Saat Upacara Bendera Masuk Gereja
Sebelum pindah, semua websites gereja yang ada di Lippo Karawaci saya browsing satu-satu. Visi-misi tiap gereja saya baca dan saya juga masukkan nama mereka di YouTube dan videonya saya tonton sekilas. Alhasil, pilihan sejauh ini jatuh pada IFGF yang lokasinya bersebelahan dengan TK/SD Dian Harapan.
Saya memutuskan untuk berjemaat di gereja ini karena dalam visinya ada kata ‘bernegara’. Jarang-jarang ada gereja masukkin kata seperti itu di websitenya. Padahal, Yesus mati karena menjalankan kewajibanNya sebagai warga negara yang baik:Menentang pemerintahan tiran agar rakyat bisa sejahtera. Secara spiritual, tentu saja Ia mati untuk menebus dosa kita tapi konteksnya adalah kehidupan berbangsa di bawah cengraman Soeharto versi Romawi.
Saat pertama kali ke IFGF, saya terkesan karena pas dibagikan majalah gereja, salah satu nara sumber di sebuah artikelnya adalah Yenny Wahid. Majalah gereja biasanya artikelnya rohaniiii semua. Jadi, saya demen banget sama majalah yang satu ini. Membumi gitu. Tentu aja ada tulisan soal Alkitab, lha namanya juga majalah gereja.
Nah, sesuatu yang menarik terjadi tadi pagi. Ada upacara bendera di gereja. Pas pembawa bendera masuk ruangan, gembala sidang gereja, Pak Pendeta Edo Lantang, main saksofon, membawakan lagu favorit saya yang akan Anda dengar kalo buka website www.gurudanpenulis.com:Indonesia Pusaka. Lalu ada suara Soekarno lagi membacakan teks Proklamasi dan gambar Soekarno-Hatta diproyeksikan ke layar. Terus nyanyi Indonesia Raya bareng-bareng. Disambung dengan rekaman wawancara Hanung Bramantyo, sutradara film ‘Soekarno’, dan Tanta Ginting (pemeran Syahrir) tentang kemerdekaan. Lalu khotbah. Pas pulang, lagu yang mengiringi jemaat saat bubar adalah lagu 'Hari Merdeka(17 Agustus 1945)'.
Acara tadi pagi intinya ya kebaktian, upacaranya paling hanya sekitar 15 menit, udah termasuk teks Proklamasi dan rekaman wawancara Hanung. Saya benar-benar terharu. Nyanyi lagu Indonesia Raya di gereja semoga bisa dimaknai jemaat sebagai sebuah pengakuan bahwa Tuhan concern dengan kehidupan berbangsa dan bernegara...Bahwa orang Kristen yang baik peduli dengan masalah yang ada di tengah masyarakat...Bahwa baca Alkitab penting dan baca koran juga penting. Tentu saja levelnya beda. Koran ngga bisa memenuhi kebutuhan dasar manusia akan kebenaran sejati. Namun, kalo kita mau tau apakah anak kita bakal sekolah 5 hari apa 6 hari...Kalo kita mau tahu apakah ada sesama kita manusia yang haknya dirampas apa ngga, kalo dirampas dalam masalah apa dan solusinya kayak apa...Kalo kita mau tahu pajak yang kita bayar, karena kita mau taat dengan Matius 22:21, dikorupsi apa nggak....Sampe ayam numbuh gigi juga kaga bakal kita dapet beritanya dari Alkitab.
Lagipula, emangnya apa sih yang kita dapat kalo terus-terusan ngomong soal Tuhan, surga, neraka, kecuali perasaan bahwa kita adalah mahkluk sangat bersih yang siap masuk surga ?! Tugas gereja dan jemaat pada akhirnya bukan hanya mikir soal surga dan neraka lalu mengisolir diri dari problematika berbangsa dan bernegara. Indonesia perlu dipikirin. Pahlawan mesti dikenang. Masalah harus diselesaikan. Kemerdekaan wajib diisi. Gubernur ibu kotanya keren lagi, rela mati demi konstitusi, terbukti mau pasang badan demi rakyat, jadi kompletlah sudah alasan kenapa ini negara mesti dipikirin. #uhuk uhuk.
Saya pribadi tak setuju gereja terjun ke politik praktis. Saya keberatan mimbar khotbah berubah wujud menjadi mimbar kampanye politik. Namun, gereja tak masuk ke politik praktis bukan berarti gereja memisahkan kehidupan berbangsa dan bernegara dari Alkitab. Upacara bendera di dalam gereja lantas menjadi pengingat yang baik bahwa kita masih ada di muka bumi dan masih harus ikut serta mengisi kemerdekaan. Bukankah salah satu implikasi menjadi garam dan terang dunia adalah mengisi kemerdekaan ? Bukankah Indonesia adalah tanah yang dipercayakan Tuhan untuk kita kelola ?
Last but not least,
berikut adalah foto-foto kebaktian tadi pagi. Enjoy !
17 Agustus 2014
18.28Sebelum pindah, semua websites gereja yang ada di Lippo Karawaci saya browsing satu-satu. Visi-misi tiap gereja saya baca dan saya juga masukkan nama mereka di YouTube dan videonya saya tonton sekilas. Alhasil, pilihan sejauh ini jatuh pada IFGF yang lokasinya bersebelahan dengan TK/SD Dian Harapan.
Saya memutuskan untuk berjemaat di gereja ini karena dalam visinya ada kata ‘bernegara’. Jarang-jarang ada gereja masukkin kata seperti itu di websitenya. Padahal, Yesus mati karena menjalankan kewajibanNya sebagai warga negara yang baik:Menentang pemerintahan tiran agar rakyat bisa sejahtera. Secara spiritual, tentu saja Ia mati untuk menebus dosa kita tapi konteksnya adalah kehidupan berbangsa di bawah cengraman Soeharto versi Romawi.
Saat pertama kali ke IFGF, saya terkesan karena pas dibagikan majalah gereja, salah satu nara sumber di sebuah artikelnya adalah Yenny Wahid. Majalah gereja biasanya artikelnya rohaniiii semua. Jadi, saya demen banget sama majalah yang satu ini. Membumi gitu. Tentu aja ada tulisan soal Alkitab, lha namanya juga majalah gereja.
Nah, sesuatu yang menarik terjadi tadi pagi. Ada upacara bendera di gereja. Pas pembawa bendera masuk ruangan, gembala sidang gereja, Pak Pendeta Edo Lantang, main saksofon, membawakan lagu favorit saya yang akan Anda dengar kalo buka website www.gurudanpenulis.com:Indonesia Pusaka. Lalu ada suara Soekarno lagi membacakan teks Proklamasi dan gambar Soekarno-Hatta diproyeksikan ke layar. Terus nyanyi Indonesia Raya bareng-bareng. Disambung dengan rekaman wawancara Hanung Bramantyo, sutradara film ‘Soekarno’, dan Tanta Ginting (pemeran Syahrir) tentang kemerdekaan. Lalu khotbah. Pas pulang, lagu yang mengiringi jemaat saat bubar adalah lagu 'Hari Merdeka(17 Agustus 1945)'.
Acara tadi pagi intinya ya kebaktian, upacaranya paling hanya sekitar 15 menit, udah termasuk teks Proklamasi dan rekaman wawancara Hanung. Saya benar-benar terharu. Nyanyi lagu Indonesia Raya di gereja semoga bisa dimaknai jemaat sebagai sebuah pengakuan bahwa Tuhan concern dengan kehidupan berbangsa dan bernegara...Bahwa orang Kristen yang baik peduli dengan masalah yang ada di tengah masyarakat...Bahwa baca Alkitab penting dan baca koran juga penting. Tentu saja levelnya beda. Koran ngga bisa memenuhi kebutuhan dasar manusia akan kebenaran sejati. Namun, kalo kita mau tau apakah anak kita bakal sekolah 5 hari apa 6 hari...Kalo kita mau tahu apakah ada sesama kita manusia yang haknya dirampas apa ngga, kalo dirampas dalam masalah apa dan solusinya kayak apa...Kalo kita mau tahu pajak yang kita bayar, karena kita mau taat dengan Matius 22:21, dikorupsi apa nggak....Sampe ayam numbuh gigi juga kaga bakal kita dapet beritanya dari Alkitab.
Lagipula, emangnya apa sih yang kita dapat kalo terus-terusan ngomong soal Tuhan, surga, neraka, kecuali perasaan bahwa kita adalah mahkluk sangat bersih yang siap masuk surga ?! Tugas gereja dan jemaat pada akhirnya bukan hanya mikir soal surga dan neraka lalu mengisolir diri dari problematika berbangsa dan bernegara. Indonesia perlu dipikirin. Pahlawan mesti dikenang. Masalah harus diselesaikan. Kemerdekaan wajib diisi. Gubernur ibu kotanya keren lagi, rela mati demi konstitusi, terbukti mau pasang badan demi rakyat, jadi kompletlah sudah alasan kenapa ini negara mesti dipikirin. #uhuk uhuk.
Saya pribadi tak setuju gereja terjun ke politik praktis. Saya keberatan mimbar khotbah berubah wujud menjadi mimbar kampanye politik. Namun, gereja tak masuk ke politik praktis bukan berarti gereja memisahkan kehidupan berbangsa dan bernegara dari Alkitab. Upacara bendera di dalam gereja lantas menjadi pengingat yang baik bahwa kita masih ada di muka bumi dan masih harus ikut serta mengisi kemerdekaan. Bukankah salah satu implikasi menjadi garam dan terang dunia adalah mengisi kemerdekaan ? Bukankah Indonesia adalah tanah yang dipercayakan Tuhan untuk kita kelola ?
Last but not least,
berikut adalah foto-foto kebaktian tadi pagi. Enjoy !
17 Agustus 2014
18.28
Saya memutuskan untuk berjemaat di gereja ini karena dalam visinya ada kata ‘bernegara’. Jarang-jarang ada gereja masukkin kata seperti itu di websitenya. Padahal, Yesus mati karena menjalankan kewajibanNya sebagai warga negara yang baik:Menentang pemerintahan tiran agar rakyat bisa sejahtera. Secara spiritual, tentu saja Ia mati untuk menebus dosa kita tapi konteksnya adalah kehidupan berbangsa di bawah cengraman Soeharto versi Romawi.
Saat pertama kali ke IFGF, saya terkesan karena pas dibagikan majalah gereja, salah satu nara sumber di sebuah artikelnya adalah Yenny Wahid. Majalah gereja biasanya artikelnya rohaniiii semua. Jadi, saya demen banget sama majalah yang satu ini. Membumi gitu. Tentu aja ada tulisan soal Alkitab, lha namanya juga majalah gereja.
Nah, sesuatu yang menarik terjadi tadi pagi. Ada upacara bendera di gereja. Pas pembawa bendera masuk ruangan, gembala sidang gereja, Pak Pendeta Edo Lantang, main saksofon, membawakan lagu favorit saya yang akan Anda dengar kalo buka website www.gurudanpenulis.com:Indonesia Pusaka. Lalu ada suara Soekarno lagi membacakan teks Proklamasi dan gambar Soekarno-Hatta diproyeksikan ke layar. Terus nyanyi Indonesia Raya bareng-bareng. Disambung dengan rekaman wawancara Hanung Bramantyo, sutradara film ‘Soekarno’, dan Tanta Ginting (pemeran Syahrir) tentang kemerdekaan. Lalu khotbah. Pas pulang, lagu yang mengiringi jemaat saat bubar adalah lagu 'Hari Merdeka(17 Agustus 1945)'.
Acara tadi pagi intinya ya kebaktian, upacaranya paling hanya sekitar 15 menit, udah termasuk teks Proklamasi dan rekaman wawancara Hanung. Saya benar-benar terharu. Nyanyi lagu Indonesia Raya di gereja semoga bisa dimaknai jemaat sebagai sebuah pengakuan bahwa Tuhan concern dengan kehidupan berbangsa dan bernegara...Bahwa orang Kristen yang baik peduli dengan masalah yang ada di tengah masyarakat...Bahwa baca Alkitab penting dan baca koran juga penting. Tentu saja levelnya beda. Koran ngga bisa memenuhi kebutuhan dasar manusia akan kebenaran sejati. Namun, kalo kita mau tau apakah anak kita bakal sekolah 5 hari apa 6 hari...Kalo kita mau tahu apakah ada sesama kita manusia yang haknya dirampas apa ngga, kalo dirampas dalam masalah apa dan solusinya kayak apa...Kalo kita mau tahu pajak yang kita bayar, karena kita mau taat dengan Matius 22:21, dikorupsi apa nggak....Sampe ayam numbuh gigi juga kaga bakal kita dapet beritanya dari Alkitab.
Lagipula, emangnya apa sih yang kita dapat kalo terus-terusan ngomong soal Tuhan, surga, neraka, kecuali perasaan bahwa kita adalah mahkluk sangat bersih yang siap masuk surga ?! Tugas gereja dan jemaat pada akhirnya bukan hanya mikir soal surga dan neraka lalu mengisolir diri dari problematika berbangsa dan bernegara. Indonesia perlu dipikirin. Pahlawan mesti dikenang. Masalah harus diselesaikan. Kemerdekaan wajib diisi. Gubernur ibu kotanya keren lagi, rela mati demi konstitusi, terbukti mau pasang badan demi rakyat, jadi kompletlah sudah alasan kenapa ini negara mesti dipikirin. #uhuk uhuk.
Saya pribadi tak setuju gereja terjun ke politik praktis. Saya keberatan mimbar khotbah berubah wujud menjadi mimbar kampanye politik. Namun, gereja tak masuk ke politik praktis bukan berarti gereja memisahkan kehidupan berbangsa dan bernegara dari Alkitab. Upacara bendera di dalam gereja lantas menjadi pengingat yang baik bahwa kita masih ada di muka bumi dan masih harus ikut serta mengisi kemerdekaan. Bukankah salah satu implikasi menjadi garam dan terang dunia adalah mengisi kemerdekaan ? Bukankah Indonesia adalah tanah yang dipercayakan Tuhan untuk kita kelola ?
Last but not least,
berikut adalah foto-foto kebaktian tadi pagi. Enjoy !
17 Agustus 2014
18.28Sebelum pindah, semua websites gereja yang ada di Lippo Karawaci saya browsing satu-satu. Visi-misi tiap gereja saya baca dan saya juga masukkan nama mereka di YouTube dan videonya saya tonton sekilas. Alhasil, pilihan sejauh ini jatuh pada IFGF yang lokasinya bersebelahan dengan TK/SD Dian Harapan.
Saya memutuskan untuk berjemaat di gereja ini karena dalam visinya ada kata ‘bernegara’. Jarang-jarang ada gereja masukkin kata seperti itu di websitenya. Padahal, Yesus mati karena menjalankan kewajibanNya sebagai warga negara yang baik:Menentang pemerintahan tiran agar rakyat bisa sejahtera. Secara spiritual, tentu saja Ia mati untuk menebus dosa kita tapi konteksnya adalah kehidupan berbangsa di bawah cengraman Soeharto versi Romawi.
Saat pertama kali ke IFGF, saya terkesan karena pas dibagikan majalah gereja, salah satu nara sumber di sebuah artikelnya adalah Yenny Wahid. Majalah gereja biasanya artikelnya rohaniiii semua. Jadi, saya demen banget sama majalah yang satu ini. Membumi gitu. Tentu aja ada tulisan soal Alkitab, lha namanya juga majalah gereja.
Nah, sesuatu yang menarik terjadi tadi pagi. Ada upacara bendera di gereja. Pas pembawa bendera masuk ruangan, gembala sidang gereja, Pak Pendeta Edo Lantang, main saksofon, membawakan lagu favorit saya yang akan Anda dengar kalo buka website www.gurudanpenulis.com:Indonesia Pusaka. Lalu ada suara Soekarno lagi membacakan teks Proklamasi dan gambar Soekarno-Hatta diproyeksikan ke layar. Terus nyanyi Indonesia Raya bareng-bareng. Disambung dengan rekaman wawancara Hanung Bramantyo, sutradara film ‘Soekarno’, dan Tanta Ginting (pemeran Syahrir) tentang kemerdekaan. Lalu khotbah. Pas pulang, lagu yang mengiringi jemaat saat bubar adalah lagu 'Hari Merdeka(17 Agustus 1945)'.
Acara tadi pagi intinya ya kebaktian, upacaranya paling hanya sekitar 15 menit, udah termasuk teks Proklamasi dan rekaman wawancara Hanung. Saya benar-benar terharu. Nyanyi lagu Indonesia Raya di gereja semoga bisa dimaknai jemaat sebagai sebuah pengakuan bahwa Tuhan concern dengan kehidupan berbangsa dan bernegara...Bahwa orang Kristen yang baik peduli dengan masalah yang ada di tengah masyarakat...Bahwa baca Alkitab penting dan baca koran juga penting. Tentu saja levelnya beda. Koran ngga bisa memenuhi kebutuhan dasar manusia akan kebenaran sejati. Namun, kalo kita mau tau apakah anak kita bakal sekolah 5 hari apa 6 hari...Kalo kita mau tahu apakah ada sesama kita manusia yang haknya dirampas apa ngga, kalo dirampas dalam masalah apa dan solusinya kayak apa...Kalo kita mau tahu pajak yang kita bayar, karena kita mau taat dengan Matius 22:21, dikorupsi apa nggak....Sampe ayam numbuh gigi juga kaga bakal kita dapet beritanya dari Alkitab.
Lagipula, emangnya apa sih yang kita dapat kalo terus-terusan ngomong soal Tuhan, surga, neraka, kecuali perasaan bahwa kita adalah mahkluk sangat bersih yang siap masuk surga ?! Tugas gereja dan jemaat pada akhirnya bukan hanya mikir soal surga dan neraka lalu mengisolir diri dari problematika berbangsa dan bernegara. Indonesia perlu dipikirin. Pahlawan mesti dikenang. Masalah harus diselesaikan. Kemerdekaan wajib diisi. Gubernur ibu kotanya keren lagi, rela mati demi konstitusi, terbukti mau pasang badan demi rakyat, jadi kompletlah sudah alasan kenapa ini negara mesti dipikirin. #uhuk uhuk.
Saya pribadi tak setuju gereja terjun ke politik praktis. Saya keberatan mimbar khotbah berubah wujud menjadi mimbar kampanye politik. Namun, gereja tak masuk ke politik praktis bukan berarti gereja memisahkan kehidupan berbangsa dan bernegara dari Alkitab. Upacara bendera di dalam gereja lantas menjadi pengingat yang baik bahwa kita masih ada di muka bumi dan masih harus ikut serta mengisi kemerdekaan. Bukankah salah satu implikasi menjadi garam dan terang dunia adalah mengisi kemerdekaan ? Bukankah Indonesia adalah tanah yang dipercayakan Tuhan untuk kita kelola ?
Last but not least,
berikut adalah foto-foto kebaktian tadi pagi. Enjoy !
17 Agustus 2014
18.28