Untuk Sesama Nasrani:Serius Nih, Kita Cuma Ngomong,
”Ampunilah Mereka Karena Mereka Tidak Tahu Apa yang Mereka Perbuat” ?
Saya cukup terganggu dengan ucapan,”Ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Gereja dibakar,”Ampunilah mereka ya Tuhan karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Kebaktian dilarang,”Ampunilah mereka ya Tuhan karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Pastor atau pendeta dibunuh,”Ampunilah mereka ya Tuhan karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”.
Kalo saya jadi mereka, saya akan terus membakar, melarang dan membunuh. Nah, persis, memang itu yang mereka lakukan, bukan ?
Gue terganggu bukan karena ucapan itu salah tapi karena gue mikir: Kalimat itu terus-menerus diucapkan karena kita baik, takut atau karena malas mikir, sih ? Menurut gue sih gue takut tapi gue nggak pake ayat untuk menyembunyikan rasa takut gue. Pengecut OKlah tapi pake ayat untuk menutupi hal itu ? Apa bedanya kita dengan FPI ???
Saat kebaktian dilarang dan gereja dibom, banyak orang kristen berkata,”Mereka belum tau Tuhan Yesus makanya mereka lakukan itu”. Ya emang sih kalo mereka tau Tuhan Yesus, mereka nggak bakalan bersikap kayak gitu tapi percayalah, penyandang dana dan para oportunis tidaklah bersorak-sorai di atas ketidaktahuan pion-pion tentang Yesus Kristus. Mereka bersorak-sorai di atas kemiskinan dan kebodohan sesamanya.
”Ampunilah mereka ya Tuhan karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Hah, serius lu ? Donatur kelompok intoleran mah tau apa yang mereka perbuat. Ini nggak ada hubungannya dengan mereka nggak tau Yesus, ini hubungannya dengan hati nurani (dan penegakan hukum yang rapuh). Para donatur ini punya duit lalu mereka pake orang-orang yang nggak punya duit untuk mencapai tujuan mereka sedangkan pemerintah rada cuek. Gitu deh masalahnya, ini bukan masalah mereka perlu keselamatan atau nggak. Kalo urusan keselamatan, kalau pun mereka kagak ngebom, ya mereka juga butuh.
Gue percaya hampir semua yang baca tulisan ini bukan aktivis, sulit turun ke jalan. Boro-boro mau mondar-mandir ikut rapat tentang gerakan apa yang efektif untuk menangkal ekstremisme, mengurangi kemiskinan dan memberantas kebodohan, mikirin cari pembantu aja otak kita udah encok. Belum lagi ngejar deadlinetugas, ngumpul sama keluarga, ngelakuin hobi biar tetap waras, training, jenguk teman...
Kabar buruk (atau kabar baik, tergantung sudut pandang): Tugas kita di dunia bukan “hanya” itu. Yesaya 1:17, ‘Belajarlah melakukan yang baik. cari keadilan, tegurlah orang yang kejam, belalah hak-hak anak yatim dan perjuangkanlah para janda’. Ayat kayak gini jumlahnya puluhan, nah yang paling asik yang ini nih…
Yeremia 29:7,’Usahakanlah kesejahteraan kota tempat Aku telah mengirimmu…dstnya.'
Nah lo. Hayo lhooo….Bukan hanya berdoa tapi mengusahakan. Gue yakin doa adalah akar dari semua solusi jika kita mau lihat masalah hidup dari perspektif kristen tapi percayalah, harus ada yang membedakan kristen sekarat dengan kristen yang sehat. Kalo kita udah stroke 3-4 kali, hanya bisa tiduran, tentu kita “hanya” bisa berdoa (gue taruh dalam tanda kutip karena doa punya kuasa yang melampuai nalar, nggak bisa kita bilang doa tuh cuma “hanya”). Ya tapinya kalo kita sehat, masa’ sih yang kita lakukan “hanya” berdoa ?
Terus kita mesti ngapain dong ?
Kalo kita ada di dalam struktur pemerintahan, jawabannya udah tau ‘kan ? Ya berjuang dari dalam. Tentu berat, ada resiko nggak naik pangkat dan lain-lain. Gue nggak tau apa yang bisa dilakukan di dalam sana. Gue hanya tau perjuangannya sangat berat, contoh terbaik ada di depan mata kita semua termasuk mata dunia internasional:Ahok. Kalo kita aktivis, jawabannya kayaknya jelas juga. Ya ikut kegiatan apa kek gitu, ‘kan memang pengaturan waktunya fleksibel. Ikut rapat gampang, turun ke masyarakat bisa, pulang malem mudah.
Lah kalo kita nggak masuk ke dua kategori di atas, kita mesti ngapain ? Orang-orang kayak gue misalnya:Kerja dari pagi sampe sore, ngurus anak, mobilitas rendah ? Lah, mau ke Rumah Lembang aja gua masukkin ijin cuti dulu ke kantor, boro-boro dah rapat ke sana ke mari dan ikut sosialisasi nilai-nilai toleransi beragama ke sini dan ke situ.
Justru di sini intinya. Tuhan Yesus nggak bilang ayat-ayat di atas cuma buat aktivis. Katanya Tuhan maha besar ? Katanya nggak ada yang mustahil buat Tuhan ? Yuk, jangan hanya ngomong begitu pas lagi berdoa supaya Mobilio kita berganti jadi Jaguar atau supaya kantor kita yang sekecil rumah BTN berkembang jadi pabrik seluas padang pasir. Berdoa deh, tanya ke Tuhan, “Tuhan ‘kan nyuruh saya untuk ‘mengusahakan kesejahteraan kota tempat saya tinggal’, kasih ide dong…”, gitu. Jangan berdoa cuma kalo lagi miskin duit, berdoa jugalah pas lagi miskin ide. Kata Ahok, kalo mau kreatif, menempellah pada Kreator.
Gue pernah kirim surat ke Tony Blair Faith Foundation tapi belum dijawab. Gue juga bikin biografi Ahok dan di dalamnya ada hal tentang toleransi hidup beragama (bukan toleransi iman, jangan keblinger yak) dan yang nerbitin penerbit Islam. Kayaknya ini kerja sama yang bagus di tengah-tengah masyarakat yang sebagian kecil anggotanya yakin bahwa orang kristen statusnya lebih rendah daripada setan. Beberapa temen gue yang Kristen kaget, kok bisa biografi orang kafir ditulis orang kafir tapi yang nerbitin penerbit Islam. Ini gue pake sebagai kesempatan untuk menjelaskan bahwa sodara kita yang Muslim masih banyak yang waras. Yang otaknya njeblug sebenernya cuma sebagian kecil.
Ada beberapa hal lain lagi yang gue lakukan, semuanya dalam skala kecil (banget). Menghapus kemiskinan dan kebodohan memang bukan pekerjaan sehari, sesungguhnya juga bukan pekerjaan individual. Gue masih terus eksplorasi ide dan berbuat sedikit-sedikit. Semua berada di tataran personal dan berskala mini karena kemampuan gue sekarang ini ya cuma segitu. Prinsipnya 'kan ya berbuat ajalah sebisanya.
Coba deh lu pikirin apa yang udah lo lakukan, sangat mungkin sudah ada (jangan-jangan udah banyak) tapi lo nggak sadar. Coba diingat-ingat, mungkin ada kegiatan lo yanng efek sampingnya bisa menumbuhkan toleransi hidup beragama, mengurangi kemiskinan serta memberantas kebodohan ? Gimana kalo diubah, hal-hal itu nggak hanya jadi efek samping tapi jadi tujuan ? Nah, pikirin baik-baik lalu lain kali lakukan secara sadar dan terencana. Karena kalo kita sadar dan melakukannya dengan lebih rapi, perilaku kita saat melakukannya serta perencanaan kegiatannya jadi lebih terarah.
Rajin-rajinlah cari ide, perluas jaringan. Coba ngobrol sama aktivis atau browsing tentang kegiatan yang dilakukan lembaga besar. Pelajari prinsip-prinsipnya, ‘kali ada yang bisa kita modifikasi sesuai sikon kita di rumah, di sekolah anak kita, di masyarakat atau di mana kek gitu? Kalo Bapak/Ibu punya perusahaan atau yayasan, pikirkan secara cermat: Apa yang bisa dilakukan ? Kalo yang Bapak/Ibu lakukan sama aja kayak yang saya lakukan, ada baiknya Bapak/Ibu mikirin Lukas 12:48,”Setiap orang yang diberi banyak, dituntut banyak. Dan, mereka yang dipercayakan lebih banyak akan dituntut lebih banyak lagi”.
Nah ! Bagi mereka yang punya banyak, diminta banyak. Mungkin agak sulit dilakukan oleh sebagian dari kita karena kaum kristen fundamentalis akan mencap kita sekuler atau humanis. Emangnya kenapa sih kalo dicap sekuler atau humanis ? Kalo mati kita masuk neraka ? Ya kagaklah. Oh ya, selain kerja, jangan lupa berdoa ya, berdoalah supaya para pembunuh, pelarang dan pembakar menjalani proses hukum karena love dan discipline adalah dua sisi mata uang. Jangan cuma berdoa supaya mereka percaya Tuhan Yesus.
Yuk, mari kita sertai sebuah ide untuk diri kita bekerja dalam setiap sepuluh atau dua puluh kali ungkapan ”Ampunilah Mereka Karena Mereka Tidak Tahu Apa yang Mereka Perbuat” yang kita ucapkan. Jika kita hanya berkutat di ungkapan-ungkapan bernuansa religius, kita akan terbiasa pake ayat Alkitab untuk menyembunyikan kemalasan dan ketakutan kita. Kita hanya sekedar meromantisir kekristenan dan buntut-buntutnya jadi playing victim.
7 Desember 2016,15.09 WIB
Kalo saya jadi mereka, saya akan terus membakar, melarang dan membunuh. Nah, persis, memang itu yang mereka lakukan, bukan ?
Gue terganggu bukan karena ucapan itu salah tapi karena gue mikir: Kalimat itu terus-menerus diucapkan karena kita baik, takut atau karena malas mikir, sih ? Menurut gue sih gue takut tapi gue nggak pake ayat untuk menyembunyikan rasa takut gue. Pengecut OKlah tapi pake ayat untuk menutupi hal itu ? Apa bedanya kita dengan FPI ???
Saat kebaktian dilarang dan gereja dibom, banyak orang kristen berkata,”Mereka belum tau Tuhan Yesus makanya mereka lakukan itu”. Ya emang sih kalo mereka tau Tuhan Yesus, mereka nggak bakalan bersikap kayak gitu tapi percayalah, penyandang dana dan para oportunis tidaklah bersorak-sorai di atas ketidaktahuan pion-pion tentang Yesus Kristus. Mereka bersorak-sorai di atas kemiskinan dan kebodohan sesamanya.
”Ampunilah mereka ya Tuhan karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Hah, serius lu ? Donatur kelompok intoleran mah tau apa yang mereka perbuat. Ini nggak ada hubungannya dengan mereka nggak tau Yesus, ini hubungannya dengan hati nurani (dan penegakan hukum yang rapuh). Para donatur ini punya duit lalu mereka pake orang-orang yang nggak punya duit untuk mencapai tujuan mereka sedangkan pemerintah rada cuek. Gitu deh masalahnya, ini bukan masalah mereka perlu keselamatan atau nggak. Kalo urusan keselamatan, kalau pun mereka kagak ngebom, ya mereka juga butuh.
Gue percaya hampir semua yang baca tulisan ini bukan aktivis, sulit turun ke jalan. Boro-boro mau mondar-mandir ikut rapat tentang gerakan apa yang efektif untuk menangkal ekstremisme, mengurangi kemiskinan dan memberantas kebodohan, mikirin cari pembantu aja otak kita udah encok. Belum lagi ngejar deadlinetugas, ngumpul sama keluarga, ngelakuin hobi biar tetap waras, training, jenguk teman...
Kabar buruk (atau kabar baik, tergantung sudut pandang): Tugas kita di dunia bukan “hanya” itu. Yesaya 1:17, ‘Belajarlah melakukan yang baik. cari keadilan, tegurlah orang yang kejam, belalah hak-hak anak yatim dan perjuangkanlah para janda’. Ayat kayak gini jumlahnya puluhan, nah yang paling asik yang ini nih…
Yeremia 29:7,’Usahakanlah kesejahteraan kota tempat Aku telah mengirimmu…dstnya.'
Nah lo. Hayo lhooo….Bukan hanya berdoa tapi mengusahakan. Gue yakin doa adalah akar dari semua solusi jika kita mau lihat masalah hidup dari perspektif kristen tapi percayalah, harus ada yang membedakan kristen sekarat dengan kristen yang sehat. Kalo kita udah stroke 3-4 kali, hanya bisa tiduran, tentu kita “hanya” bisa berdoa (gue taruh dalam tanda kutip karena doa punya kuasa yang melampuai nalar, nggak bisa kita bilang doa tuh cuma “hanya”). Ya tapinya kalo kita sehat, masa’ sih yang kita lakukan “hanya” berdoa ?
Terus kita mesti ngapain dong ?
Kalo kita ada di dalam struktur pemerintahan, jawabannya udah tau ‘kan ? Ya berjuang dari dalam. Tentu berat, ada resiko nggak naik pangkat dan lain-lain. Gue nggak tau apa yang bisa dilakukan di dalam sana. Gue hanya tau perjuangannya sangat berat, contoh terbaik ada di depan mata kita semua termasuk mata dunia internasional:Ahok. Kalo kita aktivis, jawabannya kayaknya jelas juga. Ya ikut kegiatan apa kek gitu, ‘kan memang pengaturan waktunya fleksibel. Ikut rapat gampang, turun ke masyarakat bisa, pulang malem mudah.
Lah kalo kita nggak masuk ke dua kategori di atas, kita mesti ngapain ? Orang-orang kayak gue misalnya:Kerja dari pagi sampe sore, ngurus anak, mobilitas rendah ? Lah, mau ke Rumah Lembang aja gua masukkin ijin cuti dulu ke kantor, boro-boro dah rapat ke sana ke mari dan ikut sosialisasi nilai-nilai toleransi beragama ke sini dan ke situ.
Justru di sini intinya. Tuhan Yesus nggak bilang ayat-ayat di atas cuma buat aktivis. Katanya Tuhan maha besar ? Katanya nggak ada yang mustahil buat Tuhan ? Yuk, jangan hanya ngomong begitu pas lagi berdoa supaya Mobilio kita berganti jadi Jaguar atau supaya kantor kita yang sekecil rumah BTN berkembang jadi pabrik seluas padang pasir. Berdoa deh, tanya ke Tuhan, “Tuhan ‘kan nyuruh saya untuk ‘mengusahakan kesejahteraan kota tempat saya tinggal’, kasih ide dong…”, gitu. Jangan berdoa cuma kalo lagi miskin duit, berdoa jugalah pas lagi miskin ide. Kata Ahok, kalo mau kreatif, menempellah pada Kreator.
Gue pernah kirim surat ke Tony Blair Faith Foundation tapi belum dijawab. Gue juga bikin biografi Ahok dan di dalamnya ada hal tentang toleransi hidup beragama (bukan toleransi iman, jangan keblinger yak) dan yang nerbitin penerbit Islam. Kayaknya ini kerja sama yang bagus di tengah-tengah masyarakat yang sebagian kecil anggotanya yakin bahwa orang kristen statusnya lebih rendah daripada setan. Beberapa temen gue yang Kristen kaget, kok bisa biografi orang kafir ditulis orang kafir tapi yang nerbitin penerbit Islam. Ini gue pake sebagai kesempatan untuk menjelaskan bahwa sodara kita yang Muslim masih banyak yang waras. Yang otaknya njeblug sebenernya cuma sebagian kecil.
Ada beberapa hal lain lagi yang gue lakukan, semuanya dalam skala kecil (banget). Menghapus kemiskinan dan kebodohan memang bukan pekerjaan sehari, sesungguhnya juga bukan pekerjaan individual. Gue masih terus eksplorasi ide dan berbuat sedikit-sedikit. Semua berada di tataran personal dan berskala mini karena kemampuan gue sekarang ini ya cuma segitu. Prinsipnya 'kan ya berbuat ajalah sebisanya.
Coba deh lu pikirin apa yang udah lo lakukan, sangat mungkin sudah ada (jangan-jangan udah banyak) tapi lo nggak sadar. Coba diingat-ingat, mungkin ada kegiatan lo yanng efek sampingnya bisa menumbuhkan toleransi hidup beragama, mengurangi kemiskinan serta memberantas kebodohan ? Gimana kalo diubah, hal-hal itu nggak hanya jadi efek samping tapi jadi tujuan ? Nah, pikirin baik-baik lalu lain kali lakukan secara sadar dan terencana. Karena kalo kita sadar dan melakukannya dengan lebih rapi, perilaku kita saat melakukannya serta perencanaan kegiatannya jadi lebih terarah.
Rajin-rajinlah cari ide, perluas jaringan. Coba ngobrol sama aktivis atau browsing tentang kegiatan yang dilakukan lembaga besar. Pelajari prinsip-prinsipnya, ‘kali ada yang bisa kita modifikasi sesuai sikon kita di rumah, di sekolah anak kita, di masyarakat atau di mana kek gitu? Kalo Bapak/Ibu punya perusahaan atau yayasan, pikirkan secara cermat: Apa yang bisa dilakukan ? Kalo yang Bapak/Ibu lakukan sama aja kayak yang saya lakukan, ada baiknya Bapak/Ibu mikirin Lukas 12:48,”Setiap orang yang diberi banyak, dituntut banyak. Dan, mereka yang dipercayakan lebih banyak akan dituntut lebih banyak lagi”.
Nah ! Bagi mereka yang punya banyak, diminta banyak. Mungkin agak sulit dilakukan oleh sebagian dari kita karena kaum kristen fundamentalis akan mencap kita sekuler atau humanis. Emangnya kenapa sih kalo dicap sekuler atau humanis ? Kalo mati kita masuk neraka ? Ya kagaklah. Oh ya, selain kerja, jangan lupa berdoa ya, berdoalah supaya para pembunuh, pelarang dan pembakar menjalani proses hukum karena love dan discipline adalah dua sisi mata uang. Jangan cuma berdoa supaya mereka percaya Tuhan Yesus.
Yuk, mari kita sertai sebuah ide untuk diri kita bekerja dalam setiap sepuluh atau dua puluh kali ungkapan ”Ampunilah Mereka Karena Mereka Tidak Tahu Apa yang Mereka Perbuat” yang kita ucapkan. Jika kita hanya berkutat di ungkapan-ungkapan bernuansa religius, kita akan terbiasa pake ayat Alkitab untuk menyembunyikan kemalasan dan ketakutan kita. Kita hanya sekedar meromantisir kekristenan dan buntut-buntutnya jadi playing victim.
7 Desember 2016,15.09 WIB