Tentang Bunuh Diri:”Elo Mah Gak Ada Tampang Buat Bunuh Diri!”
Tulisan ini sebelum diposting dapat masukan dari 3 teman gue yang berulang kali mau bunuh diri. Gue bilang dua hari yang lalu di update status bahwa di masa Advent ini gue akan coba untuk menulis tentang mereka yang sering disalahpahami atau dicuekin, gue akan memulainya dengan topik bunuh diri. Tulisan ini isinya hanya perkenalan dengan isu bunuh diri ya,untuk 'sekedar' mengingatkan bahwa ini hal penting. Videonya bagus, ditonton yakkk.
Gue tertarik dengan isu bunuh diri setelah salah satu penyanyi K-Pop yang paling top, Kim Jong-Hyun, bunuh diri pada 18 Desember 2017. Dia waktu itu umurnya 27, leader dari Shinee, K-Pop band yang beberapa albumnya masuk nomor 1 US Billboard World Album. Gue waktu itu bingung banget. Dia kok bisa bunuh diri ya ? Anggota K-Pop Band dekat satu dengan yang lainnya dan antar anggota pada sayang banget. Jauh lebih hangat hubungan anggota K-Pop Band daripada band Amrik atau Inggris, misalnya.
Ya tapi toh buktinya dia bunuh diri. Menurut surat yang dia tulis, penyebabnya adalah depresi dan merasa sendirian. Hadeuhhh. Kalo aja teman-temannya tau karakteristik orang yang mau bunuh diri tuh kayak apa... Di Indonesia, info tentang bunuh diri bisa kita dapat dari IntoTheLightId. Mereka ada IG, Twitter, dan website.
Memangnya, orang yang mau bunuh diri kayak apa sih modelnya?
Orang yang punya kecenderungan bunuh diri biasanya dikotomis dalam berpikir (iya vs nggak, hitam vs putih, benar vs salah). Ini efeknya ke pilihan kata: Mereka hobi pake kata-kata yang sifatnya absolut seperti ‘tidak pernah, selalu, terus-menerus, semuanya, seluruhnya, tanpa kecuali, tentu saja’ dan lain-lain.
Selain itu mereka kerap (1) ngomong tentang kematian atau bilang mau mati (2)merasa gak berguna (3)merasa bersalah (4)menyendiri (5) males pergi-pergi (6)pola makan dan atau pola tidur berubah (7) susah konsentrasi dan (8) terlibat hal-hal yang merusak diri seperti pas nyetir ngebut melulu, sering minum obat penenang, dan lain-lain.
Kita Mesti Ngapain?
Kalo ada temen yang depresi atau mau bunuh diri curhat ke kita, kata psikolog kalo kita belum pernah ngalami depresi klinis, nggak usah sok-sokan mengerti. Nggak usah “trying to relate ourselves to their stories.”Dengerin aja mereka ngomong apa. Yang harus dilakukan adalah meyakinkan mereka bahwa kita ada saat mereka perlu kita. Pas kita nanya-nanya mereka, dengerin aja jawabannya tapi gak usah kasih saran apa-apa.
Hal sangat penting adalah nemenin mereka karena kalo mereka sendirian, itu bahaya banget. Robin Williams di malam sebelum bunuh diri tuh tidurnya sendirian, Kim Jong-Hyun juga. Adapun hal terpenting adalah mengontrol mulut kita supaya kalo kasih komentar tuh yang waras. Jangan kegatelan lempar ayat Kitab Suci,”Percayalah pada Tuhan, Dia akan menanggung bebanmu,”misalnya. Gak semua orang kayak elo, dikasih ayat satu biji terus langsung masalahnya lenyap. Lagian di banyak kasus depresi, penyebabnya bersifat biologis atau medis. Jadi jangan berasa kalo ngasih mereka ayat elo udah jagoan dan suci. Jangan-jangan mereka jadi kesel atau merasa bersalah dan tambah depresi karena trus mikir ,”Kok orang lain bisa ilang problemnya dengan cara mikirin Tuhan, kok gue nggak ya.”
Sebagian orang kalo temennya curhat tentang depresi dan mau bunuh diri, mereka akan berkata,”Elo mah nggak ada tampang mau bunuh diri.” Temen gue mau bunuh diri dikomentarinnya kayak gini nih,”Elo sopan kok” (padahal karena dia takut dengan orang lain) dan “Elo ceria” (padahal karena takut dinilai jelek atau dimusuhi) lalu “Lah, elo kan pinter orangnya?” (padahal menurut dia, itu cuma jago ngonsep, eksekusinya payah).
Banyak yang percaya bahwa orang melakukan bunuh diri karena dibully, jatuh miskin, dll, namun toh ada banyak orang yang dibully atau jatuh miskin tapi nggak bunuh diri. Akar bunuh diri adalah perasaan hopeless, helpless, powerless, useless, worthless, purposeless dan meaningless. Pengobatan semahal apapun dan konsultasi dengan para ahli serutin apapun, kalo nggak menyentuh perasaan ‘less’ tersebut ya percuma.
Kata temen gue yang tingkat depresinya tinggi, rasanya capek sih dengerin semua kata-kata yang less less less itu (hopeless dsbnya) keluar dari mulut mereka. “Tulis tuh, tabah-tabahlah bergaul dengan kami karena aura kami negatif,”begitu katanya.
Dan di titik ini mungkin kita bisa berhenti sejenak dan bertanya kepada sosok yang kita tatap di cermin,”That’s what friends are for, heh???”
5 Desember 2018
8.43 WIB
Gue tertarik dengan isu bunuh diri setelah salah satu penyanyi K-Pop yang paling top, Kim Jong-Hyun, bunuh diri pada 18 Desember 2017. Dia waktu itu umurnya 27, leader dari Shinee, K-Pop band yang beberapa albumnya masuk nomor 1 US Billboard World Album. Gue waktu itu bingung banget. Dia kok bisa bunuh diri ya ? Anggota K-Pop Band dekat satu dengan yang lainnya dan antar anggota pada sayang banget. Jauh lebih hangat hubungan anggota K-Pop Band daripada band Amrik atau Inggris, misalnya.
Ya tapi toh buktinya dia bunuh diri. Menurut surat yang dia tulis, penyebabnya adalah depresi dan merasa sendirian. Hadeuhhh. Kalo aja teman-temannya tau karakteristik orang yang mau bunuh diri tuh kayak apa... Di Indonesia, info tentang bunuh diri bisa kita dapat dari IntoTheLightId. Mereka ada IG, Twitter, dan website.
Memangnya, orang yang mau bunuh diri kayak apa sih modelnya?
Orang yang punya kecenderungan bunuh diri biasanya dikotomis dalam berpikir (iya vs nggak, hitam vs putih, benar vs salah). Ini efeknya ke pilihan kata: Mereka hobi pake kata-kata yang sifatnya absolut seperti ‘tidak pernah, selalu, terus-menerus, semuanya, seluruhnya, tanpa kecuali, tentu saja’ dan lain-lain.
Selain itu mereka kerap (1) ngomong tentang kematian atau bilang mau mati (2)merasa gak berguna (3)merasa bersalah (4)menyendiri (5) males pergi-pergi (6)pola makan dan atau pola tidur berubah (7) susah konsentrasi dan (8) terlibat hal-hal yang merusak diri seperti pas nyetir ngebut melulu, sering minum obat penenang, dan lain-lain.
Kita Mesti Ngapain?
Kalo ada temen yang depresi atau mau bunuh diri curhat ke kita, kata psikolog kalo kita belum pernah ngalami depresi klinis, nggak usah sok-sokan mengerti. Nggak usah “trying to relate ourselves to their stories.”Dengerin aja mereka ngomong apa. Yang harus dilakukan adalah meyakinkan mereka bahwa kita ada saat mereka perlu kita. Pas kita nanya-nanya mereka, dengerin aja jawabannya tapi gak usah kasih saran apa-apa.
Hal sangat penting adalah nemenin mereka karena kalo mereka sendirian, itu bahaya banget. Robin Williams di malam sebelum bunuh diri tuh tidurnya sendirian, Kim Jong-Hyun juga. Adapun hal terpenting adalah mengontrol mulut kita supaya kalo kasih komentar tuh yang waras. Jangan kegatelan lempar ayat Kitab Suci,”Percayalah pada Tuhan, Dia akan menanggung bebanmu,”misalnya. Gak semua orang kayak elo, dikasih ayat satu biji terus langsung masalahnya lenyap. Lagian di banyak kasus depresi, penyebabnya bersifat biologis atau medis. Jadi jangan berasa kalo ngasih mereka ayat elo udah jagoan dan suci. Jangan-jangan mereka jadi kesel atau merasa bersalah dan tambah depresi karena trus mikir ,”Kok orang lain bisa ilang problemnya dengan cara mikirin Tuhan, kok gue nggak ya.”
Sebagian orang kalo temennya curhat tentang depresi dan mau bunuh diri, mereka akan berkata,”Elo mah nggak ada tampang mau bunuh diri.” Temen gue mau bunuh diri dikomentarinnya kayak gini nih,”Elo sopan kok” (padahal karena dia takut dengan orang lain) dan “Elo ceria” (padahal karena takut dinilai jelek atau dimusuhi) lalu “Lah, elo kan pinter orangnya?” (padahal menurut dia, itu cuma jago ngonsep, eksekusinya payah).
Banyak yang percaya bahwa orang melakukan bunuh diri karena dibully, jatuh miskin, dll, namun toh ada banyak orang yang dibully atau jatuh miskin tapi nggak bunuh diri. Akar bunuh diri adalah perasaan hopeless, helpless, powerless, useless, worthless, purposeless dan meaningless. Pengobatan semahal apapun dan konsultasi dengan para ahli serutin apapun, kalo nggak menyentuh perasaan ‘less’ tersebut ya percuma.
Kata temen gue yang tingkat depresinya tinggi, rasanya capek sih dengerin semua kata-kata yang less less less itu (hopeless dsbnya) keluar dari mulut mereka. “Tulis tuh, tabah-tabahlah bergaul dengan kami karena aura kami negatif,”begitu katanya.
Dan di titik ini mungkin kita bisa berhenti sejenak dan bertanya kepada sosok yang kita tatap di cermin,”That’s what friends are for, heh???”
5 Desember 2018
8.43 WIB