TENTANG PERSELINGKUHAN: A STOLEN FRUIT TASTES SWEETER
Tulisan ini gue buat setelah lama mikirin istri seorang negarawan yang selingkuh sampe 7 tahun. Tulisan ini adalah salah satu cara untuk memandang perselingkuhan dari beragam cara yang ada.
Akhir 2017 artikel di CNN menunjukkan bahwa jumlah perempuan yang selingkuh naik 40 % sejak 1990an. Angka ini diambil dari buku karya psikoterapis Belgia, Esther Perel.
Perselingkuhan ada dua:Fisik dan emosi. Perselingkuhan emosi biasanya ditutupi dengan kalimat,”Kita cuma temen kok,” gitu.
Dalam emotional affair pelakunya bisa lebih erat hubungannya daripada yang terlibat physical affair: Hati mereka dekat tapi tak ada hubungan seks. Sifatnya jadi lebih romantis, riil sekaligus ilusif. Hubungan ini bisa berkembang jadi physical affair dan secara emosi efeknya lebih destruktif terutama ke pihak perempuan. Bahkan orang yang terlibat physical affair (tapi bukan one-night stand) saat putus mengatakan bahwa hal yang bikin mereka merana banget adalah melupakan atau mengurangi kedekatan emosional mereka, bukan aspek seks.
Di Amerika, jumlah perceraian yang disebabkan oleh emotional affair jumlahnya semakin banyak.
Pam Gerhardst, dosen University of Maryland, pernah menulis bahwa ada 4 tahap dalam perselingkuhan: Satu, lo banyak ngobrol sama dia, caranya bisa tatap muka, online atau keduanya. Kedua, lo merahasiakan hubungan itu. Ketiga, lo pergi bareng dan kalo temen tau, lo akan bilang,”Dia cuma temen kok.” Tahap terakhir, hubungan fisik, tentu maksudnya bukan cuma gandengan tangan.
Orang sering nggak nyadar bahwa dia udah selingkuh padahal cara mendeteksinya gampang: Waktu dapat chat dari dia, lo girang atau deg-degan nggak? Kalo lo sering mikirin dia dan lo nanya ke diri sendiri,"Gue ke dia sebenernya naksir atau nggak ?" Nah, itu pertanda lo naksir karena mustahil pertanyaan itu muncul saat elo berhubungan dengan cowok yang elo nggak taksir.
Alasan selingkuh variatif banget. Ada yang menganggap selingkuh sebagai taktik untuk membuat pernikahan tidak terasa tawar. Pernikahan tetap utuh walau semu dan ini 'kan yang sekarang banyak terjadi: Suami istri ada bersama-sama tapi sesungguhnya tak ada kebersamaan.
BTW, ini penting: Kalo nggak selingkuh nggak berarti masih cinta, lho. Setia iya, cinta belum tentu.
Perempuan melakukan affair juga bisa karena merasa tertekan: Ibu yang baik contohnya tuh begini…Lo baru bisa disebut istri yang baik kalau elo melakukan ini itu...Hal ini membuat banyak istri jadi stres. Lisa Wade, Ph.D, sosiolog dari University of Wisconsin-Madison, mengatakan bahwa di Amerika banyak cewek yang memberontak terhadap kondisi itu dengan cara berselingkuh. Dulu mereka memilih cerai tapi anak-anak mereka merasakan bahwa jadi korban perceraian tuh nggak enak. Jadi sekarang ibu-ibu itu memilih selingkuh daripada bercerai.
Pernikahannya selamat nggak? Kalaupun perselingkuhan itu nggak berujung dengan pernikahan, rumah tangga yang selingkuh itu tetap nggak bisa dibilang selamat. Lha ada selingkuhan, jelas lebih enak dengan selingkuhan lah. Pernikahan pun jadi hambar dan dipertahankan hanya untuk pencitraan. Perselingkuhan yang berujung di pernikahan jumlahnya sedikit dan 75% di antaranya berakhir dengan perceraian sebelum usia pernikahan mencapai 5 tahun.
Perselingkuhan bersifat adiktif. Unsur diam-diam dan frekuensi pertemuan yang relatif jarang membuatnya jadi menarik. A stolen fruit tastes sweeter. Diam-diam makan buah curian di jok belakang rasanya lebih asik daripada duduk di resto sambil makan buah yang baru dibeli.
Dulu perempuan menikah untuk dapat status, memenuhi tuntutan masyarakat dan memperoleh rasa aman dalam hal ekonomi. Perselingkuhan nggak dianggap hal besar asalkan suami yang melakukan. Masyarakat mengamini kalimat bahwa laki-laki punya naluri berpetualang. Istri nggak boleh selingkuh jadi kalo dia hamil, jelas bahwa anak itu adalah anak mereka. Lha kalo istri selingkuh trus hamil ‘kan jadi bingung, itu anak berasal dari suami atau pacar? Dengan demikian, kalo suami meninggal, udah jelas warisan jatuh ke siapa. Stabilitas ekonomi keluarga terjaga dengan baik.
Robert Weiss, Senior Vice President of National Clinical Development for Elements Behavioral Health, sebuah lembaga yang berlokasi di Amerika mengungkapkan isi sebuah survey tentang kenapa cewek selingkuh: Istri biasanya selingkuh karena kesepian, tidak dihargai, ingin keintiman (dicium, dipeluk) dan karena kelainan seks atau jiwa akibat trauma masa kecil. Weiss itu praktisi, punya minimal satu lusin pusat rehabilitasi mental dan narkoba serta berulangkali dimintai pendapat oleh media terkemuka termasuk The New York Times dan CNN.
Adapun Perel mengatakan bahwa jaman sekarang istri banyak yang selingkuh karena ekspektasi mereka terhadap suami jauh lebih tinggi daripada cewek-cewek jaman dulu. Kini perempuan banyak yang menikah karena cinta, butuh perhatian, perlu pendukung untuk meraih cita-cita, temen ngobrol, rekan diskusi yang bermutu plus partner untuk penyaluran kebutuhan biologis yang sah.
Perubahan pandang mengenai pernikahan membuat alasan perselingkuhan jadi variatif. Salah satu contohnya diungkapkan Perel. Ia mengatakan bahwa sebagai efek dari gerakan kaum feminis, kliennya di Perancis banyak yang berselingkuh sebagai bentuk protes terhadap male chauvinism atau superioritas laki-laki.
Perselingkuhan juga ada hubungannya dengan self-discovery. Elo selingkuh terus berhubungan seks. Lo melakukan itu belum tentu karena butuh seks tapi karena butuh perasaan dibutuhkan, bukan hanya perasaan diingini. Lo butuh pengakuan bahwa lo menarik. Dalam pernikahan yang udah lama, afirmasi macam begini biasanya udah nggak ada. Lalu selingkuhan datangc (atau lo samperin kali). Lantas, hidup lo berubah jadi lebih dinamis. Elo merasa diri lo tuh baru.
Tak heran jika lantas pelaku perselingkuhan komentarnya pada mirip-mirip,”Dia beda, lain banget dari suami gue. Gue nggak bisa hidup tanpa dia.” Hal ini menjadi kian menarik karena hubungan gelap melibatkan unsur pelanggaran moral. Jadinya ngeri-ngeri sedap, gitu, memacu hormon adrenalin. Trus otak jadi korslet: Nafsu disebut cinta. Romance disebut cinta. Cinta berubah jadi kata murahan padahal aslinya sakral: Cinta adalah apa yang tersisa setelah romance sudah lenyap dan apa yang tetap ada ketika nafsu tak lagi berkuasa.
Dengan kata lain, cinta adalah apa yang tersisa setelah api jatuh cinta padam.
Perselingkuhan menawarkan kedekatan emosi, dan fisik juga dalam sebuah physical affair, yang lebih intens daripada yang diberikan suami atau istri. Sebenernya kedekatan ini semu karena terjadi dalam kondisi utopis:Nggak ada keluhan tentang sodara nilep duit atau keran rusak. Kalo saja perselingkuhan isinya adalah dialog riil tentang kehidupan sehari-hari, lha ya cepet bubar.
Pernikahan sebenarnya punya banyak aspek positif. Kehidupan dalam rumah tangga banyak yang menyenangkan: Liburan bareng, ngobrol tentang banyak topik menarik…Tapi itu adalah percakapan yang jauh dari romantisme drama Korea dan film Hollywood. Membahagiakan, iya. Romantis dan membuat cewek melayang? Ya kagak lah. Suami ngomong ke istri tentang film bagus sambil ngunyah kentang dan cek HP...Di mana romantisnya coba?
Banyak cewek terpengaruh film Hollywood dan drama Korea. Persepsi tentang realita terdistorsi. Di iklan, lo ngeliat suami-istri ngayuh sepeda pagi-pagi sambil ketawa mesra. Aduh, my darling, itu panjangnya paling 10 detik. Coba dipanjangin jadi 3 hari: Karena kecentilan senyum melulu, si cewek jatuh ke selokan sedangkan si cowok tetap gowes sepeda karena harus mandi dan ke kantor. Si cewek marah-marah 2 hari lalu di hari ke-3 si cowok kabur ke kafe, gak sengaja ketemu mantan pas SMA lalu WAan terus...setelah itu...
Padahal, perselingkuhan menimbulkan luka yang dalam. Tak terhitung jumlah anak yang frustasi karena liat ibunya atau ayahnya punya pacar baru. Bisa saja lukanya mengering dan sembuh tapi bekasnya akan selalu ada.
Kalo lo perempuan dan selingkuhnya melibatkan hubungan seks, setelah melakukannya elo akan merasa bersalah dan merasa lo cewek murahan. Kecuali kalo elo emang penganut free-sex, this is a completely different story.
Ada juga perselingkuhan yang direstui suami atau istri karena alasan-alasan khusus, kalo kejadiannya begini namanya udah bukan perselingkuhan lagi kali ya, entahlah. Ya tapi untuk pasangan yang menikah di gereja, ribet juga. Setau gue pasangan model begini bikin janji pernikahannya bukan cuma ke pasangan tapi ke Tuhan juga.
Kalo pelaku perselingkuhan menganggap janji pernikahan di gereja adalah hal yang sakral dan kalau ia menganggap Tuhan itu riil, ia akan merasa bersalah. Emosi dia akan mirip roller-coaster. Yang jadi korban adalah dirinya dan keluarga terdekat.
Kasian 'kan, apalagi keluarganya terutama anak-anak. Gebetannya mah enak, tinggal ngerayu dari jauh.
Intinya, perselingkuhan membuat hidup lo nggak akan pernah sama. Anak lo kehilangan respek. Pasangan lo akan mikir minimal sepuluh kali untuk ngasih lo rasa percaya. Saat nanti anak lo nikah dan diselingkuhi pasangannya, lo nggak punya kredibilitas untuk ngamuk atau kasih nasihat. Dan kalo lo bukan penganut free sex tapi lo masuk ke hubungan seks saat selingkuh, tiap kali bercermin lo akan merasa kotor karena lo ‘pernah dipake.’ Tentu bukan hanya ini, masih ada lagi...
Belum lagi kelelahan emosi yang harus elo alami ketika elo ada dengan selingkuhan lo di depan publik. Kalian harus pura-pura nggak cinta. Ini capek. Udah gitu elo dinomorduakan, tetap nomor satu adalah suami atau istri dan anak-anak gebetan lo.
Apa iya sih elo bisa beneran hepi, dengar gebetan elo ngomong yang indah-indah ke elo tapi elo tau persis kalo lo masuk UGD dan di saat yang sama anaknya konser, dia akan milih datang ke konser anaknya? Lo tau sampe ke titik tertentu, setulus apapun gebetan elo, sesungguhnya ada sisi yang manipulatif. Elo lantas mengasihani diri elo sendiri karena sadar bahwa elo sepenuhnya rela untuk ditipu, sekecil apapun penipuan tersebut.
Hal lain yang mungkin nggak terpikir oleh elo adalah kasian selingkuhan elo atau kasihan (calon) pasangan selingkuhan elo itu. Kasian juga keluarga kalian berdua.
Almarhum bokap gue dulu selingkuh trus nikahin selingkuhannya itu. Gue sakit hati banget tapi gue berproses. Pas bokap mau meninggal, gue minta maaf dan juga gue kasih tau bahwa gue udah maafin bokap.
Nah, gue sempat gak mau nikah karena bokap selingkuh. Akhirnya gue nikah juga sih tapi banyak lho anak yang trauma, sampe mati emang gak mau nikah karena liat orang tuanya selingkuh.
Cerita lain, temen gue saling naksir dengan cewek yang udah nikah. Akhirnya dia nikah dengan cewek yang mirip banget dengan cewek yang dulu dia taksir. Cinta? Nggak. Itu cewek dia nikahin cuma karena mirip banget sama gebetannya. Kasian 'kan istrinya itu.
Isu-isu di hidup orang selingkuh sama aja dengan orang yang nggak selingkuh: Lingkungan hidup lah, politik, pendidikan, seni, olahraga…Kita harus mikirin isu global tapi mengambil waktu untuk berefleksi tentang urusan pribadi adalah salah satu kewajiban. Adapun pertanyaan di tataran personal yang wajib lo tanyakan ke diri lo jika lo selingkuh adalah:
Eh iya ya, gue pernah nggak ya mikir kalo selingkuh efeknya tuh bisa sampe sejauh itu?
Maybe you don’t know what life is all about but one thing for sure, you certainly know that life is not only about you, my dear...
2 Maret 2018, 16.23 WIB
Akhir 2017 artikel di CNN menunjukkan bahwa jumlah perempuan yang selingkuh naik 40 % sejak 1990an. Angka ini diambil dari buku karya psikoterapis Belgia, Esther Perel.
Perselingkuhan ada dua:Fisik dan emosi. Perselingkuhan emosi biasanya ditutupi dengan kalimat,”Kita cuma temen kok,” gitu.
Dalam emotional affair pelakunya bisa lebih erat hubungannya daripada yang terlibat physical affair: Hati mereka dekat tapi tak ada hubungan seks. Sifatnya jadi lebih romantis, riil sekaligus ilusif. Hubungan ini bisa berkembang jadi physical affair dan secara emosi efeknya lebih destruktif terutama ke pihak perempuan. Bahkan orang yang terlibat physical affair (tapi bukan one-night stand) saat putus mengatakan bahwa hal yang bikin mereka merana banget adalah melupakan atau mengurangi kedekatan emosional mereka, bukan aspek seks.
Di Amerika, jumlah perceraian yang disebabkan oleh emotional affair jumlahnya semakin banyak.
Pam Gerhardst, dosen University of Maryland, pernah menulis bahwa ada 4 tahap dalam perselingkuhan: Satu, lo banyak ngobrol sama dia, caranya bisa tatap muka, online atau keduanya. Kedua, lo merahasiakan hubungan itu. Ketiga, lo pergi bareng dan kalo temen tau, lo akan bilang,”Dia cuma temen kok.” Tahap terakhir, hubungan fisik, tentu maksudnya bukan cuma gandengan tangan.
Orang sering nggak nyadar bahwa dia udah selingkuh padahal cara mendeteksinya gampang: Waktu dapat chat dari dia, lo girang atau deg-degan nggak? Kalo lo sering mikirin dia dan lo nanya ke diri sendiri,"Gue ke dia sebenernya naksir atau nggak ?" Nah, itu pertanda lo naksir karena mustahil pertanyaan itu muncul saat elo berhubungan dengan cowok yang elo nggak taksir.
Alasan selingkuh variatif banget. Ada yang menganggap selingkuh sebagai taktik untuk membuat pernikahan tidak terasa tawar. Pernikahan tetap utuh walau semu dan ini 'kan yang sekarang banyak terjadi: Suami istri ada bersama-sama tapi sesungguhnya tak ada kebersamaan.
BTW, ini penting: Kalo nggak selingkuh nggak berarti masih cinta, lho. Setia iya, cinta belum tentu.
Perempuan melakukan affair juga bisa karena merasa tertekan: Ibu yang baik contohnya tuh begini…Lo baru bisa disebut istri yang baik kalau elo melakukan ini itu...Hal ini membuat banyak istri jadi stres. Lisa Wade, Ph.D, sosiolog dari University of Wisconsin-Madison, mengatakan bahwa di Amerika banyak cewek yang memberontak terhadap kondisi itu dengan cara berselingkuh. Dulu mereka memilih cerai tapi anak-anak mereka merasakan bahwa jadi korban perceraian tuh nggak enak. Jadi sekarang ibu-ibu itu memilih selingkuh daripada bercerai.
Pernikahannya selamat nggak? Kalaupun perselingkuhan itu nggak berujung dengan pernikahan, rumah tangga yang selingkuh itu tetap nggak bisa dibilang selamat. Lha ada selingkuhan, jelas lebih enak dengan selingkuhan lah. Pernikahan pun jadi hambar dan dipertahankan hanya untuk pencitraan. Perselingkuhan yang berujung di pernikahan jumlahnya sedikit dan 75% di antaranya berakhir dengan perceraian sebelum usia pernikahan mencapai 5 tahun.
Perselingkuhan bersifat adiktif. Unsur diam-diam dan frekuensi pertemuan yang relatif jarang membuatnya jadi menarik. A stolen fruit tastes sweeter. Diam-diam makan buah curian di jok belakang rasanya lebih asik daripada duduk di resto sambil makan buah yang baru dibeli.
Dulu perempuan menikah untuk dapat status, memenuhi tuntutan masyarakat dan memperoleh rasa aman dalam hal ekonomi. Perselingkuhan nggak dianggap hal besar asalkan suami yang melakukan. Masyarakat mengamini kalimat bahwa laki-laki punya naluri berpetualang. Istri nggak boleh selingkuh jadi kalo dia hamil, jelas bahwa anak itu adalah anak mereka. Lha kalo istri selingkuh trus hamil ‘kan jadi bingung, itu anak berasal dari suami atau pacar? Dengan demikian, kalo suami meninggal, udah jelas warisan jatuh ke siapa. Stabilitas ekonomi keluarga terjaga dengan baik.
Robert Weiss, Senior Vice President of National Clinical Development for Elements Behavioral Health, sebuah lembaga yang berlokasi di Amerika mengungkapkan isi sebuah survey tentang kenapa cewek selingkuh: Istri biasanya selingkuh karena kesepian, tidak dihargai, ingin keintiman (dicium, dipeluk) dan karena kelainan seks atau jiwa akibat trauma masa kecil. Weiss itu praktisi, punya minimal satu lusin pusat rehabilitasi mental dan narkoba serta berulangkali dimintai pendapat oleh media terkemuka termasuk The New York Times dan CNN.
Adapun Perel mengatakan bahwa jaman sekarang istri banyak yang selingkuh karena ekspektasi mereka terhadap suami jauh lebih tinggi daripada cewek-cewek jaman dulu. Kini perempuan banyak yang menikah karena cinta, butuh perhatian, perlu pendukung untuk meraih cita-cita, temen ngobrol, rekan diskusi yang bermutu plus partner untuk penyaluran kebutuhan biologis yang sah.
Perubahan pandang mengenai pernikahan membuat alasan perselingkuhan jadi variatif. Salah satu contohnya diungkapkan Perel. Ia mengatakan bahwa sebagai efek dari gerakan kaum feminis, kliennya di Perancis banyak yang berselingkuh sebagai bentuk protes terhadap male chauvinism atau superioritas laki-laki.
Perselingkuhan juga ada hubungannya dengan self-discovery. Elo selingkuh terus berhubungan seks. Lo melakukan itu belum tentu karena butuh seks tapi karena butuh perasaan dibutuhkan, bukan hanya perasaan diingini. Lo butuh pengakuan bahwa lo menarik. Dalam pernikahan yang udah lama, afirmasi macam begini biasanya udah nggak ada. Lalu selingkuhan datangc (atau lo samperin kali). Lantas, hidup lo berubah jadi lebih dinamis. Elo merasa diri lo tuh baru.
Tak heran jika lantas pelaku perselingkuhan komentarnya pada mirip-mirip,”Dia beda, lain banget dari suami gue. Gue nggak bisa hidup tanpa dia.” Hal ini menjadi kian menarik karena hubungan gelap melibatkan unsur pelanggaran moral. Jadinya ngeri-ngeri sedap, gitu, memacu hormon adrenalin. Trus otak jadi korslet: Nafsu disebut cinta. Romance disebut cinta. Cinta berubah jadi kata murahan padahal aslinya sakral: Cinta adalah apa yang tersisa setelah romance sudah lenyap dan apa yang tetap ada ketika nafsu tak lagi berkuasa.
Dengan kata lain, cinta adalah apa yang tersisa setelah api jatuh cinta padam.
Perselingkuhan menawarkan kedekatan emosi, dan fisik juga dalam sebuah physical affair, yang lebih intens daripada yang diberikan suami atau istri. Sebenernya kedekatan ini semu karena terjadi dalam kondisi utopis:Nggak ada keluhan tentang sodara nilep duit atau keran rusak. Kalo saja perselingkuhan isinya adalah dialog riil tentang kehidupan sehari-hari, lha ya cepet bubar.
Pernikahan sebenarnya punya banyak aspek positif. Kehidupan dalam rumah tangga banyak yang menyenangkan: Liburan bareng, ngobrol tentang banyak topik menarik…Tapi itu adalah percakapan yang jauh dari romantisme drama Korea dan film Hollywood. Membahagiakan, iya. Romantis dan membuat cewek melayang? Ya kagak lah. Suami ngomong ke istri tentang film bagus sambil ngunyah kentang dan cek HP...Di mana romantisnya coba?
Banyak cewek terpengaruh film Hollywood dan drama Korea. Persepsi tentang realita terdistorsi. Di iklan, lo ngeliat suami-istri ngayuh sepeda pagi-pagi sambil ketawa mesra. Aduh, my darling, itu panjangnya paling 10 detik. Coba dipanjangin jadi 3 hari: Karena kecentilan senyum melulu, si cewek jatuh ke selokan sedangkan si cowok tetap gowes sepeda karena harus mandi dan ke kantor. Si cewek marah-marah 2 hari lalu di hari ke-3 si cowok kabur ke kafe, gak sengaja ketemu mantan pas SMA lalu WAan terus...setelah itu...
Padahal, perselingkuhan menimbulkan luka yang dalam. Tak terhitung jumlah anak yang frustasi karena liat ibunya atau ayahnya punya pacar baru. Bisa saja lukanya mengering dan sembuh tapi bekasnya akan selalu ada.
Kalo lo perempuan dan selingkuhnya melibatkan hubungan seks, setelah melakukannya elo akan merasa bersalah dan merasa lo cewek murahan. Kecuali kalo elo emang penganut free-sex, this is a completely different story.
Ada juga perselingkuhan yang direstui suami atau istri karena alasan-alasan khusus, kalo kejadiannya begini namanya udah bukan perselingkuhan lagi kali ya, entahlah. Ya tapi untuk pasangan yang menikah di gereja, ribet juga. Setau gue pasangan model begini bikin janji pernikahannya bukan cuma ke pasangan tapi ke Tuhan juga.
Kalo pelaku perselingkuhan menganggap janji pernikahan di gereja adalah hal yang sakral dan kalau ia menganggap Tuhan itu riil, ia akan merasa bersalah. Emosi dia akan mirip roller-coaster. Yang jadi korban adalah dirinya dan keluarga terdekat.
Kasian 'kan, apalagi keluarganya terutama anak-anak. Gebetannya mah enak, tinggal ngerayu dari jauh.
Intinya, perselingkuhan membuat hidup lo nggak akan pernah sama. Anak lo kehilangan respek. Pasangan lo akan mikir minimal sepuluh kali untuk ngasih lo rasa percaya. Saat nanti anak lo nikah dan diselingkuhi pasangannya, lo nggak punya kredibilitas untuk ngamuk atau kasih nasihat. Dan kalo lo bukan penganut free sex tapi lo masuk ke hubungan seks saat selingkuh, tiap kali bercermin lo akan merasa kotor karena lo ‘pernah dipake.’ Tentu bukan hanya ini, masih ada lagi...
Belum lagi kelelahan emosi yang harus elo alami ketika elo ada dengan selingkuhan lo di depan publik. Kalian harus pura-pura nggak cinta. Ini capek. Udah gitu elo dinomorduakan, tetap nomor satu adalah suami atau istri dan anak-anak gebetan lo.
Apa iya sih elo bisa beneran hepi, dengar gebetan elo ngomong yang indah-indah ke elo tapi elo tau persis kalo lo masuk UGD dan di saat yang sama anaknya konser, dia akan milih datang ke konser anaknya? Lo tau sampe ke titik tertentu, setulus apapun gebetan elo, sesungguhnya ada sisi yang manipulatif. Elo lantas mengasihani diri elo sendiri karena sadar bahwa elo sepenuhnya rela untuk ditipu, sekecil apapun penipuan tersebut.
Hal lain yang mungkin nggak terpikir oleh elo adalah kasian selingkuhan elo atau kasihan (calon) pasangan selingkuhan elo itu. Kasian juga keluarga kalian berdua.
Almarhum bokap gue dulu selingkuh trus nikahin selingkuhannya itu. Gue sakit hati banget tapi gue berproses. Pas bokap mau meninggal, gue minta maaf dan juga gue kasih tau bahwa gue udah maafin bokap.
Nah, gue sempat gak mau nikah karena bokap selingkuh. Akhirnya gue nikah juga sih tapi banyak lho anak yang trauma, sampe mati emang gak mau nikah karena liat orang tuanya selingkuh.
Cerita lain, temen gue saling naksir dengan cewek yang udah nikah. Akhirnya dia nikah dengan cewek yang mirip banget dengan cewek yang dulu dia taksir. Cinta? Nggak. Itu cewek dia nikahin cuma karena mirip banget sama gebetannya. Kasian 'kan istrinya itu.
Isu-isu di hidup orang selingkuh sama aja dengan orang yang nggak selingkuh: Lingkungan hidup lah, politik, pendidikan, seni, olahraga…Kita harus mikirin isu global tapi mengambil waktu untuk berefleksi tentang urusan pribadi adalah salah satu kewajiban. Adapun pertanyaan di tataran personal yang wajib lo tanyakan ke diri lo jika lo selingkuh adalah:
Eh iya ya, gue pernah nggak ya mikir kalo selingkuh efeknya tuh bisa sampe sejauh itu?
Maybe you don’t know what life is all about but one thing for sure, you certainly know that life is not only about you, my dear...
2 Maret 2018, 16.23 WIB