Supaya Anak-Anak Kita Selamat:
Latihannya Pasukan Anti Teror Kita Kayak Begini, Nih...
Teroris barbarik yang-perlu-kita-misuh-misuhin-dengan-kata-khusus-yang-belum-ada-di-kamus itu udah semingguan belakangan ini sukses membuat orang waras seIndonesia berduka dan murka. Nggak lama setelah Jokowi pasang muka sangar pas konferensi pers, beliau merestui Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopssusgab) TNI buat ngikut Polri ngebantai teroris. Kalo di mainstream media, kata yang dipakai adalah 'memberantas terorisme.' Kudu jernih dan dingin lah ya kalo yang nulis mainstream media. Di sini, gue akan ngeganti kata sopan nan intelek tersebut dengan kata yang lebih mewakili isi hati yaitu 'membantai teroris.'
Koopssusgab ini adalah pasukan khusus darat, laut, dan udara, dia nempel sama TNI. Kalo yang sering kita denger 'kan Detasemen Khusus 88 Antiteror (Densus 88), ya. Nah, Densus ini nempel sama Kepolisian. Lebih top Densus/Kepolisian dibanding Koopssusgab soalnya sesudah jaman reformasi, TNI tugasnya jaga pertahanan negara sedangkan kepolisian tugasnya memegang keamanan. Jadi, supaya nggak tumpang tindih sama Densus/Kepolisian, Koopssusgab cuma turun gunung kalo Kepolisian dianggap butuh temen (karena udah gak bisa lagi nanganin sendirian) waktu memberantas terorisme, eh salah, saat ngebantai teroris.
Belum ada pasal-pasal yang jelas terkait keterlibatan TNI dalam pembantaian teroris soalnya Koopssusgab sempat dibekukan. Makanya kemarin ada yang ngoceh kayak gini nih, "Negara kita negara hukum dan semua berlaku berlandaskan hukum yang ada. Masalahnya (Koopssusgab) ada dasar hukumnya tidak. Dasar hukumnya apa?" Kira-kira lu bisa nebak gak, yang ngomong dari partai mana ? Gue bisa, dong. PKS. Uhukkk...Uhukkk...Namanya Abdul Kharis Almasyhari, Ketua Komisi I DPR.
Ngebantai rakyat gak perlu payung hukum, ngebantai pembantainya rakyat perlu payung hukum, begitulah kira-kira kata orang yang kebanyakan makan micin.
Koopssusgab dibentuk Moeldoko waktu jadi panglima TNI, isinya Satuan 81 Gultor Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat, Detasemen Jala Mengkara (Denjaka) Korps Marinir TNI Angkatan Laut, dan Satuan Bravo (Satbravo) Pasukan Khas TNI Angkatan Udara. Isinya 90an prajurit. Yang gue mau bahas di sini cuma latihannya Denjaka, yak.
Denjaka tuh pasukan laut, berdiri di akhir 1984 dan sering disebut hantu laut. Walau namanya ada 'laut-laut'nya, Denjaka juga jagoan berantem di di darat dan udara. Mereka dididik 9 bulan di Situbondo. Kalo gak lolos, ntar dipulangin ke rumah ibunya. Buset, manja banget yak ni tentara. Ya nggaklah. Dipulangin ke kesatuannya yang semula. Kalo lolos, lanjut ke tahap berikut. Proses pendidikannya:Praktik 80%, teori cuma 20%. Praktiknya gak cuma di tempat latihan tapi juga di tempat yang sesungguhnya:Hutan dan laut, misalnya. Pas udah masuk Denjaka beneran, mereka juga pas latihan, langsung tuh di tempat yang berpotensi jadi sasaran teror. Misal:Kilang Pertamina di Cilacap. Soalnya 'kan kalo sampe ada bom meledak di situ, berabe. Ini obyek penting negara.
Koopssusgab ini adalah pasukan khusus darat, laut, dan udara, dia nempel sama TNI. Kalo yang sering kita denger 'kan Detasemen Khusus 88 Antiteror (Densus 88), ya. Nah, Densus ini nempel sama Kepolisian. Lebih top Densus/Kepolisian dibanding Koopssusgab soalnya sesudah jaman reformasi, TNI tugasnya jaga pertahanan negara sedangkan kepolisian tugasnya memegang keamanan. Jadi, supaya nggak tumpang tindih sama Densus/Kepolisian, Koopssusgab cuma turun gunung kalo Kepolisian dianggap butuh temen (karena udah gak bisa lagi nanganin sendirian) waktu memberantas terorisme, eh salah, saat ngebantai teroris.
Belum ada pasal-pasal yang jelas terkait keterlibatan TNI dalam pembantaian teroris soalnya Koopssusgab sempat dibekukan. Makanya kemarin ada yang ngoceh kayak gini nih, "Negara kita negara hukum dan semua berlaku berlandaskan hukum yang ada. Masalahnya (Koopssusgab) ada dasar hukumnya tidak. Dasar hukumnya apa?" Kira-kira lu bisa nebak gak, yang ngomong dari partai mana ? Gue bisa, dong. PKS. Uhukkk...Uhukkk...Namanya Abdul Kharis Almasyhari, Ketua Komisi I DPR.
Ngebantai rakyat gak perlu payung hukum, ngebantai pembantainya rakyat perlu payung hukum, begitulah kira-kira kata orang yang kebanyakan makan micin.
Koopssusgab dibentuk Moeldoko waktu jadi panglima TNI, isinya Satuan 81 Gultor Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat, Detasemen Jala Mengkara (Denjaka) Korps Marinir TNI Angkatan Laut, dan Satuan Bravo (Satbravo) Pasukan Khas TNI Angkatan Udara. Isinya 90an prajurit. Yang gue mau bahas di sini cuma latihannya Denjaka, yak.
Denjaka tuh pasukan laut, berdiri di akhir 1984 dan sering disebut hantu laut. Walau namanya ada 'laut-laut'nya, Denjaka juga jagoan berantem di di darat dan udara. Mereka dididik 9 bulan di Situbondo. Kalo gak lolos, ntar dipulangin ke rumah ibunya. Buset, manja banget yak ni tentara. Ya nggaklah. Dipulangin ke kesatuannya yang semula. Kalo lolos, lanjut ke tahap berikut. Proses pendidikannya:Praktik 80%, teori cuma 20%. Praktiknya gak cuma di tempat latihan tapi juga di tempat yang sesungguhnya:Hutan dan laut, misalnya. Pas udah masuk Denjaka beneran, mereka juga pas latihan, langsung tuh di tempat yang berpotensi jadi sasaran teror. Misal:Kilang Pertamina di Cilacap. Soalnya 'kan kalo sampe ada bom meledak di situ, berabe. Ini obyek penting negara.
Salah satu latihan Denjaka yang serem adalah latihan nembak sasaran dalam jarak dekat pake peluru tajam beneran. Nyeremin karena yang jadi sasaran tembak adalah orang beneran (yaela). Kalo latihan yang paling horror bisa jadi ini nih: Mereka dilepas di laut tapi tangan dan kakinya diiket. Mereka mesti melawan amukan ombak, berenang melewati Selat Sunda dan Selat Madura. Kalo berhasil, ya gak langsung pulang terus ketemu anak-istri tapi terus dilepas di hutan hanya dengan modal garam doang. Gak bawa peralatan segambreng termasuk juga nggak bawa senter, minuman juga nggak. Makannya ya tergantung nasib. Kalo ketemu ular, ya mereka makan ular. Kalo papasan sama monyet, ya mereka makan monyet. Sayang koruptor mainnya di hotel mewah, coba mereka seneng maen di hutan, terus papasan sama Denjaka.....
Ehm...
Di internet ada gambar mereka lagi makan ular dan tidur sama banyak ular. Udah gue download buat gue posting di sini tapi trus abis itu gue matiin Youtube, takut ada suara berdesis tapi gue nggak dengar. Gue juga jadi mendadak nengok-nengok ke bawah, ke belakang laptop, dan sebagainya. Yeh, takut banget gue. Jadi lu googling sendiri aja ya kalo mau liat gambar mereka yang serem-serem.
Balik ke soal Denjaka.
Mereka pernah berenang 10 kilometer di Teluk Penyu sebelum akhirnya mengibarkan bendera merah-putih. Walau kita takjub, mereka ya biasa aja karena pas latihan justru jauh lebih berat: Mereka dicemplungin ke Selat Bali dan tubuhnya dikasih pemberat jadinya mereka tenggelam, gitu. Misinya kayak Houdini, ilusionis Hungaria:Mesti melepaskan diri. Kalo pas mau pelantikan, mereka kudu jalan kaki dari Banyuwangi sampe Surabaya. Kalo ketauan naik kendaraan, pasti dihukum berat dan batal pake topi baret alias nggak jadi dilantik.
Selain mesti berfisik prima, kandidat juga harus jago mikir karena mereka harus menguasai taktik bertempur dan ilmu kejiwaan untuk menganalisa situasi-situasi khusus. Jadi kalo fisik lo hebat tapi otak lo njeblug, ya tetap nggak bisa gabung Denjaka.
Untuk latihan udara, Denjaka dilatih terjun bebas. Mereka pernah demo, terjun bebas dari atas Jembatan Ampera, Palembang. Hinggapnya di atas boat. Pernah juga mereka terjun payung di tengah pemukiman padat. Mereka latihan kayak gini nggak hanya siang tapi juga malam, jaga-jaga kalo suatu saat mesti masuk ke daerah musuh. Kalo lewat darat atau laut 'kan relatif lebih gampang ketauan daripada kalo tiba-tiba muncul dari atas kayak Spider Man.
Gue nulis ini cuma buat ngasih tau elo-elo yang belum tau:Ini lhooo....Ada anak-anak orang lain berjuang sampe segininya banget nih untuk menyelamatkan anak-anak kita. Terus kita ngapain, yak ?
Gue yakin mengutuk nggak cukup. Mungkin kita bisa ikutan ngelaporin ulama radikal yang lagi teriak di mesjid sebelah atau ngaduin guru anak kita yang udah mulai melakukan diskriminasi dan nggak mau ikut upacara? Lebih cermat liat-liat situasi pas lagi ngelewatin rumah di blok sebelah? Ngikut-ngikut aktivis melakukan apaaaaa gitu? Demo, bikin petisi atau audiensi ?
Entahlah.
Jangan lupa, teroris-teroris yang kita kutuk hari ini bisa bermunculan karena 10-15an tahun yang lampau ada begitu banyak orang, sangat mungkin kita termasuk, bersikeras diam saja saat melihat berbagai keanehan.
Ada cara-cara selain 'hanya sekedar mengutuk' yang pasti bisa kita lakukan sesuai dengan sikon kita masing-masing. Yang perlu kita perbuat hanyalah memeras otak agar ide itu keluar. Percaya deh, idenya pasti udah ada cuma dia lagi nyelip aja tuh, entahlah di sudut otak sebelah mana.
Tugas kitalah untuk mencarinya sampe dapet.
18 Mei 2018, 21.54 WIB
Ehm...
Di internet ada gambar mereka lagi makan ular dan tidur sama banyak ular. Udah gue download buat gue posting di sini tapi trus abis itu gue matiin Youtube, takut ada suara berdesis tapi gue nggak dengar. Gue juga jadi mendadak nengok-nengok ke bawah, ke belakang laptop, dan sebagainya. Yeh, takut banget gue. Jadi lu googling sendiri aja ya kalo mau liat gambar mereka yang serem-serem.
Balik ke soal Denjaka.
Mereka pernah berenang 10 kilometer di Teluk Penyu sebelum akhirnya mengibarkan bendera merah-putih. Walau kita takjub, mereka ya biasa aja karena pas latihan justru jauh lebih berat: Mereka dicemplungin ke Selat Bali dan tubuhnya dikasih pemberat jadinya mereka tenggelam, gitu. Misinya kayak Houdini, ilusionis Hungaria:Mesti melepaskan diri. Kalo pas mau pelantikan, mereka kudu jalan kaki dari Banyuwangi sampe Surabaya. Kalo ketauan naik kendaraan, pasti dihukum berat dan batal pake topi baret alias nggak jadi dilantik.
Selain mesti berfisik prima, kandidat juga harus jago mikir karena mereka harus menguasai taktik bertempur dan ilmu kejiwaan untuk menganalisa situasi-situasi khusus. Jadi kalo fisik lo hebat tapi otak lo njeblug, ya tetap nggak bisa gabung Denjaka.
Untuk latihan udara, Denjaka dilatih terjun bebas. Mereka pernah demo, terjun bebas dari atas Jembatan Ampera, Palembang. Hinggapnya di atas boat. Pernah juga mereka terjun payung di tengah pemukiman padat. Mereka latihan kayak gini nggak hanya siang tapi juga malam, jaga-jaga kalo suatu saat mesti masuk ke daerah musuh. Kalo lewat darat atau laut 'kan relatif lebih gampang ketauan daripada kalo tiba-tiba muncul dari atas kayak Spider Man.
Gue nulis ini cuma buat ngasih tau elo-elo yang belum tau:Ini lhooo....Ada anak-anak orang lain berjuang sampe segininya banget nih untuk menyelamatkan anak-anak kita. Terus kita ngapain, yak ?
Gue yakin mengutuk nggak cukup. Mungkin kita bisa ikutan ngelaporin ulama radikal yang lagi teriak di mesjid sebelah atau ngaduin guru anak kita yang udah mulai melakukan diskriminasi dan nggak mau ikut upacara? Lebih cermat liat-liat situasi pas lagi ngelewatin rumah di blok sebelah? Ngikut-ngikut aktivis melakukan apaaaaa gitu? Demo, bikin petisi atau audiensi ?
Entahlah.
Jangan lupa, teroris-teroris yang kita kutuk hari ini bisa bermunculan karena 10-15an tahun yang lampau ada begitu banyak orang, sangat mungkin kita termasuk, bersikeras diam saja saat melihat berbagai keanehan.
Ada cara-cara selain 'hanya sekedar mengutuk' yang pasti bisa kita lakukan sesuai dengan sikon kita masing-masing. Yang perlu kita perbuat hanyalah memeras otak agar ide itu keluar. Percaya deh, idenya pasti udah ada cuma dia lagi nyelip aja tuh, entahlah di sudut otak sebelah mana.
Tugas kitalah untuk mencarinya sampe dapet.
18 Mei 2018, 21.54 WIB