktivitas sikut-menyikut orang-orang kantoran kelas menengah bawah. Anda tau maksud saya ? Itu loh...Kan ada kantor yang sistemnya sudah rapi dan bisa dibilang kaku. Gaji dihitung berdasarkan komponen-komponen yang sudah ditentukan pendiri perusahaan. Lalu buat apa ya karyawannya suka ngejatuhin teman?Mereka ga jadi kaya kalau berhasil membuat temannya jatuh. Naik pangkat kayaknya ngga juga...Lantas kenapa mereka tetap melakukannya, bukannya malah nama mereka jadi tercemar ?
Menurut saya ada orang-orang yang menjatuhkan orang lain semata-mata karena mereka puas melihat orang susah dan tersudut. Ada juga yang karena kerjanya jelek dan agar orang tak menyorot mereka maka mereka mencoba membuat orang lain lebih jelek dibandingkan diri mereka. Saya iseng melakukan riset abal-abal, tentu saja ada banyak bagian yang bisa diperdebatkan namun ini bukan tulisan ilmiah, hanya buat stimulasi mikir, jadi saya ngga mau berpanjang-panjang dan membuat tulisan jadi ribet. Yakkk....Sodara-sodara, inilah hasilnya:
1. Menjaga reputasi
Yang fitnah percaya bahwa dia punya reputasi baik. Saat dia berada dalam situasi yang menurutnya akan menjatuhkan reputasinya, dia akan menjatuhkan orang lain dengan harapan dirinya selamat dan orang lain terlihat jelek.
2. Mengidap kelainan jiwa.
Kalau terbiasa memfitnah atau menjatuhkan orang lain, bukan hanya sesekali tapi memfitnahnya sering, diduga keras orang tersebut mengidap gangguan jiawa.Istilahnya “Pathological liar”. Penyebabnya antara lain kekurangan hormon serotonin, produk keluarga berantakan atau memiliki kepribadian anti sosial. Tentu saja keluarga berantakan bukanlah penyebab wajib (Lihat: http://www.gurudanpenulis.com/8surat-terbuka-untuk-laire-siwi-laire-sayang-kamu-tahu-lsquosacred-angerrsquo-nggarsquo.html )
3. Kurang percaya diri, self-esteem rendah.
Mereka menganggap diri mereka rendah dan berpendapat kalau bisa menjatuhkan atau memfitnah orang lain, mereka akan terlihat tinggi dan orang lain terkesan rendah.
4. Mencari perhatian
Jika si A menjatuhkan si B dengan cara bertindak seolah-olah dirinya adalah korban dari kejelekan si B, maka tujuan yang hendak A raih adalah “memperoleh perhatian”. Jelas, hal ini terjadi karena ia kurang perhatian.
5. Kurang pengetahuan
Orang yang tidak paham cara menangani masalah yang sedang ia hadapi atau ketrampilannya memecahkan masalah amat dangkal, ini juga bisa pada akhirnya menjatuhkan orang lain.
6. Berharap naik pangkat atau naik gaji
Ada perusahaan yang sedemikian solidnya sehingga kinerja karyawan dievaluasi secara lumayan obyektif. Bagaimanapun, di tempat seprofesional apapun, tetap aja fitnah atau adegan sikut-menyikut bisa ditemui. Hal ini terjadi karena yang menyikut menganalisa bahwa ada celah yang bisa dia manfaatkan untuk mengadali sistem penilaian. Jika dia terlihat bagus, walau dengan cara melakukan black campaign, maka ia bisa mendapat gaji yang lebih baik atau posisi yang lebih tinggi.
7. Sirik/Dengki Namun Tak Berdaya Untuk Menyaingi
Ada orang memfitnah karena iri dan jengkel akan kelebihan lawan/kawan tersebut. Ia memfitnah atau menjatuhkan karena ia tak bisa melampaui kelebihan lawan/kawan tersebut.
8. Masih Belum Bisa Berdamai Dengan Tuhan dan Dirinya Sendiri
Memfitnah itu ‘kan namanya cari gara-gara dengan sesama. Kenapa cari masalah ? Karena dia masih bermasalah dengan dirinya sendiri. Kenapa masih bermasalah dengan dirinya sendiri ? Karena masalah dia dengan Tuhan belum dibereskan.
BTW, saya pernah memfitnah orang ngga ? Dengan amat sangat bangga saya beritahu SEINGAT SAYA, saya belum pernah memfitnah. Kalo bohong, sering, terutama bohong putih. Misal:”How are you?”, lalu saya jawab,”Fine”, padahal aslinya saya lagi mau ngegaplokkin orang atau lagi bokek berat. Browsing aja, kalo soal bohong putih, semua orang-termasuk rohaniwan yang lebih dari 50 % waktunya dipake beribadah dan khotbah-juga kerap melakukannya. Lagian saya ibu-ibu, mana ada orang punya anak jarang bohong, aya-aya wae. Kalo gossip juga sering. Ya seringlah....Dengan Presiden sedodol SBY dan ibu negara setemperamental istrinya, siapa sih orang Indonesia yang kaga demen ngegosip ?
Di kelas, nungguin Merryll ekstra-kurikuler
29 Januari 2014
16.06 WIB