Buku Priska Devina: Today’s Mother Is Tomorrow’s....
Kita mengenal ungkapan,”Today’s Readers, Tomorrow’s Leaders”. Dari buku karya Priska Devina ini, kita akan dapat kalimat lain yaitu,”Today’s Mother is Tomorrow’s Author”.
Ya, selagi membacanya, saya memperoleh kesan bahwa keinginan Priska untuk menjadi penulis baru benar-benar terusik dan terus-menerus mintaa untuk diwujudkan ketika ia menerima secarik kertas dari Sekar, buah hatinya yang saat itu berusia 8 tahun.
Sekar-Princess of Model.
Mami-Queen of Writer.
Buku ini bolehlah rasanya dianggap sebagai sebuah produk yang menunjukkan betapa kuatnya kata-kata Sekar dan betapa dramatisnya anak cerdas ini mengubah hidup sang ibu. Bukankah di masa lalu iklan sabun bayi yang kerap masuk TV punya slogan,”Bayi Mengubah Segalanya” ?
Buku ini juga adalah sebuah produk yang memperlihatkan bahwa Sekar adalah anak yang begitu terberkati. Isi buku menunjukkan bahwa ibunya, yaitu si penulis, adalah orang yang kerap melakukan kilas balik, mencoba mengingat apa yang telah ia lalui dan berusaha memetik hikmah. Orang reflektif jumlahnya tak banyak karena buruknya sistem pendidikan kita telah menghasilkan pribadi-pribadi yang jarang berpikir. Anak bisa lulus tes hanya dengan cara mengulang ajaran guru dan mengutip isi buku mentah-mentah. Tak ada ruang untuk menganalisa.
Dan di sinilah kekuatan buku Priska, 'Anakku,Matahariku'. Isi kisahnya bukan pengulangan versi tulisan dari pengalaman hidup seorang ibu yang tergila-gila pada anaknya. Ia menguraikan cerita tentang Sekar, berpikir sejenak mengenai apa yang kira-kira bisa orang lain serap dari kisahnya, lalu menghubungkannya dengan kebutuhan pembaca.
Intiplah surat cinta Priska untuk Sekar. Di ujung surat, dekat dengan nomor petanda halaman buku, Priska mengajukan pertanyaan yang akan menggelitik banyak orang,”Kapan terakhir Anda menulis surat cinta kepada anak Anda?” Saya tersenyum saat membaca bagian itu...Saya melakukannya bulan lalu kepada anak saya yang berusia 10 tahun. Namun pembaca lain ? Setahu saya, masih banyak orang tua yang enggan mengutarakan kasih secara terbuka pada anak. Izinkan saya menebak ya, bisa jadi setelah membaca pertanyaan si penulis, sebagian pembaca dengan semangat membela diri akan menjawab“Lho, saya capek-capek kerja buat apa ? Ya buat anak ‘kan ? Mereka udah tahu kok saya sayang sama mereka’, begitu kali kira-kira,ya. Ah, sudahlah, ngga usah banyak omong. Jauh di dasar hati kita semua pasti setuju, kata-kata cinta dan tindakan kasih pasti efeknya jauh berlipat ganda daripada hanya sekedar kata-kata cinta saja. Kalimat sayang dan aksi penuh cinta pasti punya dampak lebih besar daripada hanya sekedar tindakan kasih. Kalo memang bisa melakukan keduanya:Mengucapkan cinta lewat kata-kata dan juga perbuatan, mengapa tidak ?
Penulis terlihat jelas amat mensyukuri kehidupannya sebagai ibunda Sekar, putri cantik yang cerdas dan punya empati tinggi terhadap mereka yang berkekurangan. Jika Anda membaca buku ini, Anda akan tahu kenapa Sekar dalam usia yang demikian muda bisa berpikir begitu dalam.
Menelusuri penyebabnya bukan pekerjaan sulit, mudah aja kok: Itu menurun dari ibunya. Membaca buku ini akan membawa kita pada perjalanan seorang perempuan yang punya tekad untuk membesarkan anak dengan cara terbaik yang bisa ia ketahui. Komitmen penulis untuk memperkaya diri bisa kita lihat di beberapa bagian buku, misalnya ia menyelipkan topikfinancial planning (hal.109-113), cara memilih sekolah yang baik (hal.115-120) serta anger management (hal.62-65,91-92).
Dan, tentu saja, belajar dari ibu yang haus ilmu adalah hal yang menguntungkan, begitu bukan ?
23/5/2014,15.10 WIB
Ya, selagi membacanya, saya memperoleh kesan bahwa keinginan Priska untuk menjadi penulis baru benar-benar terusik dan terus-menerus mintaa untuk diwujudkan ketika ia menerima secarik kertas dari Sekar, buah hatinya yang saat itu berusia 8 tahun.
Sekar-Princess of Model.
Mami-Queen of Writer.
Buku ini bolehlah rasanya dianggap sebagai sebuah produk yang menunjukkan betapa kuatnya kata-kata Sekar dan betapa dramatisnya anak cerdas ini mengubah hidup sang ibu. Bukankah di masa lalu iklan sabun bayi yang kerap masuk TV punya slogan,”Bayi Mengubah Segalanya” ?
Buku ini juga adalah sebuah produk yang memperlihatkan bahwa Sekar adalah anak yang begitu terberkati. Isi buku menunjukkan bahwa ibunya, yaitu si penulis, adalah orang yang kerap melakukan kilas balik, mencoba mengingat apa yang telah ia lalui dan berusaha memetik hikmah. Orang reflektif jumlahnya tak banyak karena buruknya sistem pendidikan kita telah menghasilkan pribadi-pribadi yang jarang berpikir. Anak bisa lulus tes hanya dengan cara mengulang ajaran guru dan mengutip isi buku mentah-mentah. Tak ada ruang untuk menganalisa.
Dan di sinilah kekuatan buku Priska, 'Anakku,Matahariku'. Isi kisahnya bukan pengulangan versi tulisan dari pengalaman hidup seorang ibu yang tergila-gila pada anaknya. Ia menguraikan cerita tentang Sekar, berpikir sejenak mengenai apa yang kira-kira bisa orang lain serap dari kisahnya, lalu menghubungkannya dengan kebutuhan pembaca.
Intiplah surat cinta Priska untuk Sekar. Di ujung surat, dekat dengan nomor petanda halaman buku, Priska mengajukan pertanyaan yang akan menggelitik banyak orang,”Kapan terakhir Anda menulis surat cinta kepada anak Anda?” Saya tersenyum saat membaca bagian itu...Saya melakukannya bulan lalu kepada anak saya yang berusia 10 tahun. Namun pembaca lain ? Setahu saya, masih banyak orang tua yang enggan mengutarakan kasih secara terbuka pada anak. Izinkan saya menebak ya, bisa jadi setelah membaca pertanyaan si penulis, sebagian pembaca dengan semangat membela diri akan menjawab“Lho, saya capek-capek kerja buat apa ? Ya buat anak ‘kan ? Mereka udah tahu kok saya sayang sama mereka’, begitu kali kira-kira,ya. Ah, sudahlah, ngga usah banyak omong. Jauh di dasar hati kita semua pasti setuju, kata-kata cinta dan tindakan kasih pasti efeknya jauh berlipat ganda daripada hanya sekedar kata-kata cinta saja. Kalimat sayang dan aksi penuh cinta pasti punya dampak lebih besar daripada hanya sekedar tindakan kasih. Kalo memang bisa melakukan keduanya:Mengucapkan cinta lewat kata-kata dan juga perbuatan, mengapa tidak ?
Penulis terlihat jelas amat mensyukuri kehidupannya sebagai ibunda Sekar, putri cantik yang cerdas dan punya empati tinggi terhadap mereka yang berkekurangan. Jika Anda membaca buku ini, Anda akan tahu kenapa Sekar dalam usia yang demikian muda bisa berpikir begitu dalam.
Menelusuri penyebabnya bukan pekerjaan sulit, mudah aja kok: Itu menurun dari ibunya. Membaca buku ini akan membawa kita pada perjalanan seorang perempuan yang punya tekad untuk membesarkan anak dengan cara terbaik yang bisa ia ketahui. Komitmen penulis untuk memperkaya diri bisa kita lihat di beberapa bagian buku, misalnya ia menyelipkan topikfinancial planning (hal.109-113), cara memilih sekolah yang baik (hal.115-120) serta anger management (hal.62-65,91-92).
Dan, tentu saja, belajar dari ibu yang haus ilmu adalah hal yang menguntungkan, begitu bukan ?
23/5/2014,15.10 WIB