Tumben Banget Ahok Mengklarifikasi Panjang Lebar… Gunanya Apa, Ya?
Masih segar dalam ingatan kita bahwa pada 18 dan 19 Februari 2015, media dan juga berbagai akun medsos ‘meributkan’ Ahok yang ‘mengajak warga berantem’. Ada sebuah video yang tak utuh tentang itu namun sebagian besar masyarakat nampaknya lebih memilih membaca daripada menonton. Masuk akal, sambungan internet menjadi lebih lambat jika dipakai nonton daripada membaca.
Secara tak terduga, sehari setelah Imlek Ahok memberi penjelasan tentang kejadian tersebut.
Lihat:http://megapolitan.kompas.com/read/2015/02/20/15344851/Ahok.Saya.Bukan.Tipe.Lari.dari.Warga
Dikatakan tak terduga karena Ahok cenderung cuek dengan berita yang beredar mengenai dirinya. Pada Februari 2014, media pernah memberitakan seorang guru honorer pingsan dimaki Ahok.
Lihat: http://news.okezone.com/read/2014/02/13/500/940430/ahok-semprot-guru-honorer-sampai-pingsan.
Walau berita itu salah dan bisa dibilang fitnah, Ahok tak memberi klarifikasi secara ‘resmi’, di depan wartawan. Beliau pernah mengklarifikasi di lingkup terbatas dalam sebuah pertemuan, itu pun karena ditanya.
Lihat: https://www.facebook.com/notes/biografi-dan-berita-tentang-ahok/transkrip-penjelasan-ahok-tentang-peristiwa-guru-honorer-yang-pingsan-setelah-ke/771917422884433.
Klarifikasi Ahok tentang peristiwa dirinya diamuk warga minggu lalu, apa gunanya? Itupun kalau ada gunanya, lho…Pertanyaan yang tepat jangan-jangan adalah:Emangnya ada gunanya,ya ?
Tentu ada gunanya. Klarifikasi itu bermanfaat karena warga jika cermat lantas jadi bisa melihat betapa media tak segan-segan memplintir berita. Sudah rahasia umum bahwa banyak media memang lebih mencari ketenaran daripada kebenaran namun dalam kasus Ahok, kenekadan mereka dalam memplintir kerapkali mengagumkan mengingat Ahok adalah media darling. “Apapun yang keluar dari mulut Ahok bisa jadi berita”, begitu pendapat wartawan. Cobalah baca judul dan dan atau cuplikan beritanya:
Begini Ulah Ahok, Ajak Berkelahi Warga yang Bersama Neneknya di Atas Kursi Roda
http://www.islamedia.co/2015/02/begini-ulah-ahok-ajak-berkelahi-warga.html
Karena kesal, Ahok akhirnya menggebrak mobil dinasnya dengan keras. Bahkan dia meminta orang tersebut untuk minggir. Namun berdebatan ini tidak berakhir. Bahkan mantan politikus Gerindradan Golkar ini mengajak berkelahi warga tersebut. Namun, perkelahian tidak terjadi karena pihak pengamanan dalam dan ajudan Gubernur DKI Jakarta melerai mereka.
http://www.merdeka.com/jakarta/emosi-ahok-gebrak-mobil-dinas-dan-ingin-berkelahi-dengan-warga.html
Padahal, jelas sekali dari video yang ditayangkan, warga tersebut terlebih dahulu ngamuk ke Ahok, lihat:http://video.viva.co.id/read/39081-dihalangi-saat-hendak-blusukan–ahok-gebrak-mobil_1
Jurnalis Amerika Serikat Paul Johnson pernah menggunakan istilah “tujuh dosa yang mematikan” (seven deadlysins) saat bicara tentang kebebasan pers. Dua di antaranya terlihat dalam berita tentang Ahok ngamuk, yaitu:
1.Distorsi Informasi. Praktek menambah atau mengurangi informasi baik yang menyangkut opini maupun ilustrasi faktual,yang tidak sesuai dengan sumber aslinya dan mengakibatkan makna menjadi berubah.
2. Dramatisasi fakta palsu: Memberikan ilustrasi secara verbal, auditif atau visual yang berlebihan tentang suatu obyek. Dalam media cetak cara ini dapat dilakukan secara naratif (dalam bentuk kata-kata) atau melalui penyajian foto/gambar tertentu dengan tujuan untuk membangun suatu citra negatif dan stereotip.
Lihat: http://www.esaunggul.ac.id/article/jurnalisme-bebas-dan-bertanggung-jawab/
Pelajaran yang bisa kita petik ?
1. Banyak wartawan terpaksa tunduk kepada pemilik modal. Sampai ke titik tertentu, berusahalah maklum jika mereka memlintir berita. Tentu saja maklumnya hanya ‘sampai ke titik tertentu’. Rasa maklum ini penting untuk menghindari darah tinggi:-)
2. Sadarilah bahwa kini nyaris sudah tak ada lagi koran pagi dan koran sore kayak jaman dulu. Kini, internet memungkinkan berita untuk muncul kapan saja. Maka, jurnalis pun berlomba-lomba membuat berita yang kelak akan diklik banyak orang. Senjata mereka kerapkali adalah judul dan isi yang bombastis.
3. Cerdaslah dalam membaca. Cari tahu ‘aliran’ apa yang diikuti media itu dan siapa pemodalnya. Hal lain, bacalah beberapa media yang berlainan jenis. Hal ini membuat kita jadi bisa punya gambaran yang cukup utuh tentang apa yang sesungguhnya terjadi.
Ahok adalah penganut paham Politik Akal Sehat. Jika akal kita tak sehat, kita akan gagal memahami tindakan-tindakannya.
23 Februari 2015
“One child, one teacher, one book, one pen can change the world.”
-Malala Yousafzai-
Secara tak terduga, sehari setelah Imlek Ahok memberi penjelasan tentang kejadian tersebut.
Lihat:http://megapolitan.kompas.com/read/2015/02/20/15344851/Ahok.Saya.Bukan.Tipe.Lari.dari.Warga
Dikatakan tak terduga karena Ahok cenderung cuek dengan berita yang beredar mengenai dirinya. Pada Februari 2014, media pernah memberitakan seorang guru honorer pingsan dimaki Ahok.
Lihat: http://news.okezone.com/read/2014/02/13/500/940430/ahok-semprot-guru-honorer-sampai-pingsan.
Walau berita itu salah dan bisa dibilang fitnah, Ahok tak memberi klarifikasi secara ‘resmi’, di depan wartawan. Beliau pernah mengklarifikasi di lingkup terbatas dalam sebuah pertemuan, itu pun karena ditanya.
Lihat: https://www.facebook.com/notes/biografi-dan-berita-tentang-ahok/transkrip-penjelasan-ahok-tentang-peristiwa-guru-honorer-yang-pingsan-setelah-ke/771917422884433.
Klarifikasi Ahok tentang peristiwa dirinya diamuk warga minggu lalu, apa gunanya? Itupun kalau ada gunanya, lho…Pertanyaan yang tepat jangan-jangan adalah:Emangnya ada gunanya,ya ?
Tentu ada gunanya. Klarifikasi itu bermanfaat karena warga jika cermat lantas jadi bisa melihat betapa media tak segan-segan memplintir berita. Sudah rahasia umum bahwa banyak media memang lebih mencari ketenaran daripada kebenaran namun dalam kasus Ahok, kenekadan mereka dalam memplintir kerapkali mengagumkan mengingat Ahok adalah media darling. “Apapun yang keluar dari mulut Ahok bisa jadi berita”, begitu pendapat wartawan. Cobalah baca judul dan dan atau cuplikan beritanya:
Begini Ulah Ahok, Ajak Berkelahi Warga yang Bersama Neneknya di Atas Kursi Roda
http://www.islamedia.co/2015/02/begini-ulah-ahok-ajak-berkelahi-warga.html
Karena kesal, Ahok akhirnya menggebrak mobil dinasnya dengan keras. Bahkan dia meminta orang tersebut untuk minggir. Namun berdebatan ini tidak berakhir. Bahkan mantan politikus Gerindradan Golkar ini mengajak berkelahi warga tersebut. Namun, perkelahian tidak terjadi karena pihak pengamanan dalam dan ajudan Gubernur DKI Jakarta melerai mereka.
http://www.merdeka.com/jakarta/emosi-ahok-gebrak-mobil-dinas-dan-ingin-berkelahi-dengan-warga.html
Padahal, jelas sekali dari video yang ditayangkan, warga tersebut terlebih dahulu ngamuk ke Ahok, lihat:http://video.viva.co.id/read/39081-dihalangi-saat-hendak-blusukan–ahok-gebrak-mobil_1
Jurnalis Amerika Serikat Paul Johnson pernah menggunakan istilah “tujuh dosa yang mematikan” (seven deadlysins) saat bicara tentang kebebasan pers. Dua di antaranya terlihat dalam berita tentang Ahok ngamuk, yaitu:
1.Distorsi Informasi. Praktek menambah atau mengurangi informasi baik yang menyangkut opini maupun ilustrasi faktual,yang tidak sesuai dengan sumber aslinya dan mengakibatkan makna menjadi berubah.
2. Dramatisasi fakta palsu: Memberikan ilustrasi secara verbal, auditif atau visual yang berlebihan tentang suatu obyek. Dalam media cetak cara ini dapat dilakukan secara naratif (dalam bentuk kata-kata) atau melalui penyajian foto/gambar tertentu dengan tujuan untuk membangun suatu citra negatif dan stereotip.
Lihat: http://www.esaunggul.ac.id/article/jurnalisme-bebas-dan-bertanggung-jawab/
Pelajaran yang bisa kita petik ?
1. Banyak wartawan terpaksa tunduk kepada pemilik modal. Sampai ke titik tertentu, berusahalah maklum jika mereka memlintir berita. Tentu saja maklumnya hanya ‘sampai ke titik tertentu’. Rasa maklum ini penting untuk menghindari darah tinggi:-)
2. Sadarilah bahwa kini nyaris sudah tak ada lagi koran pagi dan koran sore kayak jaman dulu. Kini, internet memungkinkan berita untuk muncul kapan saja. Maka, jurnalis pun berlomba-lomba membuat berita yang kelak akan diklik banyak orang. Senjata mereka kerapkali adalah judul dan isi yang bombastis.
3. Cerdaslah dalam membaca. Cari tahu ‘aliran’ apa yang diikuti media itu dan siapa pemodalnya. Hal lain, bacalah beberapa media yang berlainan jenis. Hal ini membuat kita jadi bisa punya gambaran yang cukup utuh tentang apa yang sesungguhnya terjadi.
Ahok adalah penganut paham Politik Akal Sehat. Jika akal kita tak sehat, kita akan gagal memahami tindakan-tindakannya.
23 Februari 2015
“One child, one teacher, one book, one pen can change the world.”
-Malala Yousafzai-