Kenapa Gue Bisa Bikin Buku Munir, Ahok, dan Ananda Sukarlan ?
Gue pernah menulis beberapa buku dan ada aja tuh hal yang bisa dicritain dari tiap judul namun sekarang gue pengen ngomong tentang buku-buku yang prosesnya paling berkesan.
Gini, Nyokap dan kakak gue tuh pendiri KontraS. Dulu gue bilang ke Mbak Ezki bahwa gue mau bikin biogafinya Munir. Disampein ke Munir, eh dia langsung mau. Munir nerima gue dan menolak permintaan seorang penulis senior untuk bikin biografinya. Munir milih gue karena percaya dengan gue. Kami dekat? Nggak tapi Munir dekat banget dengan Nyokap dan Mbak Ezki dan mengenal mereka sebagai orang dengan reputasi bersih.
Pas mau nulis soal Ahok, gue ngejar-ngejar Ahok 2 tahun. SMS dan email gue selalu dibales ajudannya tapi tiap kali minta wawancara, gue dicuekin. Pater Martin Bhisu trus cerita ke Bu Kartini Syahrir bahwa gue mau bikin biografi Ahok. Waktu Ibu ngadain makan malam dan ngundang Ahok, gue pun diundang. Di depan 40an orang, Ibu bilang bahwa gue mau nulis buku soal Ahok. Bukan minta ijin lho ke Ahok melainkan nembak terang-terangan.
Sejak direkomendasikan Bu Kartini, gue dapat beberapa keistimewaan. Gue pernah minta ketemu Ahok dan langsung kebesokannya ketemu 2 jam sambil makan pagi di rumahnya. Gue juga pernah minta ketemu 10-15 menit tapi pas ketemu jadi 1 jam. Kok bisa ? Karena gue direkomendasikan Bu Kartini, orang yang sangat dipercaya Ahok. Sedangkan Bu Kartini merekomendasikan gue karena menganggap Nyokap dan Mbak Ezki reputasinya bersih banget. Bu Kartini belum kenal gue sama sekali waktu itu.
Sekarang soal Mas Ananda. Waktu gue ajak bikin buku, dia langsung mau walau belum kenal gue. Belakangan dia bilang salah satu alasannya adalah karena gue adiknya Mbak Ezki. Alasan lainnya tuh apa, gue nggak nanya. Takut jawabannya absurd, misalnya,"Hmm..Abis gue kasian sama elu, Ntar kalo gue tolak, elu malu,"...hahahaa. Soalnya gue nggak suka dikasihanin makanya gue nggak pernah playing victim. Minta dikasihani adalah sifat seorang pecundang sedangkan gue lahir dari rahim ibu yang luar biasa hebat.
Kesimpulannya, jawaban untuk judul di atas adalah ‘karena Nyokap dan kakak gue reputasinya bagus.’ Nama mereka ampuh untuk dapetin akses ke pintu masuk. Ini fase pertama. Gue lalu masuk ke fase kedua:Ada di ‘dalam ruangan’ dan membawa nama sendiri.
Nama bersih Nyokap dan Mbak Ezki ngasih gue banyak kemudahan hidup dan gue mau anak gue mengalami hal yang sama. Untuk ini, ada dua hal yang gue lakukan dan gue kudu bawa nama gue sendiri. Kedua hal tersebut nggak bisa dilakukan dengan mengandalkan nama Nyokap dan kakak gue.
Gue selalu menunjukkan bahwa relasi gue dengan mereka adalah ‘kita kerja sama-sama untuk kepentingan orang banyak,’ bukan ‘gue manfaatin elo untuk kepentingan pribadi.’ Kalo ternyata setelah buku kelar gue dapat uang, ini namanya efek samping, bukan tujuan. Mereka kayaknya pada tau bahwa uang yang gue dapat nggak seberapa apalagi pas bikin, gue nggak dibayar. Mereka tau gue pake uang pribadi di semua tahap operasional pembuatan buku.
Selama bikin buku biografi(s) ini, jumlah seleb yang gue temui cukup banyak karena basis ke 3 buku ini adalah wawancara. Nah, ada seleb yang gue temui beberapa kali. Gue bikinin dia album foto di sebuah platform sosmed dan yang bisa liat cuma gue sama dia. Gue bilang, ini foto-foto elu dan kalo elu mau ambil ya ambil aja.
Emang self-esteem gue naik sih sejak kenal dia tapi gue ingin dia tahu bahwa bagi gue, dia adalah manusia 'beneran', bukan alat atau komoditi. Kalo tu album gue buka, bisa dilihat banyak orang, pasti banyak yang muji gue karena foto-fotonya banyak yang eksklusif. Bagaimanapun, keberadaan album terkunci itu membuat dia jadi bisa tau bahwa gue nggak ada niat untuk provokatif pamer-pamer dan memperalat dia untuk kepentingan pribadi.
Nah, hal di atas bagi gue perlu banget buat dilakukan. Harapan gue, kalo nama gue di mata mereka bersih, anak gue bisa dapat kemudahan kalau berhubungan dengan mereka. Gue 'kan udah ngalamin langsung, jalan gue jadi mudah banget gara-gara nama bersih Nyokap dan Mbak Ezki. Gue juga mau dong Merryll mengalami hal yang sama. Dan ini pun nggak mudah karena gue hanya mengijinkan dia pake nama Nyokap, gue, dan budenya kalo dia punya semua kapasitas dan karakter yang dibutuhkan untuk mempertanggungjawabkan rasa percaya itu.
Gue juga tunjukkin ke mereka bahwa gue kerjanya serius walau nggak dibayar. Ahok bilang gini waktu gue ngasih biografinya,”Gue tungguin bukunya, mana nih, kok lama amat, nggak jadi-jadi.” Gue kasih tau bahwa buku udah jadi 80an % tapi terus gue rombak 80%nya makanya jadinya lama. Waktu nulis soal Mas Ananda, gue stresnya aujubilah. Gue kasih tau dia apa penyebabnya. Dia tau bahwa walau stres berat, gue tetap ingin bukunya jadi.
Ngapain gue nunjukkin ke mereka bahwa gue kerja serius, mau cari muka? Sori, muka gue cuma satu. Gue nunjukkin kayak gitu karena Nyokap dan Mbak Ezki udah membuat orang-orang itu percaya gue. Ajib lu, Bu Kartini sama Mas Ananda percaya gue begitu aja padahal nggak tau gue sama sekali. Nah, tugas guelah untuk membuktikan kepada mereka semua bahwa mempercayai gue adalah keputusan yang tepat.
Nah. Loe liat tuh, gue berhasil bikin buku tentang tiga sosok bernama besar bukan karena mereka kenal gue tapi karena mereka percaya Nyokap dan kakak gue.
The morale of the story?
Hati-hati deh ngejalanin hidup, imbasnya terasa sampai ke generasi berikut. Hidup jangan sembarangan, kagak usah deh lu petantang-petenteng sambil ngomong,"Ya suka-suka gue dong mau ngapain, yang gue rugiin 'kan cuma elu, yang gue jahatin cuma elu, rempong amat sih lu." Lu lupa ya, di dunia kuliner ada slogan "Kalau pelayanan kami ramah, ceritakanlah pada 10
Nama baik kita efeknya tuh turun sampai ke anak cucu. Begitu juga dengan nama buruk.
1 Maret 2019, 17.06 WIB
Gini, Nyokap dan kakak gue tuh pendiri KontraS. Dulu gue bilang ke Mbak Ezki bahwa gue mau bikin biogafinya Munir. Disampein ke Munir, eh dia langsung mau. Munir nerima gue dan menolak permintaan seorang penulis senior untuk bikin biografinya. Munir milih gue karena percaya dengan gue. Kami dekat? Nggak tapi Munir dekat banget dengan Nyokap dan Mbak Ezki dan mengenal mereka sebagai orang dengan reputasi bersih.
Pas mau nulis soal Ahok, gue ngejar-ngejar Ahok 2 tahun. SMS dan email gue selalu dibales ajudannya tapi tiap kali minta wawancara, gue dicuekin. Pater Martin Bhisu trus cerita ke Bu Kartini Syahrir bahwa gue mau bikin biografi Ahok. Waktu Ibu ngadain makan malam dan ngundang Ahok, gue pun diundang. Di depan 40an orang, Ibu bilang bahwa gue mau nulis buku soal Ahok. Bukan minta ijin lho ke Ahok melainkan nembak terang-terangan.
Sejak direkomendasikan Bu Kartini, gue dapat beberapa keistimewaan. Gue pernah minta ketemu Ahok dan langsung kebesokannya ketemu 2 jam sambil makan pagi di rumahnya. Gue juga pernah minta ketemu 10-15 menit tapi pas ketemu jadi 1 jam. Kok bisa ? Karena gue direkomendasikan Bu Kartini, orang yang sangat dipercaya Ahok. Sedangkan Bu Kartini merekomendasikan gue karena menganggap Nyokap dan Mbak Ezki reputasinya bersih banget. Bu Kartini belum kenal gue sama sekali waktu itu.
Sekarang soal Mas Ananda. Waktu gue ajak bikin buku, dia langsung mau walau belum kenal gue. Belakangan dia bilang salah satu alasannya adalah karena gue adiknya Mbak Ezki. Alasan lainnya tuh apa, gue nggak nanya. Takut jawabannya absurd, misalnya,"Hmm..Abis gue kasian sama elu, Ntar kalo gue tolak, elu malu,"...hahahaa. Soalnya gue nggak suka dikasihanin makanya gue nggak pernah playing victim. Minta dikasihani adalah sifat seorang pecundang sedangkan gue lahir dari rahim ibu yang luar biasa hebat.
Kesimpulannya, jawaban untuk judul di atas adalah ‘karena Nyokap dan kakak gue reputasinya bagus.’ Nama mereka ampuh untuk dapetin akses ke pintu masuk. Ini fase pertama. Gue lalu masuk ke fase kedua:Ada di ‘dalam ruangan’ dan membawa nama sendiri.
Nama bersih Nyokap dan Mbak Ezki ngasih gue banyak kemudahan hidup dan gue mau anak gue mengalami hal yang sama. Untuk ini, ada dua hal yang gue lakukan dan gue kudu bawa nama gue sendiri. Kedua hal tersebut nggak bisa dilakukan dengan mengandalkan nama Nyokap dan kakak gue.
Gue selalu menunjukkan bahwa relasi gue dengan mereka adalah ‘kita kerja sama-sama untuk kepentingan orang banyak,’ bukan ‘gue manfaatin elo untuk kepentingan pribadi.’ Kalo ternyata setelah buku kelar gue dapat uang, ini namanya efek samping, bukan tujuan. Mereka kayaknya pada tau bahwa uang yang gue dapat nggak seberapa apalagi pas bikin, gue nggak dibayar. Mereka tau gue pake uang pribadi di semua tahap operasional pembuatan buku.
Selama bikin buku biografi(s) ini, jumlah seleb yang gue temui cukup banyak karena basis ke 3 buku ini adalah wawancara. Nah, ada seleb yang gue temui beberapa kali. Gue bikinin dia album foto di sebuah platform sosmed dan yang bisa liat cuma gue sama dia. Gue bilang, ini foto-foto elu dan kalo elu mau ambil ya ambil aja.
Emang self-esteem gue naik sih sejak kenal dia tapi gue ingin dia tahu bahwa bagi gue, dia adalah manusia 'beneran', bukan alat atau komoditi. Kalo tu album gue buka, bisa dilihat banyak orang, pasti banyak yang muji gue karena foto-fotonya banyak yang eksklusif. Bagaimanapun, keberadaan album terkunci itu membuat dia jadi bisa tau bahwa gue nggak ada niat untuk provokatif pamer-pamer dan memperalat dia untuk kepentingan pribadi.
Nah, hal di atas bagi gue perlu banget buat dilakukan. Harapan gue, kalo nama gue di mata mereka bersih, anak gue bisa dapat kemudahan kalau berhubungan dengan mereka. Gue 'kan udah ngalamin langsung, jalan gue jadi mudah banget gara-gara nama bersih Nyokap dan Mbak Ezki. Gue juga mau dong Merryll mengalami hal yang sama. Dan ini pun nggak mudah karena gue hanya mengijinkan dia pake nama Nyokap, gue, dan budenya kalo dia punya semua kapasitas dan karakter yang dibutuhkan untuk mempertanggungjawabkan rasa percaya itu.
Gue juga tunjukkin ke mereka bahwa gue kerjanya serius walau nggak dibayar. Ahok bilang gini waktu gue ngasih biografinya,”Gue tungguin bukunya, mana nih, kok lama amat, nggak jadi-jadi.” Gue kasih tau bahwa buku udah jadi 80an % tapi terus gue rombak 80%nya makanya jadinya lama. Waktu nulis soal Mas Ananda, gue stresnya aujubilah. Gue kasih tau dia apa penyebabnya. Dia tau bahwa walau stres berat, gue tetap ingin bukunya jadi.
Ngapain gue nunjukkin ke mereka bahwa gue kerja serius, mau cari muka? Sori, muka gue cuma satu. Gue nunjukkin kayak gitu karena Nyokap dan Mbak Ezki udah membuat orang-orang itu percaya gue. Ajib lu, Bu Kartini sama Mas Ananda percaya gue begitu aja padahal nggak tau gue sama sekali. Nah, tugas guelah untuk membuktikan kepada mereka semua bahwa mempercayai gue adalah keputusan yang tepat.
Nah. Loe liat tuh, gue berhasil bikin buku tentang tiga sosok bernama besar bukan karena mereka kenal gue tapi karena mereka percaya Nyokap dan kakak gue.
The morale of the story?
Hati-hati deh ngejalanin hidup, imbasnya terasa sampai ke generasi berikut. Hidup jangan sembarangan, kagak usah deh lu petantang-petenteng sambil ngomong,"Ya suka-suka gue dong mau ngapain, yang gue rugiin 'kan cuma elu, yang gue jahatin cuma elu, rempong amat sih lu." Lu lupa ya, di dunia kuliner ada slogan "Kalau pelayanan kami ramah, ceritakanlah pada 10
Nama baik kita efeknya tuh turun sampai ke anak cucu. Begitu juga dengan nama buruk.
1 Maret 2019, 17.06 WIB