Saya Jemaat dari Pendeta yang Ditangkap KPK…
... dan kemarin saya masih kebaktian di situ. Oh ya, perlu kiranya digarisbawahi bahwa postingan ini tidak mewakili gereja atau jemaat. Ini sepenuhnya tanggung jawab saya pribadi.
Saat saya tau bahwa pendeta saya ditangkap KPK, apa yang saya lakukan? Berhenti ke gereja? Jelas tidak. Saya ke gereja bukan buat ketemu Pak Billy Sindoro atau pendeta-pendeta lainnya.
Banyak yang bertanya,”Eh, elo nggak pindah gereja?”
Di gereja lain pendetanya nggak ditangkap KPK tapi mungkin dia selingkuh? Menggaji pembantu di bawah UMR? Kecanduan pornografi? Menganggap gerejanya bener sendiri dan gereja lain harus dilempar ke neraka? Ada loh gereja kayak gini, adaaaa…..Sebagian orang Kristen percaya bahwa nggak ada dosa kecil atau besar, semua dosa sama. Bagaimanapun, ada kok yang namanya degree of punishment dan efek dosa pun ada levelnya. Masalahnya: All sins are evil. Now, who’s gonna throw the first stone ? (John 8:7).
Alasan utama kenapa saya nggak pindah adalah karena saya yakin kalau pun ada gereja yang sempurna, begitu saya masuk ke situ otomatis gereja itu akan jadi nggak sempurna. Nanti kalau saya pindah, jangan-jangan jemaat di gereja yang baru ada yang keluar karena sebel sama saya, bisa aja ‘kan?
Di gereja saya tuh ya, ada yang mengalami pelecehan seksual puluhan tahun. Ada yang pernah 'ngelakuin apa ajalah yang bandel-bandel'. Ada yang nggak ngomong sama bapaknya bertahun-tahun. Yang sakit hati karena dilecehkan secara seksual, sudah datang ke ayahnya dan bilang bahwa dia sudah memaafkan. Iya, nggak salah nulis nih.Yang dilecehkan datang ke yang melecehkan. Pause sebentar. Nggak ada kajian a la feminis ya untuk kasus ini, nanti tulisan saya jadi nggak fokus. OK, lanjut.
Yang 'udah ngelakuin apa aja', udah brenti. Dia baru aja ketemu presiden untuk urusan kerjaan alias tugas negara. Yang dicuekin bapaknya bertahun-tahun, dia berusaha memperbaiki hubungan tapi bapaknya nggak mau. Suatu hari bapaknya mendadak nelfon dia dan nanya kabar. Hal ini terjadi pas saya lagi makan sama dia sekitar 10 menit setelah, untuk ke sekian ratus kalinya, dia berdoa agar bapaknya mau diajak baikan.
We are a bunch of broken people and some (Most?All?) of us are very poor spiritually. Efek positifnya ada:Orang miskin mudah berserah karena kami nggak punya apa-apa untuk dipertahankan. Ini ‘kan sama kayak orang tenggelam. Kalo dia udah nggak punya tenaga dan nggak bisa gerak lagi, baru deh gampang untuk ditolong.
Sangat mungkin karena kami pasrah itulah makanya kami relatif mudah dibantu. Ada yang keluarganya udah hancur berkeping-keping lalu kembali jadi satu, ada yang melakukan KDRT kemudian berhenti…Saya nggak mau bilang semua yang bermasalah lalu sembuh. Gereja saya bukan surga dan juga bukan panti rehabilitasi. Saya hanya berani bilang:Jelas tidak semua jemaat berbalik jadi baik atau benar, namun ada, dan jumlahnya nggak bisa dibilang sedikit.
Saya salah satunya. Sejak bergereja di situ, saya jadi orang yang jauh lebih baik daripada saya yang dulu. Heiii…Baca baik-baik, ya: Lebih baik dari saya yang dulu, bukan lebih baik dari Anda. Tau dari mana? Lha ya tauklah. Dari lahir ‘kan saya kalo ke mana-mana selalu sama diri saya.
Hmmm...Saya (merasa) menjadi orang yang lebih baik dibandingkan saya dulu, entahlah ini sayanya aja yang GRan atau memang bener saya sudah lebih baik. Kalo beneran, menarik juga untuk mencermati bahwa ini terjadi di gereja yang pimpinannya ditangkap KPK. Pertanda bahwa hidup memang sering tak hitam-putih, mungkin? Juga pertanda bahwa kepribadian manusia memang kompleks? Seperti kata penyair Walt Whitman,"Do I contradict myself? Very well, then I contradict myself, I am large, I contain multitudes."
Nah, sekarang, izinkan saya untuk menjelaskan kenapa saya bikin tulisan ini.
Saya ingin ngajak kita semua untuk mulai berpikir. Ada banyak pendeta yang harus rangkap jabatan karena mereka menopang keberlangsungan gereja dan membantu jemaat secara finansial. Jadi mau nggak mau, mereka harus cari uang. Bagaimanapun, ada baiknya kita mikir: Sampai ke titik mana pemimpin kita bisa rangkap jabatan, apa batasan boleh dan tidak boleh, dalam sikon apa justru rangkap jabatan adalah sebuah keharusan atau sebaliknya, mesti dilarang dengan sangat keras? Jika pemimpin kita rangkap jabatan lalu posisinya dilematis, pengurus gereja mesti ngapain dan jemaat sebaiknya ngapain? Mungkin lembaga resmi Kristen perlu rapat tentang ini dan bikin peraturan? Entahlah. Saya orang awam, jemaat biasa, lha saya juga nggak tau mesti gimana, makanya di tulisan ini saya nanya.
Tujuan lain…Untuk yang ngomel atau mencela Pak Billy, saya minta tolong sedikit, bisa ya? Saya paham kalian sebel, saya sih nggak ikutan memaki atau ngomel. Lha itu program gereja banyak banget yang bagus, berguna buat saya dan keluarga, lha gimana lah saya mau ngomel. Ya tapi saya ngerti kalo kalian sebel. Bagaimanapun, hati saya bolong-bolong deh liat Yesus serta ayat Alkitab dibawa-bawa secara negatif atau dijadiin bahan becandaan. Kalian pasti nggak nyaman kalo ayah kalian bikin salah dan ibu kalian dibawa-bawa. Nah, ini bukan ibu. PosisiNya lebih tinggi. Tolong deh jangan ngomel sambil becandain atau ngehina nama Yesus atau ayat Alkitab, risih tauk gak sih lo bacanya.
Saya juga ingin sampaikan…Setelah maki-maki, ngomel, lantas apa? Hidup kalian jalan kayak biasa? Lah, nanti terulang lagi dong? Terus kalian ngomel lagi? Dan lagi-lagi abis itu hidup jalan seperti biasa lalu terjadi lagi terus ngomel lagi kemudian…
Gitu aja dah terus sampe kiamat.
Khusus untuk yang belum mikir dan belum melakukan apa-apa…Mari kita mikir sama-sama, sekarang mau ngapain? Berhenti nyuap polisi pas ditilang? Ngurus dokumen di instansi yang pejabatnya korup tanpa uang pelicin dan siap menanggung resiko bahwa dokumen itu jadinya mungkin tahun depan ?
Kalau kita idealis dan cerdas, mulailah berpikir secara serius untuk masuk ke dunia politik. Suap terhadap pejabat hanya bisa diberantas kalo orang bersih ada di dalam sistem. Ahok pernah bilang:Orang miskin takut orang kaya dan orang kaya takut pejabat. Nah. Dunia politik bukan panggilan hidup kita? OKlah…Kalo gitu, minimal yuk bantu kampanye Jokowi dan lirik teman atau saudara yang potensial masuk politik. Kasih mereka dukungan, ajak untuk secara serius terjun ke politik. Amsal 29:2.
Hidup kita berkelindan: Saling terhubung. Baik langsung maupun tidak, entah dengan cara bagaimana, entah dengan kualitas sedalam atau sedangkal apa, entah dengan frekwensi sesering atau sejarang apa.
Bupati yang minta suap itu, mungkin dia jadi bupati karena nggak ada saingan:Ada 100 orang bersih malas masuk politik dan mereka malas karena kita tak mendukung. Eh, jangan-jangan kita bahkan termasuk yang 100 itu.
Bupati yang disuap itu minta sogokan karena memang orang-orang yang dimintain nurut aja dan itu sudah berlangsung dari, entahlah, dari zaman batu kali, yak. Sebelumnya kakek kita mungkin menyuap pendahulunya. Lalu tetangga kita, sepupu, atau bahkan kita sendiri meneruskan tradisi itu dan pejabatnya terinspirasi untuk lebih giat lagi minta disuap.
Mungkin ada yang berkomentar kayak begini,”Yaela…Rempong amat. Ngapain juga mikirin beginian. Elo aja kali...Gue kerja dari pagi sampe malam aja udah pusing. Pasti udah ada lah yang mikirin hal-hal beginian”.
Our lives begin to end, the day when we become silent about things that matter, begitu kata Martin Luther King, Jr.
22/10/2018, 14.27 WIB
Meicky Shoreamanis Panggabean
www.gurupenulis.weebly.com
Saat saya tau bahwa pendeta saya ditangkap KPK, apa yang saya lakukan? Berhenti ke gereja? Jelas tidak. Saya ke gereja bukan buat ketemu Pak Billy Sindoro atau pendeta-pendeta lainnya.
Banyak yang bertanya,”Eh, elo nggak pindah gereja?”
Di gereja lain pendetanya nggak ditangkap KPK tapi mungkin dia selingkuh? Menggaji pembantu di bawah UMR? Kecanduan pornografi? Menganggap gerejanya bener sendiri dan gereja lain harus dilempar ke neraka? Ada loh gereja kayak gini, adaaaa…..Sebagian orang Kristen percaya bahwa nggak ada dosa kecil atau besar, semua dosa sama. Bagaimanapun, ada kok yang namanya degree of punishment dan efek dosa pun ada levelnya. Masalahnya: All sins are evil. Now, who’s gonna throw the first stone ? (John 8:7).
Alasan utama kenapa saya nggak pindah adalah karena saya yakin kalau pun ada gereja yang sempurna, begitu saya masuk ke situ otomatis gereja itu akan jadi nggak sempurna. Nanti kalau saya pindah, jangan-jangan jemaat di gereja yang baru ada yang keluar karena sebel sama saya, bisa aja ‘kan?
Di gereja saya tuh ya, ada yang mengalami pelecehan seksual puluhan tahun. Ada yang pernah 'ngelakuin apa ajalah yang bandel-bandel'. Ada yang nggak ngomong sama bapaknya bertahun-tahun. Yang sakit hati karena dilecehkan secara seksual, sudah datang ke ayahnya dan bilang bahwa dia sudah memaafkan. Iya, nggak salah nulis nih.Yang dilecehkan datang ke yang melecehkan. Pause sebentar. Nggak ada kajian a la feminis ya untuk kasus ini, nanti tulisan saya jadi nggak fokus. OK, lanjut.
Yang 'udah ngelakuin apa aja', udah brenti. Dia baru aja ketemu presiden untuk urusan kerjaan alias tugas negara. Yang dicuekin bapaknya bertahun-tahun, dia berusaha memperbaiki hubungan tapi bapaknya nggak mau. Suatu hari bapaknya mendadak nelfon dia dan nanya kabar. Hal ini terjadi pas saya lagi makan sama dia sekitar 10 menit setelah, untuk ke sekian ratus kalinya, dia berdoa agar bapaknya mau diajak baikan.
We are a bunch of broken people and some (Most?All?) of us are very poor spiritually. Efek positifnya ada:Orang miskin mudah berserah karena kami nggak punya apa-apa untuk dipertahankan. Ini ‘kan sama kayak orang tenggelam. Kalo dia udah nggak punya tenaga dan nggak bisa gerak lagi, baru deh gampang untuk ditolong.
Sangat mungkin karena kami pasrah itulah makanya kami relatif mudah dibantu. Ada yang keluarganya udah hancur berkeping-keping lalu kembali jadi satu, ada yang melakukan KDRT kemudian berhenti…Saya nggak mau bilang semua yang bermasalah lalu sembuh. Gereja saya bukan surga dan juga bukan panti rehabilitasi. Saya hanya berani bilang:Jelas tidak semua jemaat berbalik jadi baik atau benar, namun ada, dan jumlahnya nggak bisa dibilang sedikit.
Saya salah satunya. Sejak bergereja di situ, saya jadi orang yang jauh lebih baik daripada saya yang dulu. Heiii…Baca baik-baik, ya: Lebih baik dari saya yang dulu, bukan lebih baik dari Anda. Tau dari mana? Lha ya tauklah. Dari lahir ‘kan saya kalo ke mana-mana selalu sama diri saya.
Hmmm...Saya (merasa) menjadi orang yang lebih baik dibandingkan saya dulu, entahlah ini sayanya aja yang GRan atau memang bener saya sudah lebih baik. Kalo beneran, menarik juga untuk mencermati bahwa ini terjadi di gereja yang pimpinannya ditangkap KPK. Pertanda bahwa hidup memang sering tak hitam-putih, mungkin? Juga pertanda bahwa kepribadian manusia memang kompleks? Seperti kata penyair Walt Whitman,"Do I contradict myself? Very well, then I contradict myself, I am large, I contain multitudes."
Nah, sekarang, izinkan saya untuk menjelaskan kenapa saya bikin tulisan ini.
Saya ingin ngajak kita semua untuk mulai berpikir. Ada banyak pendeta yang harus rangkap jabatan karena mereka menopang keberlangsungan gereja dan membantu jemaat secara finansial. Jadi mau nggak mau, mereka harus cari uang. Bagaimanapun, ada baiknya kita mikir: Sampai ke titik mana pemimpin kita bisa rangkap jabatan, apa batasan boleh dan tidak boleh, dalam sikon apa justru rangkap jabatan adalah sebuah keharusan atau sebaliknya, mesti dilarang dengan sangat keras? Jika pemimpin kita rangkap jabatan lalu posisinya dilematis, pengurus gereja mesti ngapain dan jemaat sebaiknya ngapain? Mungkin lembaga resmi Kristen perlu rapat tentang ini dan bikin peraturan? Entahlah. Saya orang awam, jemaat biasa, lha saya juga nggak tau mesti gimana, makanya di tulisan ini saya nanya.
Tujuan lain…Untuk yang ngomel atau mencela Pak Billy, saya minta tolong sedikit, bisa ya? Saya paham kalian sebel, saya sih nggak ikutan memaki atau ngomel. Lha itu program gereja banyak banget yang bagus, berguna buat saya dan keluarga, lha gimana lah saya mau ngomel. Ya tapi saya ngerti kalo kalian sebel. Bagaimanapun, hati saya bolong-bolong deh liat Yesus serta ayat Alkitab dibawa-bawa secara negatif atau dijadiin bahan becandaan. Kalian pasti nggak nyaman kalo ayah kalian bikin salah dan ibu kalian dibawa-bawa. Nah, ini bukan ibu. PosisiNya lebih tinggi. Tolong deh jangan ngomel sambil becandain atau ngehina nama Yesus atau ayat Alkitab, risih tauk gak sih lo bacanya.
Saya juga ingin sampaikan…Setelah maki-maki, ngomel, lantas apa? Hidup kalian jalan kayak biasa? Lah, nanti terulang lagi dong? Terus kalian ngomel lagi? Dan lagi-lagi abis itu hidup jalan seperti biasa lalu terjadi lagi terus ngomel lagi kemudian…
Gitu aja dah terus sampe kiamat.
Khusus untuk yang belum mikir dan belum melakukan apa-apa…Mari kita mikir sama-sama, sekarang mau ngapain? Berhenti nyuap polisi pas ditilang? Ngurus dokumen di instansi yang pejabatnya korup tanpa uang pelicin dan siap menanggung resiko bahwa dokumen itu jadinya mungkin tahun depan ?
Kalau kita idealis dan cerdas, mulailah berpikir secara serius untuk masuk ke dunia politik. Suap terhadap pejabat hanya bisa diberantas kalo orang bersih ada di dalam sistem. Ahok pernah bilang:Orang miskin takut orang kaya dan orang kaya takut pejabat. Nah. Dunia politik bukan panggilan hidup kita? OKlah…Kalo gitu, minimal yuk bantu kampanye Jokowi dan lirik teman atau saudara yang potensial masuk politik. Kasih mereka dukungan, ajak untuk secara serius terjun ke politik. Amsal 29:2.
Hidup kita berkelindan: Saling terhubung. Baik langsung maupun tidak, entah dengan cara bagaimana, entah dengan kualitas sedalam atau sedangkal apa, entah dengan frekwensi sesering atau sejarang apa.
Bupati yang minta suap itu, mungkin dia jadi bupati karena nggak ada saingan:Ada 100 orang bersih malas masuk politik dan mereka malas karena kita tak mendukung. Eh, jangan-jangan kita bahkan termasuk yang 100 itu.
Bupati yang disuap itu minta sogokan karena memang orang-orang yang dimintain nurut aja dan itu sudah berlangsung dari, entahlah, dari zaman batu kali, yak. Sebelumnya kakek kita mungkin menyuap pendahulunya. Lalu tetangga kita, sepupu, atau bahkan kita sendiri meneruskan tradisi itu dan pejabatnya terinspirasi untuk lebih giat lagi minta disuap.
Mungkin ada yang berkomentar kayak begini,”Yaela…Rempong amat. Ngapain juga mikirin beginian. Elo aja kali...Gue kerja dari pagi sampe malam aja udah pusing. Pasti udah ada lah yang mikirin hal-hal beginian”.
Our lives begin to end, the day when we become silent about things that matter, begitu kata Martin Luther King, Jr.
22/10/2018, 14.27 WIB
Meicky Shoreamanis Panggabean
www.gurupenulis.weebly.com