ULAR BERPITA, TINGKAT KEBODOHAN, DAN PILPRES
Gue bertemen deket sama seseorang. Dulu ada beberapa orang yang bilang ke gue bahwa dia licik banget. Gue percaya tapi gue tetep maen sama itu orang karena kasian, abisnya yang mau maen sama dia cuma gue doang. Lagian mana mungkin dia licik sama gue, lha gue bukan siapa-siapa dan nggak punya apa-apa. Waktu itu gue mikirnya tuh kayak gitu.
Lalu terjadilah peristiwa-peristiwa yang bikin gue stress berat. Gile, ini orang licik banget. Manis, kolokan, taktis, manipulatif, hipokrit, tampil elegan padahal kerjaannya nusuk melulu. Istilah temen gue:Ular berpita. Gue sampe mikir, dia sebenernya anak manusia apa anak setan sih. Temen-temen gue udah ngasih tau sebelumnya makanya mereka nggak gue kasih tauk bahwa dia ngelicikkin gue. Gengsi ah, ntar mereka pikir gue bego. Padahal yang bener ‘kan gue bego banget, yak. #Eaaaaa
Yah, begitulah sodara-sodara, baik sama bego emang kembar siam, yes? Tingkat kebodohan gue tuh, dari skala 0 sampe 10, levelnya ada di angka 19. Uhuy. 19. Ini tanggal lahir Benedict Cumberbatch woiiii. Mungkin lo bilang, “Ih…Pede banget lo, ada di angka 19. Dari skala 0 sampe 10, bodohnya elo tuh ada di angka 30.” Nggak ah, 19. 30 adalah angka yang sangat tinggi dan hanya kebodohan kolektif yang bisa mencapai angka tersebut.
Contoh?
Rame-rame memilih nomor 2 padahal jelas mereka dibackup Orde Baru, rezim yang menculik setiap warga negara yang berbeda paham, melenyapkan banyak anak muda 'hanya' karena mereka melawan, dan menyiksa seorang Marsinah ‘hanya’ karena ia menyadarkan kaum buruh bahwa mereka punya hak. Baca uraiannya di www.tirto.com: Hasil visum et repertum menunjukkan luka robek tak teratur sepanjang 3 cm dalam tubuh Marsinah yang menjalar mulai dari dinding kiri lubang kemaluan (labium minora) sampai ke dalam rongga perut. Di dalam tubuhnya ditemukan serpihan tulang dan tulang panggul bagian depan hancur. Selain itu, selaput dara Marsinah robek. Kandung kencing dan usus bagian bawahnya memar. Rongga perutnya mengalami pendarahan kurang lebih satu liter.
Adapun cerita tentang Raharjo Waluyo Jati, aktivis 98 yang diculik, bisa diakses di www.merdeka.com: Di empat hari pertama penculikan, Raharjo mengaku terus menerus dipukuli. "Secara fisik aku sangat menderita, bahkan sampai tidak mampu lagi merasakan sakit, dan secara mental aku mengalami penurunan pada titik yang paling bawah," ungkap Raharjo..."Aku dibawa ke sebuah ruangan dan seluruh pakaianku dilepas hingga telanjang bulat dan dipaksa tidur tengkurap di atas balok es selama kurang lebih 10-15 menit sambil menanyakan kepadaku bagaimana cara menemukan Andi Arief," kata Rahardjo...Barulah di hari kelima, dia dipindah ke sebuah kamar bawah tanah, diperbolehkan tidur, kendati satu tangannya tetap diikat ke ranjang. Pukulan dan setruman tetap diberikan, tapi dengan kadar lebih rendah.
Contoh lain?
Pendukung Jokowi kompakan berputar haluan jadi golput. Ini membuat situasi jadi mengkhawatirkan. Gue nggak tau jumlahnya berapa, 1 orang sekalipun udah terlalu banyak. Nomor 2 bisa menang bukan karena pendukung nomor 1 lebih banyak daripada pendukung nomor 2 namun karena jumlah golputers bertambah. Dan tak sedikit yang menjustifikasi keputusan untuk golput hanya dengan kalimat,”Golput ya nggak apa-apa, itu ‘kan hak.”
Kalo elo lagi di Yogya jam 13, elo punya hak untuk terbang ke Jakarta dan nonton TV di bandara Soekarno-Hatta jam 16, naik pesawat ‘kan cuma 1 jam-an. Lha tapi buat apa? Penggunaan hak harus disertai dengan akal sehat. Kalo nggak, level kebodohan elo akan melampaui level kebodohan gue yang angkanya udah ajaib itu: 19 dari skala 1 sampe 10.
Dan jika seusai baca tulisan ini lo masih tetap Golput, percayalah, lo bukan bodoh melainkan jahat karena pilpres kali ini bukan hanya soal Jokowi-Prabowo. Pilpres kali ini adalah penentu masa depan anak cucu kita:Apakah mereka akan menjadi Marsinah-Marsinah baru. Apakah kelak akan ada lagi Tommy-Tommy baru yang bisa bebas merampas usaha orang lain yang telah dirintis dengan susah payah atau apakah akan lahir Kaesang dan Gibran versi lain yang anti KKN dan pekerja keras. Dan jika lo Golput, lo membuka peluang besar untuk anak cucu kita, TERMASUK ANAK CUCU ELO SENDIRI, untuk menjadi korban Tommy, menjadi Tommy itu sendiri atau jadi Marsinah dalam format yang lain.
Jadi, jelas, kalo lo Golput, lo bukan bodoh.
Elo j/a/h/a/t.
Sesederhana itu.
29/1/2019
19.07 WIB
Lalu terjadilah peristiwa-peristiwa yang bikin gue stress berat. Gile, ini orang licik banget. Manis, kolokan, taktis, manipulatif, hipokrit, tampil elegan padahal kerjaannya nusuk melulu. Istilah temen gue:Ular berpita. Gue sampe mikir, dia sebenernya anak manusia apa anak setan sih. Temen-temen gue udah ngasih tau sebelumnya makanya mereka nggak gue kasih tauk bahwa dia ngelicikkin gue. Gengsi ah, ntar mereka pikir gue bego. Padahal yang bener ‘kan gue bego banget, yak. #Eaaaaa
Yah, begitulah sodara-sodara, baik sama bego emang kembar siam, yes? Tingkat kebodohan gue tuh, dari skala 0 sampe 10, levelnya ada di angka 19. Uhuy. 19. Ini tanggal lahir Benedict Cumberbatch woiiii. Mungkin lo bilang, “Ih…Pede banget lo, ada di angka 19. Dari skala 0 sampe 10, bodohnya elo tuh ada di angka 30.” Nggak ah, 19. 30 adalah angka yang sangat tinggi dan hanya kebodohan kolektif yang bisa mencapai angka tersebut.
Contoh?
Rame-rame memilih nomor 2 padahal jelas mereka dibackup Orde Baru, rezim yang menculik setiap warga negara yang berbeda paham, melenyapkan banyak anak muda 'hanya' karena mereka melawan, dan menyiksa seorang Marsinah ‘hanya’ karena ia menyadarkan kaum buruh bahwa mereka punya hak. Baca uraiannya di www.tirto.com: Hasil visum et repertum menunjukkan luka robek tak teratur sepanjang 3 cm dalam tubuh Marsinah yang menjalar mulai dari dinding kiri lubang kemaluan (labium minora) sampai ke dalam rongga perut. Di dalam tubuhnya ditemukan serpihan tulang dan tulang panggul bagian depan hancur. Selain itu, selaput dara Marsinah robek. Kandung kencing dan usus bagian bawahnya memar. Rongga perutnya mengalami pendarahan kurang lebih satu liter.
Adapun cerita tentang Raharjo Waluyo Jati, aktivis 98 yang diculik, bisa diakses di www.merdeka.com: Di empat hari pertama penculikan, Raharjo mengaku terus menerus dipukuli. "Secara fisik aku sangat menderita, bahkan sampai tidak mampu lagi merasakan sakit, dan secara mental aku mengalami penurunan pada titik yang paling bawah," ungkap Raharjo..."Aku dibawa ke sebuah ruangan dan seluruh pakaianku dilepas hingga telanjang bulat dan dipaksa tidur tengkurap di atas balok es selama kurang lebih 10-15 menit sambil menanyakan kepadaku bagaimana cara menemukan Andi Arief," kata Rahardjo...Barulah di hari kelima, dia dipindah ke sebuah kamar bawah tanah, diperbolehkan tidur, kendati satu tangannya tetap diikat ke ranjang. Pukulan dan setruman tetap diberikan, tapi dengan kadar lebih rendah.
Contoh lain?
Pendukung Jokowi kompakan berputar haluan jadi golput. Ini membuat situasi jadi mengkhawatirkan. Gue nggak tau jumlahnya berapa, 1 orang sekalipun udah terlalu banyak. Nomor 2 bisa menang bukan karena pendukung nomor 1 lebih banyak daripada pendukung nomor 2 namun karena jumlah golputers bertambah. Dan tak sedikit yang menjustifikasi keputusan untuk golput hanya dengan kalimat,”Golput ya nggak apa-apa, itu ‘kan hak.”
Kalo elo lagi di Yogya jam 13, elo punya hak untuk terbang ke Jakarta dan nonton TV di bandara Soekarno-Hatta jam 16, naik pesawat ‘kan cuma 1 jam-an. Lha tapi buat apa? Penggunaan hak harus disertai dengan akal sehat. Kalo nggak, level kebodohan elo akan melampaui level kebodohan gue yang angkanya udah ajaib itu: 19 dari skala 1 sampe 10.
Dan jika seusai baca tulisan ini lo masih tetap Golput, percayalah, lo bukan bodoh melainkan jahat karena pilpres kali ini bukan hanya soal Jokowi-Prabowo. Pilpres kali ini adalah penentu masa depan anak cucu kita:Apakah mereka akan menjadi Marsinah-Marsinah baru. Apakah kelak akan ada lagi Tommy-Tommy baru yang bisa bebas merampas usaha orang lain yang telah dirintis dengan susah payah atau apakah akan lahir Kaesang dan Gibran versi lain yang anti KKN dan pekerja keras. Dan jika lo Golput, lo membuka peluang besar untuk anak cucu kita, TERMASUK ANAK CUCU ELO SENDIRI, untuk menjadi korban Tommy, menjadi Tommy itu sendiri atau jadi Marsinah dalam format yang lain.
Jadi, jelas, kalo lo Golput, lo bukan bodoh.
Elo j/a/h/a/t.
Sesederhana itu.
29/1/2019
19.07 WIB