BALAS DENDAM VS MEMBERI PELAJARAN:DI MANA BEDANYA?
Kalo elo suka liat-liat FB gue, elo mungkin tau kalo gue dikerjain ‘psikopat’. Tulisan-tulisannya ada di www.gurupenulis.weebly.com. Gue masih akan terus nulis soal psikopat karena inilah cara gue untuk menghilangkan naluri balas dendam, menulis ‘kan punya efek terapeutik.
Kita sebut aja nama dia "French Fries"ya, ntar kalo pake nama orang, ada yang tersinggung.
Gue udah dari Februari atau Januari nggak berhubungan dengan si French Fries tapi terus gue dapat berita soal dia. Temen sekantornya cerita bahwa FF ngilangin sebagian data yang sangat dibutuhkan departemennya. Kenang-kenangan kayaknya, ‘kan dia mau pindah departemen. Temen-temennya kelabakan sedangkan bosnya cuek karena FF adalah anak buah kesayangan.
Yah, gitu deh, FF selalu punya cara untuk nyusahin sesama. Pada perkembangannya, FF menghasut temen gue jadi dia sekarang nggak sendirian ngejahatin gue.
Sikap gue kepada mereka berdua sama, nggak ngebalas. Minimal, sejauh ini nggak berminat membalas. Kenapa pake kata ‘sejauh ini’? Ya karena bisa aja suatu saat gue membalas.
Elo mungkin ngomong begini, “Kita nggak boleh balas dendam loh.” Apa bedanya sih membalas dendam dan memberi pelajaran?
Balas dendam sifatnya destruktif: Dilakukan untuk menghancurkan target dan memuaskan diri si pelaku. Sedangkan memberi pelajaran tuh edukatif, dilakukan untuk kasih tau bahwa setiap tindakan ada konsekuensinya dan sering imbasnya bukan hanya ke si penjahat dan si korban tapi melebar ke mana-mana termasuk ke orang yang nggak tau apa-apa.
Memberi pelajaran juga bersifat konstruktif. "Individu yang merespons terhadap ancaman akan lebih baik dibandingkan individu yang menerima tamparan pipi dan membiarkan orang jahat pergi," kata Michael McCullough, psikolog Miami University yang udah sepuluh tahun lebih belajar tentang balas dendam dan pengampunan.
Konfusius pernah ngomong gini,“Sebelum anda melakukan balas dendam, galilah dua kuburan.” Maknanya jelas:Satu untuk si korban balas dendam dan yang kedua buat si pelaku. Gue tuh sempat loh tergoda untuk balas dendam. Gue browsing soal “How to destroy a psychopath” dan baca tulisan-tulisan soal balas dendam.
Kesimpulannya: Untuk membalas dendam, kita harus mengadopsi karakteristik seorang psikopat. Aihh…Amit-amit. Biarlah hanya dia yang menjadi hewan berbentuk orang. Gue mau berwujud orang dengan subtansi manusia. Biarlah hanya dia yang mengalami kematian sebelum meninggal, gue mah ogah. Kuburannya satu ajalah. Buat dia aja.
Balas dendam adalah tindakan untuk mencari keadilan bagi diri sendiri sedangkan memberi pelajaran bertujuan agar si pelaku kapok dan nggak ada lagi orang yang jatuh sebagai korban. Balas dendam bikin kita berasa asik karena manusia memang punya naluri untuk membalas dendam tapi biasanya balas dendam menciptakan siklus yang susah diputus. Jadi, saat balas dendam, kita sesungguhnya menjadi bagian dari rantai kekerasan.
Dari luar, balas dendam dan memberi pelajaran bisa mengambil rupa yang sama. Misal, si X dan si Y sama-sama ngelaporin si A ke polisi tapi motivasi dan kisahnya berlainan, jadi ya statusnya bisa beda: Si Y ngelapor untuk balas dendam dan si X untuk memberi pelajaran.
Apakah gue akan balas dendam? Jelas nggak. Gue nggak mau turun pangkat jadi hewan:Dicakar balas mencakar. Apakah gue akan memberi mereka pelajaran? Bisa iya, bisa tidak, gue lagi nunggu-nunggu ceritanya akan berkembang seperti apa.
Gue berharap konflik ini udah bener-bener selesai tapi mengingat cerita ini melibatkan psikopat dan gue ternyata belum hancur-hancur juga, feeling gue bilang ceritanya masih berlanjut. Si FF udah dapat sih apa yang dia mau tapi gue nggak tau deh nalurinya dia kecenderungannya gimana. Setelah keinginannya tercapai, orang yang membantu dia cukup dibuang aja atau mesti dihancurkan? Ilmu gue belum sampai sini.
Temen gue bilang,”Mungkin nggak sih mereka berinisiatif minta maaf?” Gue bilang, nggak. “Dunia dipenuhi orang kesepian yang takut bertindak duluan,”kata Don Shirley di film The Green Book. Lagian mereka mah pasti nggak sadar kalo udah ngejahatin orang, logikanya gimana dah?
Bagaimanapun, sejahat apapun mereka berdua ke gue, tetap gue akan memainkan kartu gue dengan benar. Jadi, masalah gue balas dendam:Nggak mungkin. Urusan gue akan kasih pelajaran atau ngga:Belum tau.
Liat aja nanti. I will not tell them. Time will.
11 Mei 2019,
Jam 18.27
Kita sebut aja nama dia "French Fries"ya, ntar kalo pake nama orang, ada yang tersinggung.
Gue udah dari Februari atau Januari nggak berhubungan dengan si French Fries tapi terus gue dapat berita soal dia. Temen sekantornya cerita bahwa FF ngilangin sebagian data yang sangat dibutuhkan departemennya. Kenang-kenangan kayaknya, ‘kan dia mau pindah departemen. Temen-temennya kelabakan sedangkan bosnya cuek karena FF adalah anak buah kesayangan.
Yah, gitu deh, FF selalu punya cara untuk nyusahin sesama. Pada perkembangannya, FF menghasut temen gue jadi dia sekarang nggak sendirian ngejahatin gue.
Sikap gue kepada mereka berdua sama, nggak ngebalas. Minimal, sejauh ini nggak berminat membalas. Kenapa pake kata ‘sejauh ini’? Ya karena bisa aja suatu saat gue membalas.
Elo mungkin ngomong begini, “Kita nggak boleh balas dendam loh.” Apa bedanya sih membalas dendam dan memberi pelajaran?
Balas dendam sifatnya destruktif: Dilakukan untuk menghancurkan target dan memuaskan diri si pelaku. Sedangkan memberi pelajaran tuh edukatif, dilakukan untuk kasih tau bahwa setiap tindakan ada konsekuensinya dan sering imbasnya bukan hanya ke si penjahat dan si korban tapi melebar ke mana-mana termasuk ke orang yang nggak tau apa-apa.
Memberi pelajaran juga bersifat konstruktif. "Individu yang merespons terhadap ancaman akan lebih baik dibandingkan individu yang menerima tamparan pipi dan membiarkan orang jahat pergi," kata Michael McCullough, psikolog Miami University yang udah sepuluh tahun lebih belajar tentang balas dendam dan pengampunan.
Konfusius pernah ngomong gini,“Sebelum anda melakukan balas dendam, galilah dua kuburan.” Maknanya jelas:Satu untuk si korban balas dendam dan yang kedua buat si pelaku. Gue tuh sempat loh tergoda untuk balas dendam. Gue browsing soal “How to destroy a psychopath” dan baca tulisan-tulisan soal balas dendam.
Kesimpulannya: Untuk membalas dendam, kita harus mengadopsi karakteristik seorang psikopat. Aihh…Amit-amit. Biarlah hanya dia yang menjadi hewan berbentuk orang. Gue mau berwujud orang dengan subtansi manusia. Biarlah hanya dia yang mengalami kematian sebelum meninggal, gue mah ogah. Kuburannya satu ajalah. Buat dia aja.
Balas dendam adalah tindakan untuk mencari keadilan bagi diri sendiri sedangkan memberi pelajaran bertujuan agar si pelaku kapok dan nggak ada lagi orang yang jatuh sebagai korban. Balas dendam bikin kita berasa asik karena manusia memang punya naluri untuk membalas dendam tapi biasanya balas dendam menciptakan siklus yang susah diputus. Jadi, saat balas dendam, kita sesungguhnya menjadi bagian dari rantai kekerasan.
Dari luar, balas dendam dan memberi pelajaran bisa mengambil rupa yang sama. Misal, si X dan si Y sama-sama ngelaporin si A ke polisi tapi motivasi dan kisahnya berlainan, jadi ya statusnya bisa beda: Si Y ngelapor untuk balas dendam dan si X untuk memberi pelajaran.
Apakah gue akan balas dendam? Jelas nggak. Gue nggak mau turun pangkat jadi hewan:Dicakar balas mencakar. Apakah gue akan memberi mereka pelajaran? Bisa iya, bisa tidak, gue lagi nunggu-nunggu ceritanya akan berkembang seperti apa.
Gue berharap konflik ini udah bener-bener selesai tapi mengingat cerita ini melibatkan psikopat dan gue ternyata belum hancur-hancur juga, feeling gue bilang ceritanya masih berlanjut. Si FF udah dapat sih apa yang dia mau tapi gue nggak tau deh nalurinya dia kecenderungannya gimana. Setelah keinginannya tercapai, orang yang membantu dia cukup dibuang aja atau mesti dihancurkan? Ilmu gue belum sampai sini.
Temen gue bilang,”Mungkin nggak sih mereka berinisiatif minta maaf?” Gue bilang, nggak. “Dunia dipenuhi orang kesepian yang takut bertindak duluan,”kata Don Shirley di film The Green Book. Lagian mereka mah pasti nggak sadar kalo udah ngejahatin orang, logikanya gimana dah?
Bagaimanapun, sejahat apapun mereka berdua ke gue, tetap gue akan memainkan kartu gue dengan benar. Jadi, masalah gue balas dendam:Nggak mungkin. Urusan gue akan kasih pelajaran atau ngga:Belum tau.
Liat aja nanti. I will not tell them. Time will.
11 Mei 2019,
Jam 18.27