Tsunami di Palu:
Kalo Disuruh Milgram Nyetrum Orang, Jangan-Jangan Kita Mau…
Kalo Disuruh Milgram Nyetrum Orang, Jangan-Jangan Kita Mau…
Dua ruangan dihubungkan sebuah pintu. Satu ruangan diisi tuas yang kalo ditarik akan mengalirkan listrik ke orang yang ada di ruang sebelah. Kalo ini orang salah ngejawab pertanyaan, si penanya akan narik tuas, mengalirkan listrik dengan voltase yang kekuatannya ditentukan atasan. Ini terjadi berulang kali dan jumlah listriknya tambah banyak. Walaupun jeritan si penjawab semakin keras, si penanya tetap tunduk pada atasan. Disuruh kasih voltase tinggi, dia iyain.
Gituuuu terus…Sampe eksperimen selesai alias sampe si penanya berhenti mentaati instruksi atasan untuk terus menyetrum.
Apa yang terjadi di atas memang cuma eksperimen. Akting doang lah teriak-teriaknya. Jadi ceritanya, tahun 1961 Eichmann disidang karena dituduh membunuh jutaan Yahudi. Dia bilang ya iya sih gue ngebunuh tapi gue cuma nurutin atasan. Stanley Milgram, psikolog Yale Uni, akhirnya bikin percobaan di atas untuk ngetes sampe segimana sih orang mau tunduk terhadap atasan walau perintahnya bertentangan dengan hati nurani.
Ada 40 orang yang jadi penanya, usia 20-50 tahun, ada yang SD aja nggak lulus tapi ada juga yang doktor. Listrik yang dialirkan mulai 18 volt sampe 450 volt. Hasilnya adalah 26 orang nurut terhadap atasan sampe tega buat nyetrum dengan tegangan paling tinggi. Sisanya,14 orang, berhenti satu level sebelum mencapai tegangan tertinggi. Eksperimen kayak gini ada 18, hasilnya serupa: Orang awam, orang biasa, punya potensi jadi monster. Mereka bisa bertindak destruktif sampe ke tahap membunuh orang yang nggak bersalah.
***
Gempa di Palu. Kondisi darurat. Bantuan belum datang. Jalur distribusi hancur, tenaga medis minim, penyaluran bantuan lambat, tatanan sosial lagi kacau, komunikasi terputus. Norma-norma hidup absen dan infrastruktur berantakan. Sialnya, lapar adalah naluri. Dalam kondisi alam macam apapun, ia tetap muncul. Pemenuhannya hanya bisa ditunda, bukan ditiadakan.
Sejauh anak kita lagi enak-enak maen petak umpet dan bukan terperangkap di reruntuhan gedung…Selagi keluarga kita asik ngegossip di meja makan dan bukan sekarat karena diterjang tsunami…Selagi kita tidurnya masih di kamar yang atapnya utuh…
Jaga jempol kita deh baek-baek. Jangan nyebut orang lapar sebagai orang jahat. Pencurian tak pernah bisa dibenarkan tapi kadang harus dimengerti. Kalo anak gue sekarang di Palu lalu kelaparan, gue akan mencuri, kok. Kalo gue dipenjara, kutukilah pemerintah karena mereka mendahulukan pasal daripada kemanusiaan.
My dear, hidup nggak semudah membalik halaman Kitab Suci. Percayalah. Pilihan hidup kadang tidak hitam-putih. Kategori dalam hidup terentang antara legal vs tidak legal, perlu vs tidak perlu, bisa atau tidak bisa, dan sebagainya. Bukannya melulu salah vs benar…
Gak usahlah kita merasa sebagai orang paling beriman dan berpendidikan di seluruh muka bumi sehingga yakin bahwa kita mustahil untuk mencuri. Kita orang jahat juga kok. Gak usah takabur, gak perlu arogan. Kalo disuruh Milgram nyetrum, jangan-jangan kita mau.
Eh, apa lo bilang? Elo orang baik? Kalo kena gempa lo pasti hanya berdoa dan Tuhan pasti kasih mukjizat berupa makanan yang jatuh dari awan? Gempa adalah ujian iman, cara Tuhan menyeleksi mana orang benar dan mana yang bukan? Cara Tuhan untuk tau apakah ajaranNya (untuk tidak mencuri, dalam hal ini) lebih kita pilih dibandingkan keluarga?
Haelah.
Pendapat kamyu ngecelin cekali, lhooo. Cini Nak, cini cini yukkkk…Cini deh kamu Tante cetlum….
#Sadis
#SoalnyaGueKesel
2 Oktober 2018