Saat Kontribusi Menjelma Menjadi Hutang
Catatan Mengikuti Kelas Inspirasi, 11 September 2013
Relawan:“Berapa murid di ruangan ini?”
Murid:“38,Pak. 12 laki-laki,25 perempuan, 1 banci”.
Relawan:“Ha?Siapa yang banci?”
Murid:“Saya, Pak”.
***
Relawan: “Siapa namamu?”
Murid:“Pardede,Pak”.
Relawan:“Apa cita-citamu?”
Murid:“Presiden!Presiden Amerika!”
Relawan:“Lho?!Kalo kamu ke Amerika trus jadi presiden, siapa dong nanti nama kamu di sana?”
Murid:“Obama Pardede,Pak”.
***
Relawan:“Selain mengajar, guru itu kerjaannya ngapain aja,ya?”
Murid:“Matematika, Bu”.
Relawan:“Iya, mengajar Matematika. Selain mengajar, apa lagi yang dilakukan guru?”
Murid:“Bahasa Indonesia,Bu”
Relawan:“Iya, selain ngajar Matematika dan Bahasa....Selain mengajar itu semua, apalagi yang dikerjakan seorang guru?”
Murid:”Agama Bu, pelajaran Agama...”.
Relawan:?”:*&*%^$?
***
Murid: Bu, follow saya dong di Twitter...
Relawan: &^%$#??
Murid:Eh, jangan deh Bu. Nanti kalo Ibu follow saya, pas saya nge-tweet, Ibu baca dong....
Relawan:??&^%%?
***
Relawan:Apa cita-cita kamu ?
Murid A:Jadi polisi wanita,Bu.
Relawan:Hebattt....Kenapa mau jadi polisi ?
Murid: Untuk menjaga ketertiban supaya lingkungan menjadi aman dan bebas dari kejahatan.
Relawan : *Dalam hati* Hmmm....Jawabannya pasti niru soal PPKn di buku.
Murid B:Kalo saya mau jadi karyawan elektronik,Bu.
Relawan:Alasannya apa?
Murid B:Supaya kalo barangnya orang rusak, bisa saya benerin.
Relawan:Papa kamu tukang servis,ya?
Murid B:Iya,Bu.
Relawan: *Dalam hati*Pinter yak, bakat jadi dukun nih gue.
Murid C:Kalo saya mau jadi Densus 88, Bu.
Relawan:*Dalam hati*Pasti emak bapak ente di rumah keseringan nonton TV One.
***
Bel berbunyi dan Relawan C keluar kelas dengan nafas terengah-engah dan tangan dingin karena berkeringat.
Relawan D:Kenapa,lu?
Relawan C:Haduhhhhhh...Gue ga tau deh mesti ngapain....Pada keluar-keluar kelas. Ada yang masuk kolong meja....Berdiri di atas meja...Manjat jendela....Aduhhh...Tobat dehhh...Tobat.....
***
Relawan E: Eh, Relawan F, kok pas tadi kamu ngomong, kelas jadi tenang sih?
Relawan G:Ya bisalah... Lha anak-anak dia omelin...Jadinya pada takut terus tenang.
Relawan F:*Cengengesan*.
***
Murid-murid masuk dan mencium tangan relawan sebelum kelas dimulai.
Murid pertama. Nampak seperti baru kena pilek. Cium tangan.
Murid kedua.Hidung terlihat agak kotor. Cium tangan.
Murid ketiga, keempat, kelima,keenam,ketujuh,dan seterusnya. Cium tangan.
Murid kedelapan. Menunjukkan gejala seperti anak yang terserang flu. Cium tangan.
Murid kesembilan,kesepuluh, dan seterusnya, dan sebagainya. Cium tangan.
Murid kesekian. Sepertinya kena flu beneran nih yang ini. Cium tangan.
Murid kesekian kesekian. Anak yang satu ini hampir pasti emang kena pilek. Cium tangan.
Relawan:*Menyodorkan tangan dengan pasrah* Ohhh....Kapankah penderitaan ini berakhir ??!!!!
***
Apa yang baru saja Anda baca di atas adalah cuplikan pengalaman para relawan Kelas Inspirasi (KI) yang mengajar di sebuah sekolah dasar di wilayah Bekasi. Kami adalah angkatan ketiga, rasanya layak dinobatkan sebagai (salah satu) tim terkompak. Logistik rapiiiii jaliii: Poster, banner, name tags, minuman, makanan, LCD, cable roll....Terima kasih banyak buat koordinatornya, Mbak Uti dari Jababeka, untuk kerja keras dan sifat perfeksionisnya yang bikin tim menjadi sejahtera aman damai tentram tenang.
Saya melamar untuk menjadi relawan karena memiliki kegelisahan yang kian besar tentang kapan saya akan membayar utang kepada rakyat. Saya kuliah di UGM dan subsidi dari mereka (Baca:Rakyat. Bukan pemerintah) memungkinkan saya untuk kuliah hanya dengan biaya Rp.110,000/semester (Iya...Bener, Anda ngga salah baca: Seratus sepuluh ribu, bukan sebelas juta atau satu juta seratus ribu rupiah). Menjadi relawan KI tentu saja tak akan pernah bisa melunasi hutang tersebut namun paling tidak keputusan ini adalah petunjuk bahwa saya sadar saya sedang menjalani hidup sebagai seorang tukang hutang. Penting bagi kita untuk menyadari bahwa dalam hidup sesungguhnya kita berhutang kepada banyak pihak;kesadaran macam ini mendekatkan kita pada rasa syukur dan juga menjauhkan kita dari rasa pongah.
***
Kelas Inspirasi. Program ini dikelola oleh Indonesia Mengajar dan memiliki tujuan agar para profesional bercerita tentang pekerjaan mereka kepada para murid dan menginspirasi siswa-siswinya untuk meraih cita-cita dan tak pernah berhenti bermimpi.
Namun sebenarnya, siapa sih yang menginspirasi ? Siapa menginspirasi siapa?Siapa diinspirasi siapa? Relawan menginpirasi murid? Yang bener ??
Saya kok merasa sebagai relawan saya jauh lebih banyak menerima inspirasi dibandingkan murid di dua kelas yang saya ajar hari ini.
Apa iya murid diinspirasi ?
Ada murid yang mendengarkan relawan bercerita dan sangat antusias namun ada juga loh murid yang naik ke bangku dan ribut pukul meja saat relawan bicara. Masa’ iya anak bisa terinspirasi dalam keadaan jongkok dan sibuk meraba-raba lantai karena bersemangat mencari barang, entahlah apa, jauh di pojok kolong meja di sebuah sisi kelas.
Apa betul relawan datang untuk memberi kontribusi ?
Emang sih, kami keluar tenaga dan waktu plus duit untuk menjadi relawan KI. Namun memberikan “kontribusi”...Hmmm...Apa iya ? Jika lantas kami menerima hal yang jauh melampaui kontribusi uang, waktu dan tenaga yang sudah kami keluarkan...Apakah kontribusi itu statusnya tetap “kontribusi”? Jangan-jangan sudah berubah menjadi “hutang”.
Awalnya saya mengikuti KI dengan tujuan mulia ingin mencicil hutang pada rakyat namun rasanya kok hutang saya malah jadi tambah banyak. Saya mendapatkan lebih banyak dari apa yang saya keluarkan. Tuhan mengembalikan pemberian saya dalam bentuk yang variatif dengan kualitas yang lebih berlimpah.
Ia kembalikan melalui jumlah teman yang makin banyak.
Ia kembalikan lewat antusiasme, sekaligus kebandelan, murid di kelas yang bikin saya hepi sekaligus puyeng.
Ia kembalikan lewat rasa tersentuh, bercampur prihatin, yang muncul saat saya mendengar murid-murid dengan amat antuasias menyebutkan apa cita-cita mereka. Sebagian di antara mereka tak menyadari betapa eratnya tali kemiskinan mencekik leher orang tua mereka di rumah.
Ia kembalikan lewat semangat yang ditunjukkan murid ketika mereka merespons ajakan untuk jangan pernah berhenti bermimpi dan bekerja.
Ia kembalikan lewat berbagai cerita lucu dan menarik yang dikisahkan oleh relawan lain yang jumlahnya mencapai 16 orang dengan jenis profesi lebih dari sepuluh.
Ia kembalikan melalui sambutan sekolah yang amat kooperatif.
Ia kembalikan dengan cara menanamkan optimisme di hati saya, bahwa sekecil apapun pemberian saya kepada SD tersebut, itu pasti akan berbuah karena saya menyumbangkannya melalui dunia yang amat saya cintai:Pendidikan.
Ia mengembalikannya melalui kepuasan batin, yang kita semua tahu bahwa tak ada uang sebesar apapun yang bisa membelinya.
Kepuasan di batin saya. Juga di batin relawan lain.
Hmmm....Mungkin batin anda juga mau dipuaskan dengan cara yang sama ?
Coba saja tanya diam-diam ke hati Anda. Siapa tahu jawabannya 'ya'. *
Lippo-Cikarang, 11 September 2013, 22.48 WIB
*Informasi Kelas Inspirasi:
www.kelasinspirasi.org.
Murid:“38,Pak. 12 laki-laki,25 perempuan, 1 banci”.
Relawan:“Ha?Siapa yang banci?”
Murid:“Saya, Pak”.
***
Relawan: “Siapa namamu?”
Murid:“Pardede,Pak”.
Relawan:“Apa cita-citamu?”
Murid:“Presiden!Presiden Amerika!”
Relawan:“Lho?!Kalo kamu ke Amerika trus jadi presiden, siapa dong nanti nama kamu di sana?”
Murid:“Obama Pardede,Pak”.
***
Relawan:“Selain mengajar, guru itu kerjaannya ngapain aja,ya?”
Murid:“Matematika, Bu”.
Relawan:“Iya, mengajar Matematika. Selain mengajar, apa lagi yang dilakukan guru?”
Murid:“Bahasa Indonesia,Bu”
Relawan:“Iya, selain ngajar Matematika dan Bahasa....Selain mengajar itu semua, apalagi yang dikerjakan seorang guru?”
Murid:”Agama Bu, pelajaran Agama...”.
Relawan:?”:*&*%^$?
***
Murid: Bu, follow saya dong di Twitter...
Relawan: &^%$#??
Murid:Eh, jangan deh Bu. Nanti kalo Ibu follow saya, pas saya nge-tweet, Ibu baca dong....
Relawan:??&^%%?
***
Relawan:Apa cita-cita kamu ?
Murid A:Jadi polisi wanita,Bu.
Relawan:Hebattt....Kenapa mau jadi polisi ?
Murid: Untuk menjaga ketertiban supaya lingkungan menjadi aman dan bebas dari kejahatan.
Relawan : *Dalam hati* Hmmm....Jawabannya pasti niru soal PPKn di buku.
Murid B:Kalo saya mau jadi karyawan elektronik,Bu.
Relawan:Alasannya apa?
Murid B:Supaya kalo barangnya orang rusak, bisa saya benerin.
Relawan:Papa kamu tukang servis,ya?
Murid B:Iya,Bu.
Relawan: *Dalam hati*Pinter yak, bakat jadi dukun nih gue.
Murid C:Kalo saya mau jadi Densus 88, Bu.
Relawan:*Dalam hati*Pasti emak bapak ente di rumah keseringan nonton TV One.
***
Bel berbunyi dan Relawan C keluar kelas dengan nafas terengah-engah dan tangan dingin karena berkeringat.
Relawan D:Kenapa,lu?
Relawan C:Haduhhhhhh...Gue ga tau deh mesti ngapain....Pada keluar-keluar kelas. Ada yang masuk kolong meja....Berdiri di atas meja...Manjat jendela....Aduhhh...Tobat dehhh...Tobat.....
***
Relawan E: Eh, Relawan F, kok pas tadi kamu ngomong, kelas jadi tenang sih?
Relawan G:Ya bisalah... Lha anak-anak dia omelin...Jadinya pada takut terus tenang.
Relawan F:*Cengengesan*.
***
Murid-murid masuk dan mencium tangan relawan sebelum kelas dimulai.
Murid pertama. Nampak seperti baru kena pilek. Cium tangan.
Murid kedua.Hidung terlihat agak kotor. Cium tangan.
Murid ketiga, keempat, kelima,keenam,ketujuh,dan seterusnya. Cium tangan.
Murid kedelapan. Menunjukkan gejala seperti anak yang terserang flu. Cium tangan.
Murid kesembilan,kesepuluh, dan seterusnya, dan sebagainya. Cium tangan.
Murid kesekian. Sepertinya kena flu beneran nih yang ini. Cium tangan.
Murid kesekian kesekian. Anak yang satu ini hampir pasti emang kena pilek. Cium tangan.
Relawan:*Menyodorkan tangan dengan pasrah* Ohhh....Kapankah penderitaan ini berakhir ??!!!!
***
Apa yang baru saja Anda baca di atas adalah cuplikan pengalaman para relawan Kelas Inspirasi (KI) yang mengajar di sebuah sekolah dasar di wilayah Bekasi. Kami adalah angkatan ketiga, rasanya layak dinobatkan sebagai (salah satu) tim terkompak. Logistik rapiiiii jaliii: Poster, banner, name tags, minuman, makanan, LCD, cable roll....Terima kasih banyak buat koordinatornya, Mbak Uti dari Jababeka, untuk kerja keras dan sifat perfeksionisnya yang bikin tim menjadi sejahtera aman damai tentram tenang.
Saya melamar untuk menjadi relawan karena memiliki kegelisahan yang kian besar tentang kapan saya akan membayar utang kepada rakyat. Saya kuliah di UGM dan subsidi dari mereka (Baca:Rakyat. Bukan pemerintah) memungkinkan saya untuk kuliah hanya dengan biaya Rp.110,000/semester (Iya...Bener, Anda ngga salah baca: Seratus sepuluh ribu, bukan sebelas juta atau satu juta seratus ribu rupiah). Menjadi relawan KI tentu saja tak akan pernah bisa melunasi hutang tersebut namun paling tidak keputusan ini adalah petunjuk bahwa saya sadar saya sedang menjalani hidup sebagai seorang tukang hutang. Penting bagi kita untuk menyadari bahwa dalam hidup sesungguhnya kita berhutang kepada banyak pihak;kesadaran macam ini mendekatkan kita pada rasa syukur dan juga menjauhkan kita dari rasa pongah.
***
Kelas Inspirasi. Program ini dikelola oleh Indonesia Mengajar dan memiliki tujuan agar para profesional bercerita tentang pekerjaan mereka kepada para murid dan menginspirasi siswa-siswinya untuk meraih cita-cita dan tak pernah berhenti bermimpi.
Namun sebenarnya, siapa sih yang menginspirasi ? Siapa menginspirasi siapa?Siapa diinspirasi siapa? Relawan menginpirasi murid? Yang bener ??
Saya kok merasa sebagai relawan saya jauh lebih banyak menerima inspirasi dibandingkan murid di dua kelas yang saya ajar hari ini.
Apa iya murid diinspirasi ?
Ada murid yang mendengarkan relawan bercerita dan sangat antusias namun ada juga loh murid yang naik ke bangku dan ribut pukul meja saat relawan bicara. Masa’ iya anak bisa terinspirasi dalam keadaan jongkok dan sibuk meraba-raba lantai karena bersemangat mencari barang, entahlah apa, jauh di pojok kolong meja di sebuah sisi kelas.
Apa betul relawan datang untuk memberi kontribusi ?
Emang sih, kami keluar tenaga dan waktu plus duit untuk menjadi relawan KI. Namun memberikan “kontribusi”...Hmmm...Apa iya ? Jika lantas kami menerima hal yang jauh melampaui kontribusi uang, waktu dan tenaga yang sudah kami keluarkan...Apakah kontribusi itu statusnya tetap “kontribusi”? Jangan-jangan sudah berubah menjadi “hutang”.
Awalnya saya mengikuti KI dengan tujuan mulia ingin mencicil hutang pada rakyat namun rasanya kok hutang saya malah jadi tambah banyak. Saya mendapatkan lebih banyak dari apa yang saya keluarkan. Tuhan mengembalikan pemberian saya dalam bentuk yang variatif dengan kualitas yang lebih berlimpah.
Ia kembalikan melalui jumlah teman yang makin banyak.
Ia kembalikan lewat antusiasme, sekaligus kebandelan, murid di kelas yang bikin saya hepi sekaligus puyeng.
Ia kembalikan lewat rasa tersentuh, bercampur prihatin, yang muncul saat saya mendengar murid-murid dengan amat antuasias menyebutkan apa cita-cita mereka. Sebagian di antara mereka tak menyadari betapa eratnya tali kemiskinan mencekik leher orang tua mereka di rumah.
Ia kembalikan lewat semangat yang ditunjukkan murid ketika mereka merespons ajakan untuk jangan pernah berhenti bermimpi dan bekerja.
Ia kembalikan lewat berbagai cerita lucu dan menarik yang dikisahkan oleh relawan lain yang jumlahnya mencapai 16 orang dengan jenis profesi lebih dari sepuluh.
Ia kembalikan melalui sambutan sekolah yang amat kooperatif.
Ia kembalikan dengan cara menanamkan optimisme di hati saya, bahwa sekecil apapun pemberian saya kepada SD tersebut, itu pasti akan berbuah karena saya menyumbangkannya melalui dunia yang amat saya cintai:Pendidikan.
Ia mengembalikannya melalui kepuasan batin, yang kita semua tahu bahwa tak ada uang sebesar apapun yang bisa membelinya.
Kepuasan di batin saya. Juga di batin relawan lain.
Hmmm....Mungkin batin anda juga mau dipuaskan dengan cara yang sama ?
Coba saja tanya diam-diam ke hati Anda. Siapa tahu jawabannya 'ya'. *
Lippo-Cikarang, 11 September 2013, 22.48 WIB
*Informasi Kelas Inspirasi:
www.kelasinspirasi.org.