TULISAN BUAT MEREKA YANG LAGI DIKERJAIN
DAN BINGUNG MAU GIMANA: MENANGGAPI BUKAN BERARTI MEMBALAS
Kalimat-kalimat motivasional di internet rata-rata menyarankan kita untuk diam waktu dikerjain. “Silence is the loudest response” misalnya. “Biar Tuhan yang balas”, dan lain-lain. Elo mungkin sekarang lagi dikerjain, lagi difitnah, ditusuk teman, elo diem aja dan merasa bangga karena elo diam. Gue kasih 2 cerita, ya.
Cerita pertama.
1.Gue pernah dikerjain tapi gue diam aja. Yang ngefitnah gue terlibat suatu kasus tapi kasusnya ditutup. Seseorang nawarin untuk membuka kasusnya. Gue tolak.
2.Beberapa bulan kemudian mereka ngefitnah gue di sosmed. Gue diam.
3. Seseorang lalu kasih tau,”Gue udah hubungin aparat. Dia udah setuju untuk datang ke rumah orang tersebut tapi lo harus buat mereka marah, harus buat mereka mengancam elo dulu, baru aparat bisa datang.” Lah, ya gue jelas nggak maulah.
4.Fitnahan mereka lalu naik kelas. Mereka orang luar tapi lalu mereka mengemail 4 atasan gue:Dekan, wakil dekan, dan 2 ketua jurusan. Lewat WA ke seseorang, salah satu dari antara mereka dengan diplomatis bilang bahwa mereka mau gue dipecat. Gue tetap diam. Atasan-atasan gue tahu bahwa gue difitnah. 1-2 hari setelah mereka kirim email, suami si X telfon salah satu atasan dan cerita bahwa si X selingkuh dengan Y. Tuhan nggak tidur ya. Lha itu isi fitnahan mereka antara lain gue naksir Y dan ditolak lalu gue ngamuk dan ngefitnah mereka berdua lewat tulisan-tulisan gue.
Sebulan kemudian, masih lanjut. Dekan lalu nyuruh mereka untuk menyelesaikan masalah ini secara pribadi, nggak bawa-bawa institusi. Dekan gue sempat ngomong sebentar dengan si X lewat telepon dan X nyalah-nyalahin si Y, hahahaaaa. Lucu, sih. A coward will remain a coward.
5. Seorang anggota keluarga menganjurkan gue untuk somasi, dia mau bantu. Gue tolak.
6.Posisi gue di atas angin, gue pegang semua bukti. Jadi, orang itu menyuruh gue memeras orang tersebut sebesar 5 miliar. Dia mau bantu. Gue nggak mau.
7. Mereka berdua keenakan. Mereka beraksi lagi di sosmed. Gue tetap diam.
Gue cuma rapat dengan pengacara dan keluarga besar tapi di luar itu gue nggak ngapa-ngapain. Masa’ gue mesti ngelaporin orang yang nggak berani ketemu gue dan levelnya cuma caper di sosmed? Gengsi lah. Ngelaporin orang pemberani, baru keren.
Waktu itu, gue berasa gue sangat cool, mature, keren. Bayangin ditusuk, difitnah sampe ke mana-mana tapi gue diam aja. Gue berasa kayak Jokowi, bijaksana banget. Sekarang gue berasa saat itu adalah zaman jahiliyah. Cool nya di mana sih, hahhahaaaa. Malu-maluin orang Batak kayaknya.
Nah, suatu hari, ada seseorang cari gara-gara. Track record-nya gue tau:Dia ngerjain A, si A diam. Dia lalu ngerjain B, si B juga diam. Terus dia ngerjain C dan C diam. Semua orang yang dia kerjain, semuanya baik ke dia. Akhirnya dia keenakan lalu ngerjain gue.
Kalo gue diam aja, ini orang pasti akan ngerjain orang lain. Yang berani ngelawan dia cuma gue tapi gue ragu karena gue sebelum-sebelumnya selalu diam kalo dikerjain. Suami gue lalu bilang,”Kamu Batak trus diam aja? Lawan lah!”
Akhirnya gue lawan. Gue merespons fitnahannya dengan sangat keras.Membalas? Bukan. Gue merespons. Menanggapi. Dengan kata-kata yang menurut suami gue “intelek amat tulisanmu” tapi tajam, setajammmmm… silet.
Alhasil? Kejadiannya sekitar 8 bulan yang lalu. Udah 8 bulanan nih dia nggak ngerjain orang. Ehm. Tapi dia memang punya naluri ngejatuhin. Jadi gue tetap setia simpan semua hal yang menurut gue perlu disimpan. Jadi kalo suatu saat dia beraksi lagi, gue tinggal keluarin.Intinya:Don't interrupt your enemies when they make mistakes. Diam aja, amati, screensyut, masukkan folder.
The morale of the story? Diam memang emas tapi kadang bicara adalah berlian. Kalo di kasus pertama di nomor 1 nya gue langsung bilang iya, nomor 2-7 nggak akan ada. Hidup memang njlimet tapi sering kita sendiri yang bikin hidup kita jadi complicated.
Lo lagi difitnah? Lagi dijahatin orang? Lo termotivasi nggak dengan kata-kata inspiratif yang sliweran di internet (gue taruh beberapa posternya di bawah)? Kalo kalimat itu mau lo aplikasikan, mikir dulu. Kalo dia tukang cari gara-gara amatiran, ngga papa lo diam aja tapi kalo dia udah professional, sebaiknya lo merespons.
DENGAN CARA INI LO MELINDUNGI CALON KORBAN BERIKUTNYA DAN JUGA MENGHEMAT WAKTU PLUS TENAGA. Capek loh ngadepin orang yang merasa dia menang dan layak dapat perhatian. Lebih baik lo gerak cepat, sat…set..sat..set…Kelar.
Jangan terlalu keras dengan diri elo sendiri. Love yourself. Mereka yang harusnya sengsara, bukan elo. Jangan naif. “Ini salib yang harus gue tanggung”. Jangan meromantisir penderitaan. Kayak gue dulu, halahhh. Belajar dong dari gue. Udah capek nih gue nulis. Kata Rick Warren,”Why waste pain? Use it to help others.”
Hindari main fisik dan hindari kata-kata kasar. Pake kata-kata yang tajam dan keras. Tuhan Yesus diam aja waktu digebukin tapi Dia pernah nebalikin meja waktu ngamuk dan pernah teriak,”Hei, kamu ular beludakkkk!!”
Kalo intuisi dan logika mempersilahkan elo untuk ngga diam, ajarin dia bahwa perbuatan buruk ada konsekuensinya. Lo nggak harus diam tapi juga ngga mesti ngomong. Yang penting pikirkan baik-baik konsekuensinya. Kalo yang nusuk elo adalah orang yang sangat dipercaya bos atau orang yang mau melakukan apapun untuk lihat lo susah, hati-hati. Jangan gegabah.
Mungkin ada yang berkomentar,”Membalas adalah haknya Tuhan". Ini bukan membalas tapi menanggapi. Kalo membalas artinya kita difitnah lalu kita balik memfitnah. Mungkin ada juga yang bilang,"Kalo pipi kanan kita ditampar, kita mesti kasih pipi kiri.” Masalahnya, ada orang-orang yang setelah menampar pipi lo, mereka akan bergerak untuk cari pipi orang lain. Kalo lo nggak diam, pipi orang lain selamat.
Dan, tentu aja, pipi lo yang satu lagi juga akan selamat.
Cerita pertama.
1.Gue pernah dikerjain tapi gue diam aja. Yang ngefitnah gue terlibat suatu kasus tapi kasusnya ditutup. Seseorang nawarin untuk membuka kasusnya. Gue tolak.
2.Beberapa bulan kemudian mereka ngefitnah gue di sosmed. Gue diam.
3. Seseorang lalu kasih tau,”Gue udah hubungin aparat. Dia udah setuju untuk datang ke rumah orang tersebut tapi lo harus buat mereka marah, harus buat mereka mengancam elo dulu, baru aparat bisa datang.” Lah, ya gue jelas nggak maulah.
4.Fitnahan mereka lalu naik kelas. Mereka orang luar tapi lalu mereka mengemail 4 atasan gue:Dekan, wakil dekan, dan 2 ketua jurusan. Lewat WA ke seseorang, salah satu dari antara mereka dengan diplomatis bilang bahwa mereka mau gue dipecat. Gue tetap diam. Atasan-atasan gue tahu bahwa gue difitnah. 1-2 hari setelah mereka kirim email, suami si X telfon salah satu atasan dan cerita bahwa si X selingkuh dengan Y. Tuhan nggak tidur ya. Lha itu isi fitnahan mereka antara lain gue naksir Y dan ditolak lalu gue ngamuk dan ngefitnah mereka berdua lewat tulisan-tulisan gue.
Sebulan kemudian, masih lanjut. Dekan lalu nyuruh mereka untuk menyelesaikan masalah ini secara pribadi, nggak bawa-bawa institusi. Dekan gue sempat ngomong sebentar dengan si X lewat telepon dan X nyalah-nyalahin si Y, hahahaaaa. Lucu, sih. A coward will remain a coward.
5. Seorang anggota keluarga menganjurkan gue untuk somasi, dia mau bantu. Gue tolak.
6.Posisi gue di atas angin, gue pegang semua bukti. Jadi, orang itu menyuruh gue memeras orang tersebut sebesar 5 miliar. Dia mau bantu. Gue nggak mau.
7. Mereka berdua keenakan. Mereka beraksi lagi di sosmed. Gue tetap diam.
Gue cuma rapat dengan pengacara dan keluarga besar tapi di luar itu gue nggak ngapa-ngapain. Masa’ gue mesti ngelaporin orang yang nggak berani ketemu gue dan levelnya cuma caper di sosmed? Gengsi lah. Ngelaporin orang pemberani, baru keren.
Waktu itu, gue berasa gue sangat cool, mature, keren. Bayangin ditusuk, difitnah sampe ke mana-mana tapi gue diam aja. Gue berasa kayak Jokowi, bijaksana banget. Sekarang gue berasa saat itu adalah zaman jahiliyah. Cool nya di mana sih, hahhahaaaa. Malu-maluin orang Batak kayaknya.
Nah, suatu hari, ada seseorang cari gara-gara. Track record-nya gue tau:Dia ngerjain A, si A diam. Dia lalu ngerjain B, si B juga diam. Terus dia ngerjain C dan C diam. Semua orang yang dia kerjain, semuanya baik ke dia. Akhirnya dia keenakan lalu ngerjain gue.
Kalo gue diam aja, ini orang pasti akan ngerjain orang lain. Yang berani ngelawan dia cuma gue tapi gue ragu karena gue sebelum-sebelumnya selalu diam kalo dikerjain. Suami gue lalu bilang,”Kamu Batak trus diam aja? Lawan lah!”
Akhirnya gue lawan. Gue merespons fitnahannya dengan sangat keras.Membalas? Bukan. Gue merespons. Menanggapi. Dengan kata-kata yang menurut suami gue “intelek amat tulisanmu” tapi tajam, setajammmmm… silet.
Alhasil? Kejadiannya sekitar 8 bulan yang lalu. Udah 8 bulanan nih dia nggak ngerjain orang. Ehm. Tapi dia memang punya naluri ngejatuhin. Jadi gue tetap setia simpan semua hal yang menurut gue perlu disimpan. Jadi kalo suatu saat dia beraksi lagi, gue tinggal keluarin.Intinya:Don't interrupt your enemies when they make mistakes. Diam aja, amati, screensyut, masukkan folder.
The morale of the story? Diam memang emas tapi kadang bicara adalah berlian. Kalo di kasus pertama di nomor 1 nya gue langsung bilang iya, nomor 2-7 nggak akan ada. Hidup memang njlimet tapi sering kita sendiri yang bikin hidup kita jadi complicated.
Lo lagi difitnah? Lagi dijahatin orang? Lo termotivasi nggak dengan kata-kata inspiratif yang sliweran di internet (gue taruh beberapa posternya di bawah)? Kalo kalimat itu mau lo aplikasikan, mikir dulu. Kalo dia tukang cari gara-gara amatiran, ngga papa lo diam aja tapi kalo dia udah professional, sebaiknya lo merespons.
DENGAN CARA INI LO MELINDUNGI CALON KORBAN BERIKUTNYA DAN JUGA MENGHEMAT WAKTU PLUS TENAGA. Capek loh ngadepin orang yang merasa dia menang dan layak dapat perhatian. Lebih baik lo gerak cepat, sat…set..sat..set…Kelar.
Jangan terlalu keras dengan diri elo sendiri. Love yourself. Mereka yang harusnya sengsara, bukan elo. Jangan naif. “Ini salib yang harus gue tanggung”. Jangan meromantisir penderitaan. Kayak gue dulu, halahhh. Belajar dong dari gue. Udah capek nih gue nulis. Kata Rick Warren,”Why waste pain? Use it to help others.”
Hindari main fisik dan hindari kata-kata kasar. Pake kata-kata yang tajam dan keras. Tuhan Yesus diam aja waktu digebukin tapi Dia pernah nebalikin meja waktu ngamuk dan pernah teriak,”Hei, kamu ular beludakkkk!!”
Kalo intuisi dan logika mempersilahkan elo untuk ngga diam, ajarin dia bahwa perbuatan buruk ada konsekuensinya. Lo nggak harus diam tapi juga ngga mesti ngomong. Yang penting pikirkan baik-baik konsekuensinya. Kalo yang nusuk elo adalah orang yang sangat dipercaya bos atau orang yang mau melakukan apapun untuk lihat lo susah, hati-hati. Jangan gegabah.
Mungkin ada yang berkomentar,”Membalas adalah haknya Tuhan". Ini bukan membalas tapi menanggapi. Kalo membalas artinya kita difitnah lalu kita balik memfitnah. Mungkin ada juga yang bilang,"Kalo pipi kanan kita ditampar, kita mesti kasih pipi kiri.” Masalahnya, ada orang-orang yang setelah menampar pipi lo, mereka akan bergerak untuk cari pipi orang lain. Kalo lo nggak diam, pipi orang lain selamat.
Dan, tentu aja, pipi lo yang satu lagi juga akan selamat.